57. Last Sunset

73 12 11
                                    


*****

Daffa terlihat seperti menghitung kopernya, hingga tiba-tiba ada tangan yang mendorong kepalanya kuat.

"mamahh!!!", keluh Daffa sambil kembali membenarkan rambutnya.

"kopernya gausah diitungin mulu!", ucap Rara yang melihat Daffa asik menghitung koper sedari tadi.

"Daffa kan cuma takut kalau ada yang ketinggalan mah", jelas Daffa.

"kalo ada yang ketinggalan ya tinggal dibeli baru, macam orang susah aja", jawab Rara membuat Daffa berseru.

"wowwww, my sugar mommy", ucap Daffa sambil menoel bahu Rara. Daffa sangat suka menjaili mamanya, menurutnya mamanya sangat mudah terpancing emosi. Papa Daffa sudah duluan kembali seminggu lalu, karena urusan pekerjaan, dan Daffa akan kembali bersama mamanya hari ini.

"tante!!!", sapa Kia yang juga sudah sampai kebandara. Rara lansung menyambut Kia dengan pelukan.

"udah siap berangkat?", tanya Rara, Kia tersenyum lalu mengangguk. Ia sangat bahagia, Dua minggu lalu mimpinya terujud, ia dan Daffa bisa lulus ke Al-Azhar, Cairo. Karena bantuan Rara, Kia bisa mendapatkan sebuah apartement yang dekat dengan hunian keluarga Daffa. Sehingga walaupun jauh dari keluarga, namun ia merasa lega karena tinggal dekat dengan salah satu orang yang sudah akrab dengannya.

Iki datang menyapa Daffa dan Rara, "jaga adik gue baik-baik", ucap Iki menepuk bahu Daffa. Daffa hanya tersenyum sambil mengacung jempol.

"yang lain mana? Kok belum nampak?", tanya Daffa melihat kesekelilingnya.

"udah pada sampe kok", jawabnya sambil menunjuk gerombolan yang datang. Heum, sangat ramai.

"Kiaaa!!!! Huaaa!!!", Dea berlari memeluk Kia.

"kamu mau berangkat aja", ucap Dea tampak sedih karena akan di tinggal Kia.

"kamu juga berangkat bulan depan, apartement udah dapet?", tanya Kia mengenai tempat tinggalnya selama di Canada nanti.

"udah dong, gue yang cariin", tiba-tiba terdengar suara dari belakang Dea. Althaf.

"awas kalo tempatnya gak bagus", ancam Dea.

"lo berdua tingga se unit?", lagi-lagi, kepala Daffa jadi sasaran empuk, namun kali ini dari Rafqi.

"omongan lo", tegur Rafqi.

"beda dua lantai doang", jelas Althaf.

"kenapa gak ambil selantai aja?", tanya Naysa yang juga ada disana.

"unitnya udah pada penuh, karna udah mulai ajaran baru, jadi banyak yang udah duluan sewa", jelas Althaf, "lagipula masih satu gedung juga", lanjutnya lagi.

"endingnya gue sama Naysa yang paling telat berangkat", Daffa menepuk bahu Rafqi, "gak papa, kan udah nikah. Dimanapun tempatnya yang penting sama ayang", ucap Daffa mengejek Rafqi. Rafqi hanya memutar bola batanya, sudah lelah dengan guyonan Daffa.

"baik lo pada berangkat, lah gue gak kemana-mana", potong Ara kemudian.

"ya mau begimana, orang lo kuliahnya disini", sahut Iki yang memang benar adanya.

"yaudah, pamitan dulu sama temen-temen, kita udah harus masuk nih", ucap Rara tiba-tiba. Daffa dan Kia langsung berpaitan dengan teman-temannya dan langsung masuk karena jadwal keberangkatan yang sudah dekat.

"mama ke toilet sebentar ya, gak lama kok", ucap Rara meninggalkan Daffa dan Kia sebentar disana.

"deg-degan gak lo?", tanya Daffa.

PARADOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang