Anak Kecil

17 3 10
                                    

Aku selalu gemar pada 1 anak ini, namanya Tari. Dikabarkan, orangtuanya tiba-tiba menghilang ketika ia berusia 6 tahun dan ditemukan pingsan di kamarnya. Sungguh malang nasibnya. Dia kemudian diantar ke tempat yatim piatu terdekat, dan disinilah dia. Bersama dengan yang lainnya, dia selalu terlihat aktif.

Sekarang dia berusia 8 tahun. Dia adalah anak yang periang, selalu ingin tahu, dan mudah berinteraksi dengan orang lain. Temannya di sini mungkin sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Setiap hari dia selalu membawa boneka kesayangannya, tidak pernah dilepas. Aku senang bermain dengannya, rasanya asyik, meskipun sebenarnya aku sudah tidak cocok memainkan permainannya. Dia suka bermain masak-masakan, katanya, ini mengingatkannya akan kedua orangtuanya. Aku tersenyum membayangkan kenangan indah itu.

-----------------

Di suatu hari yang panas, aku beristirahat sebentar di teras. Seketikanya, Tari datang menawarkanku minum.

"Duh, panas banget ya kak, mau aku buatin minum yang seger ga? Biar bisa tetep semangat."

"Boleh tuh, Tari. Tolong buatin teh manis dingin, dong," sambungku.

Tari mengangguk dan bergegas ke dapur. Aku menunggunya sambil melihat kondisi alam yang sunyi dan rindang, aku mungkin tidak dapat melihat hal seperti ini lagi. Keadaan tersebut sangatlah sempurna bagiku. Ketika menenangkan diri, Tari datang membawa 2 gelas teh. Aku berterima kasih lalu mengajak Tari duduk bersamaku. Kami berbincang sambil meminum teh buatannya. Setelah selesai acara minumnya, entah kenapa, aku ingin tidur. 

"Eh, Tari, kakak tiba-tiba mengantuk nih. Kakak istirahat sebentar ya"

"Baik kak, lagian kakak pasti cape juga kan? Ngurus anak sebanyak itu," dia berbicara seakan seperti orang tua.

"Hehe, engga sih, cuma mungkin emang perlu istirahat, palingan 15 menit."

Aku beranjak dari kursi lalu menuju ruangan tidur. Aku melihat Tari masih asyik di teras. Aku pun naik ke kasur, memejamkan mata, lalu tertidur.

Saat aku membuka mata, aku merasa bahwa tubuhku berat untuk digerakkan. Mungkin karena masih mengantuk, aku tidak terlalu merisaukannya. Namun, aku merasa bahwa aku sedang digendong, aku pun melihat ke bawah, benar. Tapi kok? Aku mulai mendongak ke atas dan melihat Tari. Dia menyadarinya dan menyapa balik.

"Eh kakak, sudah bangun ya? Seneng ga kak, aku jadiin kakak jadi boneka, loh. Biar kita bisa main bareng selama-lamanya."

"Nanti kakak juga bisa ketemu sama orangtuaku, kakak penasaran kan?"

Dia menaruhku di kamarnya, meninggalkan aku. Aku menengok, lalu ada 2 sosok boneka yang bentuknya sudah berantakan. Aku mencoba berteriak, tetapi tidak bisa. Aku terdiam di sana, tidak bisa berbicara, tidak bisa mendapat bantuan, hanya terdiam.

Anak KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang