Chapter 2.

3 1 9
                                    

"Dari kapan Lo disini?" Tanya Arin.

"Baru aja," Ucapnya kikuk, Arin bernafas lega. Cowok itu berarti tidak melihatnya menangis tadi.

Setelah itu keduanya terdiam. Tak lama kemudian Arin beranjak dari duduknya hendak pergi, tetapi langkahnya terhenti saat cowok itu berbicara.

"Eh Lo mau kemana?" Tanya cowok itu.

"Pulang," jawab Arin singkat.

"Ahhh, pulang," ujar cowok itu, "mau bareng?" Tawarnya.

"Gak usah, gue bisa naik bus," tolak Arin, lalu pergi dari hadapan cowok itu.

Tapi cowok itu tak menyerah, ia juga berlari kecil menyusul Arin.

"Eh kita belum kenalan, gue Daniel," Ucapnya dengan menjulurkan tangannya kepada Arin.

"Gue tau," Ujar Arin acuh tanpa membalas uluran tangan Daniel.

Daniel terkesiap mendengar Arin tau dirinya.

"Serius Lo kenal gue?!" Tanya Daniel memastikan dengan tangan yang menutup mulutnya. Tak percaya.

Arin mengerutkan keningnya heran melihat Daniel.

"Semua murid di sekolah ini gak mungkin gak tau Lo,"

Benar juga. Dia kan cowok populer disekolah. Tapi kenapa rasanya senang sekali saat cewek ini tau dirinya.

Arin dan Daniel sudah berada diluar sekolah. Sudah sepi, mungkin murid-murid sudah pulang semuanya karena hari Jumat semua ekstrakurikuler libur.

"Mau pulang bareng?" Tawar Daniel sekali lagi, kali aja sekarang mau.

"Gak usah, gue bisa pulang sendiri," Daniel mengangguk-angguk.

Sampai diparkiran, Daniel berhenti karena ia membawa motor. Ia menatap punggung Arin yang tak menyadari kalau dirinya sudah tidak berjalan bersama nya.

"Ternyata dia gak seburuk yang dilihat,"

Daniel pun memakai helm lalu menjalankan motornya keluar dari area sekolah.

****

Arin tak langsung pulang kerumah, gadis itu pergi menuju rumah sakit.

Arin memasuki kamar VVIP dengan sebuah kotak berada ditangannya.

"Kakek!!" Seru Arin berlari menuju pria paruh baya yang terbaring di atas ranjang sana.

"Cucu kakek datang juga," Ucap William, kakek Arin.

Arin tersenyum lembut menanggapinya.

"Kakek kira kamu udah lupa sama kakek," Arin terkekeh kecil.

"Gak mungkin Arin lupa sama kakek, kan kakek yang paling Arin sayang di dunia ini," Ucap Arin jujur, sang Kakek hanya tersenyum menanggapi ucapan Cucu nya itu.

"Gimana sekolah kamu? Dara masih suka ganggu kamu?" Arin tersenyum kecil.

"Sekolah Arin baik-baik aja Kek, nilai pelajaran Arin juga baik-baik aja. Selagi pelajaran Arin gak terganggu, Arin baik-baik aja," Ucap Arin tersenyum manis.

Tangan William terulur mengusap lembut kepala Arin.

"Arin udah besar ternyata, gak kerasa ya," Arin tersenyum samar mendengar ucapan William.

"Arin tau? Sejak Arin lahir ke dunia ini, Kakek sudah mengira kamu itu berlian," Arin menundukkan kepalanya, matanya mulai berkaca-kaca.

Tangan kakek dan cucu itu saling menggenggam.

Let's get outTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang