Chapter 27;

4.2K 215 2
                                    

Mentari menunjukkan sinarnya. Cerah seperti senyum Alan yang ikut senang atas kepulangan diriku dari rumah sakit. Berhubung kondisiku belum pulih total, papa dan mama membiarkan aku dan Alan bersantai. Tentu saja tujuannya agar anak tercintanya tidak stress diam sendiri di kamar. Setelah papa mengantarku sampai rumah, papa dan mama bergegas keluar kota untuk seminar. Untung saja Alan masih disini, aku tidak akan merasa kesepian.

Kami berdua bersantai di kamar, menonton film sambil membawa makanan ringan. Sampai akhirnya Alan memeluk badanku dan menaruh wajahnya di perutku. Aku mengelus rambutnya sambil tersenyum,

"Bosen ya?" Tanyaku.

Dia menggeleng pelan, "kangen."

"Dari kemarin kita bareng terus loh.." lirih ucapanku.

"GA BOLEH KANGEN?!" Seru Alan sambil mendongakkan kepalanya.

"Ya.. boleh tapi.."

Alan menggesekkan kepalanya di perutku. Membuat beberapa kupu-kupu di dalam perut berterbangan.

"Ini mah mau manja kan?" Tanyaku sambil terkekeh.

"Huum.." balas Alan sambil memelas.

Aku tersenyum dan tetap mengelus rambutnya. Sampai akhirnya aku berniat mencari beberapa lagu, toh filmnya diabaikan Alan.

"Tunggu, filmnya ganti lagu aja." Cetusku.

Alan membiarkan aku terbangun. Kemudian aku mencari lagu di youtoob.

Justin bieber - Confident🎵

Klik!

Aku merasakan Alan memelukku dari belakang. Pelukannya begitu erat, bahkan aku tau apa maksudnya. Dia menaruh dagunya di pundakku, kemudian menyesap daun telingaku pelan. Aku bergidik. Merinding rasanya.

"Alan.." lirihku pelan.

Tangan Alan menjadi liar, terutama karena musik yang aku putar. Pertama dia hanya memeluk perutku, tapi kini tangannya mulai meraba. Tentu saja kupu-kupu dalam perutku protes karenanya.

"Alan, sebenta-" Alan menjilat telingaku sekilas. "Ah- ALAN" pekik diriku karena terkaget.

Jail, tanganya mulai mengelus bawah perut. Aku membalikkan badan, mencium bibir Alan tanpa memberi jeda. Alan dengan senang hati menerimanya.

Musik berganti,
SoMo - Ride

Musik yang pelan membuat kami menjadi lebih tenang dalam pergerakan. Aku meraba tengkuk Alan, mengelus daun telinganya pelan. Kemudian kami melepaskan ciuman.

"Nakal," lirihku pelan.

"I know right, but u'll like it, babe." Tukas Alan sambil meraba bokongku.

Aku mendorong badan Alan hingga terjatuh di kasur. Tanganku meraba pahanya sebelum akhirnya aku menaiki badannya dan merangkak di atasnya. Alan memandangiku dengan tatapan tidak sabar.

Musik kembali berganti,
The Weeknd - The Hills

Mengikuti iramanya, membuatku menjadi tidak waras. Badan kami mulai membara, saling mencari posisi untuk mendominasi satu sama lain. Tangan Alan yang kuat tidak membiarkan diriku mendominasi. Curang. Dia mendekapku dengan jari tengah sudah menyentuh area intimku. Aku yang panik berusaha memberontak dan berganti posisi, namun sentuhan Alan membuat diriku tidak berdaya. Dia membuatku tidak berkuasa di dekapannya dan dengan santainya dia tetap melakukannya.

"Jari gue cepat, pasti lo suka lebih dari vibrator." Bisik Alan di kala merasakan suhu panasku yang melonjak tinggi.

Bersambung...

Make The Boys Cry [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang