Chapter 8 : Kaze

82 12 0
                                    

あなたが達成したことについて夢を見ることを恐れてはいけません、あなたが望む場所に行きます。 私たちは人生で新しいことをする機会が一つしかないからです。

"Jangan takut bermimpi tentang apa yang kamu capai, pergilah ke tempat yang kamu inginkan. Jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kita hanya memiliki satu kesempatan dalam hidup untuk melakukan hal baru."



Aku sudah aneh sejak dulu. Bahkan sebelum Eri datang dan membawaku ke Istana Angin, orang-orang di sekitarku sudah lebih dulu mengetahui bahwa aku aneh. Bukan karena aku dapat mendatangkan angin topan atau badai atau kehancuran. Dulu sebelum ada yang tahu bahwa aku Naga Angin, aku sama sekali tidak tahu bahwa aku bisa mendatangkan angin dan badai. Tapi sejak dulu aku bisa menunjukkan kejadian di masa lalu.

Aku yakin sekali orang tuaku pun sudah mengetahui keanehan itu. Tapi minimnya ilmu pengetahuan di kalangan rakyat jelata seperti kami, serta tidak adanya kepercayaan pada leluhur serta keberadaan Dewa dan Dewi membuat orang tuaku mengabaikan keanehanku. Jadi saat aku memberi kilasan masa laluku sebagai Naga Angin pada orang tuaku, ayahku hanya akan menganggap dirinya terlalu mabuk atau ibuku terlalu lelah dan apa yang kutunjukkan pada mereka bukan apa-apa melainkan hanya sebuah ilusi.

Jadi saat Shuu memintaku untuk menunjukkan semuanya pada Lee Yeon-Hwa, gadis Orient yang menyelamatkan kami dari kemungkinan kami dijebloskan ke penjara Westeria, Aku maju dan mengulurkan tanganku untuk menyentuh keningnya. Aku membuatnya melihat kejadian di masa lalu yang dapat menjelaskan padanya siapa kami dan siapa yang kami cari.


***

Istana kami selalu ramai dan penuh suka cita. Hari itu, seperti hari lainnya, aku mengenakan gaun terbaikku yang terbuat dari embun pagi dan angin musim gugur. Tiap helai rambutku yang berwarna perak berkilau di bawah cahaya fajar. Aku menggenggam tangan saudara kembarku, Aquinier yang berjalan seirama dengan tiap langkah kakiku, yang seiring langkahnya membukakan mata air dan sungai jernih dari telapak kakinya. Di sampingnya, saudari kami yang cantik jelita, Earithear dengan gaun dipenuhi ribuan bunga dan kupu-kupu beterbangan di sekitarnya. Di hadapan kami, adalah Raja dan Ratu kami yang sedang berdansa diiringi musik yang tercipta oleh alam.

Raja kami tidak dapat mengalihkan perhatiannya dari Ratu kami. Wanita itu adalah seorang manusia. Putri dari Dewi Langit yang terlahir sebagai manusia. Tapi tak satu pun dari dirinya yang terlihat biasa seperti manusia lainnya.

Rambut wanita itu semerah fajar, matanya yang elok selalu terlihat seperti kobaran api—seperti mata milik kami. Saat dia tersenyum, langit menjadi cerah dan burung-burung berkicau. Rona merah di wajahnya membuat mawar-mawar bermekaran. Dalam tiap tarikan nafasnya, mendatangkan semilir lembut angin sejuk yang membawakan kebahagiaan di hati semua orang.

Tanpa kami sadari, semakin banyak yang ikut berdansa di sekeliling kami. Aquinier sedang berdansa bersama saudari kami, Earithear. Dan dua orang pangeran cilik mendatangiku untuk mengajakku berdansa. Yang lebih tua memiliki wajah persis seperti Ratu kami, dengan rambut merah namun mata sewarna cahaya matahari. Adiknya, si bungsu, mirip dengan ayahnya dengan kulit seputih salju, rambut sehitam kegelapan malam dan mata serupa bara api neraka.

"Kau harus berdansa denganku dulu, Aerinear!" Si bungsu protes saat aku menerima ajakan kakaknya.

"Tapi aku lahir duluan. Sudah sepantasnya aku berdansa dengan Aerinear terlebih dahulu."

Lotus of East PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang