"Eps. 12"

128 25 0
                                    

Jaehyun menceritakan semuanya, saat Doyoung memberitahu dia soal perasaannya. Seolah-olah meminta izin padanya. Karena cerita itu, efek kantuk dari obat yang diminumnya hilang. Doyeon dalam tubuh Sejeong memutuskan kembali ke kelas. Sepanjang perjalanannya, dia sesekali tersenyum dengan wajah merona lalu kembali mengibas-ibas wajahnya itu.

Dia bahkan tak menyadari Jaehyun mengekorinya sedari tadi dengan wajah cemberut, "cih, lihat dia? Aku bahkan bisa melihat bunga tumbuh diatas kepalanya,"

"Oh, Kimkim!" Doyoung keluar dari kelasnya dan tak sengaja berpas-pasan dengan Sejeong.

"Kimkim? Hyaa~ coba ulang lagi, kau memanggilnya apa?" Jaehyun lalu nyosor menengahi mereka yang bahkan tak mempersilakan Sejeong untuk membuka mulut.

"Kimkim?" Doyoung mengulangnya dengan polos.

"Iiihh~ aku sampai merinding loh!" Jaehyun memperlihatkan bulu tangannya yang berdiri dan malah mendapati tatapan sinis dari Sejeong.

"Dasar bocah Prik," cibirnya pelan.

Doyoung tertawa kecil, dia dan Jaehyun bisa mendengar itu. "Setelah sekolah bubar, mau pulang bareng?" Tanya Doyoung.

"Aku..." Sejeong lebih dulu mengaangguk, namun dia mengingat perkataan Jaehyun kalau pria itu menyukainya. "Kimkim, kau sakit? Kenapa wajahmu merah sekali?" Doyoung berniat menyentuh jidat Sejeong namun Jaehyun memukul enteng tangan itu.

"Aa...aku sudah janji sama Yeeun dan Mina untuk pulang bersama, aku ke kelas dulu," Sejeong langsung ngibrit meninggalkan 2 pria yang saling menatap satu sama lain bingung.

"Dia benar-benar baik-baik saja?" Gumam Doyoung khawatir.

Jaehyun mendesah panjang sambil merangkulnya, "dia seperti itu karena sudah tahu semuanya!"

"Semuanya?"

"Hm, kalau kau menyukainya!"

"Apaa???"

*****

Sejak tahu perasaan Doyoung padanya. secara naluriah hanya mendengar suara langkah Doyoung dia segera ngibrit kabur. Selain karena tak bisa mengontrol jantungnya yang berdebar, pemilik tubuh itu beberapa hari ini rewel dan memperingatinya untuk tidak jatuh hati pada Doyoung. Dia harus menerima kenyataan lebih dulu bahwa mereka berdua hanya akan terluka.

"Apa maksudmu meragukan perasaan Doyoung?" Oceh Sejeong sembari memasang earphone ketik dia baru saja melewati gerbang sekolahnya.

"Woaahh~ kau ngajak ribut yah!" Sejeong malah memasang kuda-kuda, meski dia tahu tak bisa memberi pelajaran pada pemilik tubuh itu.

"Sejeong-ah, selamat pagi!" Yeeun tiba-tiba muncul dan merangkulnya.

Ekhm~

Dia segera mengubah mimik wajahnya yang tadinya kesal lalu tersenyum lebar. 

"Ohiya, aku sudah menyelesaikan lukisan yang kau suruh" Yeeun memberikan sebuah bingkai foto berukuran kertas hvs A4.

"Yeeun-na, apa ini terlalu berlebihan?" Sejeong menerimanya dan menatap lukisan itu, "hyaa~ ini terlalu cantik!" Teriak Sejeong protes.

"Astaga, kenapa kau sampai berteriak? Aku menggambarnya sesuai deskripsi yang kau berikan, lagi pula harusnya kau senang"

Sejeong memandangi lukisan wajah aslinya itu, "woaahh~ tapi apa aku secantik ini?" Batinnya.

"mirip sekali, benar. Ini adalah aku, tapi Doyoung nggak akan menuduhku membuat gambar wajahku secantik ini kan?" Dia meminta pendapat Sejeong. Namun, entah kemana perginya jiwa itu lagi.

"Heheheh, aku pikir kau akan menghadiahkannya pada seseorang. Jadi, aku juga membingkainya" tutur Yeeun.

"Menghadiahkan, mwoyaa~ apa Doyoung tak menganggapku narsis karena memberikan fotoku sebagai hadiah" gumam Sejeong senyam-senyum.

Suddenly, I Became a Antagonist (The End✓✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang