Bulan

8 6 0
                                    

Rutinitasnya di pagi hari ini berjalan—seperti biasa. Walaupun kali ini ia harus bangun tanpa sosok yang biasanya akan memberi tahukan jikalau Bulan sudah mencuri ikan asin.

Memakan sarapan ditemani sunyi dan suara nyaman milik Bulan memang sangat menyenangkan, hanya saja rumah selalu terasa kurang berwarna ketika Meru tidak berada di dalamnya. 

“Bulan, saya mau pergi ke Mbah Maryam tapi saya harus menurut dengan perkataan Mas Meru.” 

Suara yang membeo, membalas keluhan sang pedusi dengan lemah. “Saya duduk saja ya di sini? Bulan kalau mau main dengan yang lain juga boleh, tapi jangan lupa untuk pulang sebelum matahari di atas kepala,” ucapnya seraya mengelus perut berbulu hitam itu secara perlahan.

Bulan namanya, kucing kampung berwarna hitam gelap yang Meru temukan di kedai jagung sekaligus lontong bakar milik Pak Harto di dekat POS. Kegiatannya tak banyak hanya tidur, makan, menemani Rayu dalam kesehariannya yang layu.

Baru saja hendak bangkit dan meninggalkan teras rumah bhumi, suara derap langkah dari luar pagar membuat tubuhnya membisu, “Wah Mba Rayu masih di rumah? Mas Meru memangnya sedang kemana?”

Kalau itu, yang membuka suara. Berwasta Marni, si penari ronggeng dari kampung yang akhirnya pindah ke kota. Wajah adun Marni bahkan bisa membuat sesama wanita terkagum-kagum. “Marni ada sesuatu yang ingin dibicarakan?” 

Gaun semata kakinya itu bergerak mengikuti ke arah mana badannya menghadap, “Tidak Mba Rayu, saya hanya ingin bertanya tentang kabar Mas Meru dan air wajah Mba Rayu yang sedikit kotor.” 

Kali ini ia hanya bisa membungkam beberapa suara di dalam kepalanya, Marni itu sudah cantik, ramah, dan menjunjung tinggi seni tanah Noesantara. Tidak ada yang kurang bukan begitu? 

“Tapi sepertinya Marni menanyakannya di waktu yang salahkan? Kalau begitu, mari Mba Rayu. Marni permisi ingin mencari pelengkap nasi,” ujar Marni sambil kembali melanjutkan perjalanannya yang sempat terputus.

Marni, adalah sosok yang ia maksud. Sosok yang akan seragam ketika disandingkan dengan Meru, apa perlu ia mengusulkan Marni sebagai istri kedua suaminya itu? 

 Sosok yang akan seragam ketika disandingkan dengan Meru, apa perlu ia mengusulkan Marni sebagai istri kedua suaminya itu? 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

catatan;                      
(The black cat pict) credit to pinterest

Mahasura Da MeruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang