Chapter 9 : Yeon-Hwa

100 12 7
                                    

회망은 꿈이 아니라 꿈을 실현하는 방법이다.

"Harapan bukanlah mimpi, itu adalah cara untuk membuat mimpi menjadi kenyataan"



Saat aku terbangun, kami sudah berada di sebuah penginapan di Schere.

Tidak ada gunanya aku memarahi dua Naga cilik itu. Toh kami sudah sampai di Schere dengan selamat dan lima hari lebih awal dari yang kurencanakan serta menghemat ongkos perjalanan yang cukup besar. Shuu dan Kaze tampak puas saat aku kehilangan kata-kata untuk memarahi mereka. Di Orient mereka dianggap seagung Dewa dan Dewi, tak pernah sekali pun dalam hidupku aku ingin mengutuk Dewa dan Dewi sebesar aku ingin mengutuk mereka berdua karena membawaku terbang dalam keadaan tidak sadar. Aku mengurungkan niatku dan membiarkan mereka menang untuk kali ini. Sekarang kami tinggal memikirkan cara menyusup masuk ke Istana Schiereiland tempat tinggal Anna. Itu adalah bagian yang paling sulit.

"Kita tidak bisa datang begitu saja dan minta untuk dipertemukan dengan Putri Anastasia?" Tanya Kaze.

"Tidak bisa. Kita tidak sepenting itu."

"Kami penting. Kami adalah Naga Kembar." Shuu memprotes. Logat khas ningratnya membuatku kesal.

"Oh, silahkan saja merubah wujud kalian menjadi Naga dan mengetuk pintu Istana! Kita lihat apakah mereka semua akan bersujud menyembah kalian atau justru menembaki kalian dengan panah dan tombak!"

Mereka pun terdiam. Sepertinya mereka paham bahwa di luar Orient, mereka tidak seagung itu. Aku jadi merasa tidak enak membuat Naga Kembar yang sebelumnya hanya ada dalam legenda jadi berkecil hati seperti itu.

"Lagi pula... tidak akan ada yang percaya kalau pun kalian menggembar-gemborkan identitas kalian sebagai Naga Kembar. Schiereiland bukan Orient." Kataku akhirnya. Tapi kata-kata itu tidak lantas mengobati rasa kecil hati mereka. "Bukan kah sebaiknya kalian tetap merahasiakan identitas kalian? Orang-orang Orient yang kehilangan kalian mungkin masih mencari kalian."

Shuu dan Kaze masih berdiam diri. Kali ini dari raut wajah mereka, aku dapat menebak, sepertinya mereka sedang mengingat sesuatu yang menyedihkan. Aku tidak berani bertanya. Tapi Shuu pasti membaca pikiranku sehingga dia menatapku dan menjelaskan dengan suara lirih,

"Saudari kami, Earithear, mati terbunuh di Schiereiland. Ratu kami mengatakan Earithear dihujani serangan anak panah beracun oleh tentara Nordhalbinsel yang saat itu menjaga wilayah perbatasan Schiereiland."

"Oh... Maaf... Aku sama sekali tidak tahu—"

"Tidak apa-apa." Jawab Kaze langsung. Terkadang anak perempuan manis itu lebih tegar dari yang terlihat. Dia bahkan memaksakan senyum padaku. Bukan berarti aku memaafkan tindakannya yang membawaku terbang saat aku tertidur.

Shuu dan Kaze kemudian saling bertatapan cukup lama. Aku yakin sekali mereka sedang bertelepati. Mungkin merencanakan hal licik lainnya.

"Kau pernah menjadi mata-mata di Istana Schiereiland." Kata Kaze kemudian. Aku tidak akan bertanya dari mana dia tahu. Mereka Naga Kembar. Aku tidak akan heran lagi.

"Benar." Jawabku.

"Kalau begitu bagaimana caramu masuk ke Istana Schiereiland terakhir kali?" Kali ini Shuu yang bertanya.

"Ada sebuah acara besar. Pesta dansa kerajaan. Raja dan Ratu Schiereiland mengundang tamu dari berbagai negara termasuk Orient. Aku masuk dengan menyamar sebagai salah satu tamu dari Orient, salah satu selir Kaisar karena ada banyak sekali selir Kaisar yang datang ke pesta. Dan setelah berhasil masuk, aku menyamar menjadi pelayan setelah berhasil mencuri seragam pelayan di gudang penyimpanan. Lalu setelah pesta usai, aku menyamar menjadi seorang pengawal Istana dengan melumpuhkan salah satu pengawal yang sedang berjaga. Begitu seterusnya."

Lotus of East PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang