00. PROLOG

4.8K 516 276
                                    

"Mencintai kamu, entah itu anugrah terindah atau luka yang ku ukir sendiri. Hingga ajal menjemput ku terlebih dahulu." -Chryshila Arabella.

***

"Argh! Sakit... tolong hentikan... kumohon..." Suara lemah terdengar. Ia menahan air matanya untuk tidak menetes begitu saja. Perih, itu yang ia rasakan di punggungnya. Cambukan itu terus saja mengenai kulitnya yang sudah tidak berbentuk, darah segar terus-menerus menetes dari punggungnya.

"Menangis lah, wanita sialan!" Pria itu menatap lawannya dengan amarah yang bergejolak. Ia sangat puas melihat lawannya yang sudah tidak berdaya. Semalam ia menyiksanya dengan cara melecehkan wanita itu secara bergilir. Bukan ia, tetapi para anggotanya. Dan sekarang? Ia mencambuknya.

"Hiks, Rey, kumohon, hentikan... ini sangat sakit," Wanita itu bersimpuh kepada Pria itu. Dia sudah lelah dengan semuanya. Sudah 3 hari ini ia di kurung di tempat ini.

"Hahahaa, Sakit ya? Ini tentu belum seberapa Chryshila Arabella. Baru saja permulaan yang saya lakukan. Masih ada kejutan lain yang ingin saya tunjukkan kepada anda, Jalang." Pria itu tertawa dengan nyaring, sembari mencambuk wanita itu dengan bersemangat. Senang? Tentu saja. Tangisan yang wanita itu keluarkan, membuat dirinya semakin bersemangat melakukannya.

"Kumohon... mau sampai kapan kau melakukan ini kepadaku?..." Wanita itu kembali terisak. Jika begini akhirnya, ia tentu tidak akan pernah mencintai pria itu dengan tulus.

"Sampai, anda tiada, mungkin?" Ucap pria itu dengan tersenyum penuh arti. Wanita itu kembali menangis, ia sudah tidak ada harapan untuk hidup.

"Jika seperti itu, bunuh saja aku sekarang..." Wanita itu meremas tanah yang berada di bawah jemarinya, sembari menggigit bibir bawahnya dengan bergetar tak karuan. Tentu saja itu membuat Rey merasa sangat senang. Memohon kematiannya sendiri, membuat pria itu terkekeh geli.

"Oh, ayolah. Anda perundung hebat, tunjukan semuanya disini." Suara pria itu terdengar seperti mengejek, membuat Ara meneteskan air matanya kembali. Mencintainya, menjadikannya raja dalam hidupnya, ternyata tidak cukup untuk menjadikan miliknya seorang. Pria itu seharusnya mencintainya, Alih-alih membencinya.

"Hm, sepertinya ada yang kurang." Ia menatap punggung Ara dengan tersenyum simpul. Lalu mengambil belati dari saku celananya. "Seperti nya lebih bagus, jika di ukir dengan belati ini." Senyuman lebar terbit dari bibir pria itu. Tanpa aba-aba, ia langsung menulis di punggung bagian atasnya. 'JALANG!' Satu kata itu berhasil menempel di punggungnya. Rey tersenyum puas. Ia sangat puas dengan hasil yang ia lakukan.

Ara kembali menangis, ia benar benar ketakutan sekarang. Jika waktu bisa di putar, mungkin ia memilih untuk tidak pernah jatuh cinta kepada pria itu. Sembari meratapi nasibnya, ia menatap pria itu dengan mengepalkan jemarinya. Rasa cintanya telah hilang begitu saja. Tergantikan oleh dendam yang membuatnya ingin menghujam pria itu habis-habisan. Tapi? Bagaimana bisa? Tubuhnya saja sudah seperti ini. "Ternyata, mencintai kamu, tidak seperti apa yang aku bayangkan." Gumamnya dengan tersenyum hambar.

***

Hai hai hai, gimana kabarnya hari ini?

Spam "Next" disini.
Jangan lupa buat pencet bintangnya juga.

Maaf aku baru up, karena aku lagi malas malasnya buka aplikasi ini. Plus revisi buat aku pusing karena belum di pikirin semuanya. Jadi kayak mendadak gitu mikirnya.

Di sebelumnya, prolog belum aku bikin yekan? Haha, intinya nanti aku buat alurnya kayak sedikit berubah gitu. Aku mau bilang makasih yang udah dukung aku dari awal cerita ini publish.

Hehe udh dulu ya, bye all. Aku mau menghilang lagi, hohohoho. Bercanda ya, nanti insyaallah aku up secepatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Reynand Aldian Bramanthio Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang