36. Resepsi Pernikahan

34 7 0
                                    

“Sudah siap?” Fay berdiri di belakang Diana yang sudah dirias cantik.

“Ini nggak segugup waktu ijab sih. Jadi Mbak rekomendasikan, kalau kamu nikah, ijab dulu baru resepsi. Udah lega gitu lah rasanya.”

Ah perkataan Diana membuat Fay menerawang jauh masa depannya dengan Adrian.

Beberapa hari berlalu, Adrian terlihat lebih tampan saja. Bibirnya terlihat kecil di tengah himpitan rambut jenggot dan kumis. Jika tersenyum memperlihatkan giginya. Maka Adrian sudah 90% dengan orang Timur Tengah.

Menuruni anakan tangga satu-persatu. Diana diikuti Fay, ya gadis itu yang membantu mengangkat gaun pengantinnya.

Resepsi bertema indoor. Diana dan Fandy memilih melakukan resepsi di salah satu villa yang ada di Bandung. Udara sejuk khas pegunungan benar-benar menenteramkan.

Adrian dan Fay berdiri bersisian. Siap menerima bunga yang akan Diana dan Fandy lontarkan. Mitosnya, orang yang menerima bunga dari si pengantin akan segera menyusul.

Diana dan Fandy membelakangi tamu undangan. Mereka berdiri sejajar di atas pelaminan yang didekorasi sedemikian rupa. Keduanya saling berpandangan, memberi aba-aba lewat tatapan mata. Hingga akhirnya bunga yang dinantikan oleh setiap pasangan di bawah pelaminan itu berebut menangkapnya.

Fay tersentak ketika Adrian dengan antusias meraih pinggangnya dan mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi.

“Tangkap, Fay!” seru Adrian. Lelaki itu tertawa keras. Masih mengangkat tubuh Fay.

Fay kembali memusatkan pikiran pada bunga yang belum jatuh terebut. Rasanya bunga itu meluncur lambat sekali.

“Lebih tinggi sedikit, Mas!”

Adrian menurut, tubuh Fay yang tak seberapa berat baginya ia angkat lebih tinggi. Hingga pekikan nyaring dan tepukan tangan mengiringi ketika kedua tangan Fay berhasil meraihnya.

“Yeay ...!” Adrian terlalu senang, tak menghiraukan sekitar. Lelaki itu berputar dengan tubuh Fay. Sontak, tangan kecil gadis yang berada dalam gendongannya melingkar erat di leher. Keduanya tertawa lepas.

°•°

“Capek sekali,” keluh Diana. Mengurut kaki yang terasa hampir patah karena high heels yang kurang lebih tingginya sekitar 7 cm.

Resepsi selesai saat jam menunjukkan pukul setengah lima sore. Semuanya tengah duduk bersama. Berhubung keluarga ini cukup banyak jumlahnya. Maka Adrian dan Fay memilih mengalah, mereka yang baru kembali setelah mandi memilih duduk lesehan di atas tikar menemani kedua anak Farhan-Kakak Ridho.

“Yang tadi habis dapat bunga, harus segera nyusul nih.”

Ridho, lelaki yang hatinya tidak pernah mempunyai komitmen itu mulai menggoda adik sepupunya.

Sepertinya, lelaki itu sudah benar-benar mengikhlaskan Fay dengan Adrian. Tidak ada gurat apa pun di wajahnya selain kelelahan setelah ikut andil dalam acara resepsi Diana.

“Pasti lah, kau sendiri bagaimana? Jomlo kok dipelihara,” sahut Adrian sinis.

Ridho tidak lagi menjawab, ia melenggang masuk ke kamarnya dan membersihkan diri. Menyegarkan badannya yang lelah setelah seharian beraktivitas.

Rupanya, kegiatan itu ditiru oleh semua anggota keluarga. Kecuali Adrian dan Fay yang memang sudah lebih dulu membersihkan diri. Mereka tidak beranjak dari tempat duduknya.

“Tadi zina loh.” Fay berujar tanpa melihat lawan bicaranya.

“Iya saya tahu, makanya kita harus cepat-cepat menikah. Biar apa pun yang semula zina bisa menjadi pahala.”

Entahlah, bagaimana mereka bisa menikah. Jika untuk meminta restu pada ayahnya pun Fay enggan. Adrian tidak ingin mengungkit kembali hal itu.

“Coba pinjam ponselmu!”

Fay mengernyit, tapi gerakan tangannya merogoh saku gamis dan tetap menyerahkan ponselnya.

Kepala Adrian mendekat, mengarahkan kamera ke arah mereka. Beberapa pose ia ambil.

“Pasang yang ini untuk wallpaper, ya.”

Fay mengangguk. Detik berikutnya, Adrian ikut mengeluarkan ponsel dan menunjukkan sesuatu ke arahnya.

“Nama kontakmu.”

Zaujati, berarti istriku dalam bahasa Indonesia. Mata Fay mengerjap kaget. Ia ingat, dalam ponselnya. Kontak Adrian diberi nama ‘MaRi Nyebelin'.

Belum sempat merebut, Fay menyengir ketika Adrian menunjukkan layar ponsel ke arahnya. “Namanya?”

Adrian tidak habis pikir, lelaki itu sempat mendial nomor Fay untuk melihat namanya dalam ponsel Fay. Tapi lihatlah, Adrian dibuat kesal sendiri. Mana ada orang nyebelin ngajak-ngajak pakai kata ‘mari'.

“Aku ganti, Mas,” lirih Fay. Gadis itu merebut nomor Adrian.

“Itu maksudnya apa?”

“Ini sebenarnya singkatan. Jadi MaRi Nyebelin itu Mas Rian Nyebelin.” Menggaruk tengkuk dengan raut meringis Fay tunjukkan.

Adrian kembali merebut ponsel itu, menamai kontaknya dengan sangat alai-menurut Fay. Gadis itu sampai menyipitkan mata dan mengangkat alis saking gelinya.

“Cintaku.” Semburan tawa terdengar saat itu juga.

Ridho yang kebetulan lewat, sempat membaca tulisan yang tertera di ponsel ketika Adrian menunjukkan ke arah Fay.

Sigap, Adrian menurunkan tangan dan menyembunyikannya. Rona merah di wajah terlihat tak begitu kentara di kulitnya yang sawo matang.

“Nggak usah sinis begitu. Cuma mau ngasih ini, nih.” Menyerahkan album. Ridho kembali melangkah menuju dapur.

“Titipan dari Mamamu tadi!” teriak Ridho ketika Adrian dan Fay yang diam tak berkutik itu.

“Coba buka!”

Seulas senyum terbit dari bibir keduanya. Membuka lembar demi lembar yang memperlihatkan foto-foto mereka saat itu, ya saat acara ijab Diana.

“Mukanya jelek, ih.” Fay menunjuk satu foto yang menunjukkan dirinya menoleh ke arah Adrian dengan mulut sedikit menganga.

“Kamu tetap cantik, kok.”

Dering notifikasi masuk dalam ponsel Fay. Gadis itu membuka pesan dari Diana. Lewat aplikasi hijau itu, Diana mengirimkan potretnya dan Adrian.

“Aku post yang ini.”

Fay dengan lincah memosting satu foto yang diambil Diana saat tubuhnya digendong Adrian dan mereka tertawa lepas. Di tengah keramaian tamu undangan dan sebuket bunga yang berada dalam genggaman tangannya.

Tidak lama, ponsel Fay ramai notifikasi dari orang-orang yang berkomentar. Lebih tepatnya fans dari lelaki di sisinya.

°•°

Ting!

Erwin membuka pesan dari Angeline. Mereka sudah bertukar nomor untuk berkomunikasi dan berdiskusi tentang misi.

[Lihatlah, mereka sudah semakin dekat saja. Kita perlu melancarkan aksi dengan cepat pula.]

Tulis Angeline di bawah foto itu. Erwin mematikan rokoknya. Lelaki yang memakai kaos itu menjentikkan jari di atas meja kerjanya.

[Kita susun mulai besok, minta bantuan Fanya juga.]

Balasan untuk Angeline terkirim.

°•°

To be continued ....

Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)Where stories live. Discover now