Chapter 22;

4.6K 290 27
                                    

Setelah ciuman kami berakhir canggung. Kami berdua kembali ke tempat duduk untuk menghabiskan sarapan. Selesai sarapan kami memutari daerah dengan berbekal kebab dan boba, lalu pergi ke mall terdekat untuk bermain timezone. Tak lupa makan siang di restoran pinggir pantai Kuta. Sorenya kami bermain pasir juga kejar-kejaran.

"Haa.. capek.." ucapku sambil mengibas-ngibaskan tangan ke arah wajah.

"Iya, ayo istirahat dulu." Sahut Alan.

Alan duduk di sebelahku. Memandang luasnya lautan dan langit cerah. Langit merah bercampur jingga memanjakan mata. Sekawanan burung melaju pulang. Kembali ke sarang. Ombak berkejaran menembus karang. Dan tampaknya dari dulu sampai sekarang. Aku hanya masih punya beberapa kata dari aksara yang terus diriku ulang.

"I love you."

"I love you more."

Kami bercumbu sambil menunggu sang surya memadamkan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kami bercumbu sambil menunggu sang surya memadamkan diri. Sandal yang kotor karena pasir kami jinjing. Motor digas oleh Alan menuju festival malam terdekat. Disana kami membeli makanan, tertawa melihat badut yang juga tertawa, membeli balon, menaiki bianglala bersama, bersenda gurau, berfoto, terakhir membeli souvenir untuk dibawa pulang.

Hari yang membahagiakan, bukan..

Alan menatapku penuh kasih sayang, dia mengelus pipiku lembut. Dia bertanya,

"Bahagia?"

"Apa senyumku kurang lebar untuk menjadikannya bukti?"

Alan terkekeh, kemudian mengelus kepalaku.

Alan terkekeh, kemudian mengelus kepalaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kakak lucu.." lirihnya pelan.

"Ish.. malu.." tukasku sambil mengalihkan pandangan.

"Ayo pulang? Nanti kakak dicariin" ajak Alan sambil menarik pergelangan tanganku.

Saat di parkir, Alan menyuruhku menunggunya di pinggir jalan. Aku menurut dan berjalan mendekati jalan raya. Tampak Zian dan kawan-kawannya disana. Degup jantungku lebih cepat dibanding sebelumnya. Semoga Zian tidak melihatku...

"Kak Hyuna?" Tanya Zian.

Oh.. Tuhan..

"Pergi, menjauhlah. Gue masih bareng pacar, jangan ganggu." Jawabku jutek.

"Oh maaf" lirihnya pelan sambil menjauh.

"Oh, lo Zian? Mantan anjing pacar gue ha?" Bentak Alan yang ternyata sudah di sampingku.

"Alan.. kok kamu-" Omonganku disela.

Alan bercerita, bahwa dia mengetahui hal ini dari kontrak kami yang tersimpan di booble drive. Semenjak itu, dia meretas sosmed dan ponselku dengan bantuan Mave, sahabatnya yang jago IT. Alan pula yang menyebarkan rumor itu melalui akun ig anonim yang mengirimkan pesan pada beberapa anak di sekolahku.

Bukan salah Claire.. apalagi Zian..

Ini salahku sendiri..

Aku malu..

Aku mundur beberapa langkah, kemudian menabrak Zian. Dia berkata,

"I can treat you better, than he can" dengan memegang tanganku erat.

"Bangsat" bentak Alan sambil melayangkan pukulan ke pipi Zian.

Pikiranku masih kalut, tapi ku coba menghentikan Alan dengan memeluk Zian.

"Kak?" Tanya Alan yang meminta penjelasan atas tindakanku.

"Cukup.. dia gak salah"

"Tapi dia.." aku menyela omongannya.

"Alan." Sela diriku.

"Kak.. kakak.. mau jadi pacar gue? Gue bisa lakuin apapun buat lo, harta, cinta, kuasa?? Mau apa??" Tatap Zian berbinar-binar.

"Gue mau.." sahutku.

Bersambung...

Make The Boys Cry [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang