55. moved on?

824 131 155
                                    

──────────── ✦ ────────────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──────────── ────────────

Author

July 31st, 1981

"Hari ini ulang tahun Harry," kata Auriga sembari menatap ke arah langit pagi hari melalui jendela. "Yeah. Dan sebisa mungkin, jangan keluar dulu. Jones mengatakan kalau ada banyak Pelahap Maut yang berkeliaran." sahut Remus dari ruang makan.

Auriga mendesah malas setelah mendengar sahutan sahabatnya itu. "Lalu kita mau apa?" dia menyahut balik, melemparkan pertanyaan kepada Remus.

"Menunggu, mungkin," kata Sirius yang saat ini pun menguap. Auriga mendecih. "Kau masih kurang tidur?" sindirnya, Sirius langsung memasang tatapan sinis. "Bukan urusanmu." jawabnya acuh.

"Hei, hei. Jangan mulai lagi, oke?" suara Remus semakin meninggi.

"Kita tidak. Inilah yang dilakukan oleh sepasang kakak adik setiap hari," Auriga menyahut, tersenyum miring. "Yeah, kita tidak bertengkar. Hanya kesal saja." balas Sirius, sedikit menggeram.

Remus menghela nafas panjang. Dia memang harus sabar akhir-akhir ini. Sirius dan Auriga terkadang bisa lembut dan akrab, tetapi bisa langsung bertengkar hanya karena masalah sepele.

"Aurie, bisakah kau membantuku sebentar?" Remus berseru kembali, Auriga langsung bangkit berdiri dan berjalan ke arah Remus yang saat ini masih bekerja di dapur.

"Yeah, apa yang bisa kubantu?" Auriga bertanya, Remus pun menunjuk ke arah piring yang sudah dia tata rapi di sampingnya.

"Bawalah itu ke meja makan," jawab Remus singkat. "kalau kau mau."

"Oh, oh. Tentu saja. Aku senang bisa membantu." kata Auriga sembari tersenyum, menatap ke arah Remus dengan matanya yang seperti tersenyum juga itu.

Remus pun menatapnya balik, membuat Auriga memudarkan senyumannya. "Moony?" panggilnya, mengangkat alisnya sebelah. Remus berkedip beberapa kali kemudian segera memalingkan wajahnya.

"Nothing." ucapnya dengan wajah yang sedikit memerah, Auriga memiringkan kepalanya kemudian tersenyum geli.

Kemudian terdengar ada seseorang yang mengetuk pintu. Sirius langsung berseru—atau mungkin bisa dibilang berteriak, "Hei! Ada yang mengetuk pintu!"

Hal itu membuat Auriga dan Remus menoleh, menatap ke arah pintu dari kejauhan dengan alis yang terangkat sebelah. "Siapa yang datang?" Remus bertanya, benar- benar bingung.

𝐌𝐈𝐒𝐂𝐇𝐈𝐄𝐕𝐎𝐔𝐒, james potterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang