17. Promil

1.1K 177 11
                                    

Baru kali ini aku merasa sangat nyaman saat tidur. Hangat, empuk dan wangi. Hmm ... Apa sofa bed di rumah sakit mahal memang senyaman ini? Rasanya aku jadi malas bangun.

"Kak ... Kakak ...."

Sayup kudengar suara Rasya memanggil. Apa aku masih mimpi?

"Kak ... Mau pipis."

Lagi, suara itu terdengar nyata. Perlahan aku membuka mata. Aku mengerjap beberapa kali saat menyadari posisi tubuh menempel dan dipeluk ... "RAKHAAAA!"

Aku mendorong tubuh Rakha agar bisa meloloskan diri tapi pelukannya semakin erat.

"Rakha, lepas! Bangun!"

"Hmmm ..." Rakha hanya menggumam tanpa membuka mata. Sekarang kakinya malah membelit kakiku.

Oke, nggak ada cara lain untuk membangunkannya. Segara kudaratkan lagi tamparan di pipinya, berharap nyawanya kembali terkumpul atau ... biarkan melayang sekalian!

"Ouch! Aw!"

Rakha mengaduh dan membuka mata. Bagus!

"Kamu! Ngapain kamu di sini?"

Hh, pura-pura bego!

"Kamu yang ngapain tidur di sini! Aku udah tidur duluan di sofa. Kenapa kamu tiba-tiba di sini? Awas!"

Fiuh! Akhirnya aku bisa lolos dan berdiri.

"Kamu sengaja ya? Mau memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan!"

Aku berkacak pinggang dan melotot. Aku jadi teringat lagi malam pertama yang menyedihkan itu, sial!

Rakha segera bangkit dan duduk, aku mundur satu langkah. Kenapa Rakha malah garuk-garuk kepala?

"Aku--"

"Kakak, mau pipis."

Suara Rasya mengalihkanku dari Rakha. Astaga, jadi tadi itu beneran suara Rasya? Aku kira cuma mimpi.

"Eh, kamu udah bangun? Mau pipis? Sini Kakak bantu."

Baru akan mengangkat Rasya, Rakha tiba-tiba menyela.

"Biar aku aja." Rakha langsung menggendong Rasya dan menyeret tiang infus.

Dih! Sok baik!

Aku memilih merapikan sofa dan mengembalikan bentuknya seperti semula. Mendadak aku terdiam. Jadi, semalam aku tidur di pelukan Rakha? Jangan-jangan dia ....

Aku memeriksa pakaianku, hh ... syukurlah masih utuh. Itu artinya, Rakha nggak melakukan 'itu' lagi, kan?

Aku menggeleng kuat-kuat. Ish! Kenapa otakku malah memikirkan 'itu'? Kutepuk-tepuk jidatku.

"Permisi ...."

Suara seseorang dan pintu terbuka membuatku menoleh. Rakha sudah mengembalikan Rasya di ranjang.

"Permisi ini sarapannya ya, Bu, Pak."

"Oh, iya makasih. Taruh di meja dulu," jawab Rakha.

Aku tersenyum dan mengangguk pada petugas yang berpamitan.

"Rasya mau makan sekarang? Kakak suapin ya?"

Lagi-lagi langkahku dicegat oleh Rakha.

"Disuapin sama Kak Rakha aja ya." Rakha sudah mengambil baki dan berjalan ke arah Rasya.

Ck! Apa sih maunya? Heran! Rasya malah mengangguk kegirangan. Ya sudah, lebih baik aku ke toilet saja.

Selesai dari toilet, aku masih melihat Rakha menyuapi Rasya. Mereka kelihatan begitu akrab dan sesekali tertawa bersama saat Rakha bercerita.

RAINBOW CAKE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang