❝05. Dibandingkan❞

23 3 0
                                    

Sendu Sejuk

Rasanya aneh ketika membandingkan
kelakuan buruk anak tiri
dengan kelakuan baik anak nya sendiri.
Menurut pandangan dia

•••∆•••

Selesai berfoto dengan Abzar, Safara kembali melihat-lihat bukunya. Dia tertarik membeli buku yang baru saja debut sebagai novel itu, sungguh. Safara menginginkannya, tapi dia harus menabung dulu. Baiklah, dia akan menabung dan langsung membeli bukunya disini.

"Mau beli?" tanya Abzar yang melihat kebimbangan di wajah Safara.

Gadis itu menggeleng, "Keluar yuk."

Abzar bingung, kenapa tidak jadi membeli. "Kenapa?"

Safara tersenyum memperlihatkan gigi nya, "itu..gak punya uang," cicit Safara nyaris tak terdengar.

Abzar terkekeh, dia mengambil buku itu lalu kembali menaruhnya. "Kapan-kapan balik lagi aja, gue gak bawa uang lebih."

Safara mengernyit, "Kamu mau beli juga?"

"Enggak, itu buat lo."

"Kok buat aku?"

"Kan lo mau, kalau sekarang gue gak punya uang jadi besok kalau mau kita balik lagi kesini terus beli deh." jelas Abzar membuat Safara mengkerut dahi semakin dalam.

"Gak usah segitu nya, aku bisa kok beli sendiri, udah yuk pulang."

Safara menarik tangan Abzar keluar Gramedia. Abzar sedikit takut jika keluar dari Gramedia akan dimarahi karena tak membeli barang apapun, namun nyatanya tidak. Mereka memaklumi orang-orang yang masuk kedalam sana itu niatnya hanya melihat tapi lebih sering yang membeli.

"Gak apa kita gak beli apa-apa disana?" tanya Abzar.

"Gak apa kok, aku sering gitu hehe. Tapi aku gak ngambil aku cuma liat buku-buku terbaru terus liat harga udah gitu pergi." jelas Safara, takut-takut Abzar berfikir jika Safara mencuri buku jika tak punya uang.

"Kok ngira gue mau mikir lo mencuri sih?"

"Ya takut aja, tapi sumpah aku gak pernah kok!" Safara mengangkat kedua tangannya dan jari yang berbentuk peace.

Abzar tertawa pelan, "Iya gue percaya kok." Mendengar itu tentu saja membuat Safara tersenyum.

"Eh ke Timezone bentar yuk!" ajak Abzar. Tanpa persetujuan dari Safara, laki-laki itu sudah menarik tangan Safara lebih dulu hingga Safara yang ingin berbicara terpotong.

"Aku belum izin Mama," ucap Safara sedikit menyentak tangan Abzar agar berhenti menariknya. Dia melirik Abzar datar membuat laki-laki itu diam.

"Sorry..."

Safara menghela, jika boleh jujur dia juga ingin bermain ke Timezone, tapi dia juga takut saat pulang kena omel oleh Sinta belum lagi Danar. Dia malu, takut saudara-saudara Sinta berfikir aneh tentang dirinya.

Mungkin dibelakang Safara mereka mengatakan seperti itu. Berlagak baik namun hatinya membenci.

"Yaudah kita pulang,"

Abzar langsung melewati tubuh Safara dengan menunduk. Tatapan Safara tadi benar-benar menusuk ulu hatinya. Baru pertama kali dia melihat tatapan itu dimata Safara yang selalu menampilkan mata binar.

"Ak-aku...mau kok," Langkah Abzar berhenti sebelum membalikkan badan menatap Safara.

Gadis itu merogoh mencari ponsel dan mengabari Sinta, jika dirinya pulang agak terlambat. Abzar langsung menghampiri Safara dan mencegahnya, dia tak mau jika karena dirinya Safara akan telat pulang dan bisa saja dimarahi.

Sendu Sejuk | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang