Cerita Ramadhan Kami ✔

• 1 •

Di sebuah kos-kos an laki-laki, diisi delapan lelaki. Pada bulan ramadhan ini, kalian akan melihat keseharian delapan lelaki tersebut.

Batara, sebagai penghuni kosan yang paling tua dan bangun paling awal pun membangunkan Luki dan Fajar yang biasa memasak makanan. Yang masak sih hanya Luki dan Fajar. Batara lanjut membangunkan lima temannya yang masih tidur.

Tok tok tok...

"Sahur..."

Hal itu adalah sebuah ujian bagi Batara, karena teman-temannya selalu susah dibangunkan. Terutama untuk Hisyam, si lelaki kaum rebahan.

Semua anak kosan sudah berkumpul, kecuali Hisyam.

"Hisyam mana?" Tanya Batara.

Keenam temannya di kosan menggelengkan kepalanya.

"Masih molor kayaknya, Bang." Kata Harsa sembari mengucek matanya.

"Astaghfirullah..." Batara segera ke kamar Hisyam.

Tok tok tok...

"Syam, bangun! Sahur..."

Tok tok tok...

Batara mencoba membuka pintu kamar Hisyam.

Cklek.

Ternyata tidak dikunci. Alhasil Batara memasuki kamar Hisyam. "Syam bangun..." Batara mengguncang tubuh Hisyam.

Ternyata hal itu berhasil membuat Hisyam bangun. "Apaan sih, Bang?" Hisyam masih mengumpulkan nyawanya.

"Sahur. Ayo bangun." Batara menarik tangan Hisyam.

Namun Hisyam ganti menarik tangan Batara, "Gendong..."

"Ya Allah..."

Batara mencoba untuk bersabar. Bisakah ia menggendong Hisyam? Melihat tubuh mereka berdua saja, tubuh Hisyam lebih besar dibanding Batara. Ia menyediakan punggungnya, "Naik."

Hisyam naik di atas punggung Batara dan Batara pun melangkah keluar dari kamar Hisyam.

Sesampainya di ruang makan, ternyata teman-teman mereka sedang menunggu mereka berdua tiba. Yah, itu memang sudah tradisi mereka. Mereka hidup bersama di kosan, sebisa mungkin mereka melakukan sesuatu bersama-sama.

Keenam temannya sudah tidak terkejut lagi dengan Hisyam yang digendong oleh Batara. Karena memang dasarnya Hisyam itu paling manja di kosan.

"Udah kumpul semua? Pas banget ini udah jadi. Oke mari kita makan." Kata Luki.

🌙

To Be Continued