Rizal menatap ponselnya ia telah mengirim pesan pada grup dan pesan-pesan lainnya yang sempat ia tunda untuk tidak melihatnya, Faisal sudah pulang beberapa menit yang lalu, meminta nya agar tidak kemana-mana dulu.
Pesan dari Fabia ia membacanya dengan tekun meski pesan dari gadis itu sangat beruntun membuatnya sedikit enggan membaca karena berisi alasan mengapa ia bisa kenal dengan Tian dan alasan mengapa ia tidak memberitahu nya
Membaca saja sudah cukup, ia melempar ponselnya ke kasur dan menyisir rambut nya, hari ini ia absen untuk pergi sekolah tidak karena badannya masih kurang fit tapi ia juga ingin menenangkan diri tentang yang terjadi belakangan ini membuatnya semakin bermasalah ia ingin meredam emosi sedalam-dalamnya dan menjadi murid baik hingga lulus
Hanya itu. Setelah lulus ia bisa melakukan apa saja pada Tian, tapi tidak sekarang ia harus lulus untuk membuktikan pada keluarga nya bahwa ia memang bisa lulus tanpa di tangguhkan
Rizal mengambil kunci motor dan ponselnya lalu berjalan keluar dari kamar menutup semua pintu dan jendela dengan rapat, saat ia membuka pintu seorang gadis berseragam SMA membelalakkanginya seolah sedang cemas, gadis itu berbalik dan tampak kaget melihat Rizal sudah berdiri di belakang nya
"Fabia?" tanya Rizal dengan tak percaya, apakah ia membolos?
"Rizal!" seru Fabia dan menghambur lepelukannya membuat Rizal heran tak tahu harus berbuat apa ia juga tak membalas pelukan nya
"Rizal aku minta maaf, jangan diemin aku. Aku gak tau kalau Tian benci sama kamu, kalau aku tau kalian musuhan aku gak akan respon dia" ucap Fabia dalam peluknya terdengar seperti menangis.
"Kenapa lo bolos?" tanya Rizal tanpa ekspresi membuat Fabia menengadah dan mengeratkan pelukannya.
"Aku takut...aku takut kamu pergi lagi, aku gak punya kesempatan ketemu karena harus sekolah, jadi aku bolos!"
Rizal melerai pelukannya dan menatap Fabia dengan lekat, "Gue mau sendiri" ucap Rizal membuat hati Fabia terasa sakit.
"Gak mau! Kamu kenapa sih? Bukan aku yang duluan, Tian yang punya kontak aku!"
"Tapi lo sama aja!"
"Sama gimana? Aku juga biarin kamu chatting sama Dwi!"
"Tapi Dwi itu temen sekelas! Satu kelompok! Asu"
"Kamu juga larang aku chatting sama cowok sekelas, aku juga selalu nurut sama kamu. Tapi Tian itu temen kamu! Dan aku gak tau kalau kalian lagi marahan"
"Bacot. Terus aja lo belain Tian!"
"Aku gak belain Tian, tapi itu emang bener Zal"
Rizal memutar bola matanya dan menghela nafas kesal menatap Fabia dan menariknya menyudutkan ke tembok membuat Fabia was-was
"Denger ya, kalau lo udah jadi milik gue. Itu artinya lo gak boleh respon cowok lain apalagi itu temen gue bahkan musuh gue!" desis Rizal tajam membuat Fabia takut, Rizal selalu melakukan hal mengerikan meski terlihat sepele namun menusuk hati
Fabia sudah mengeluarkan buliran air bening melintasi pipi nya ia tak bisa menatap Rizal saat sudah sangat marah ia sangat takut, takut jika kata-kata tak diinginkan keluar dari mulutnya
"Gue harus kayak gimana sih Fab?...gue gak bisa Fab" ucap Rizal dengan nada yang amat kecewa, Rizal melayangkan pukulannya membuat Fabia memejamkan matanya tapi yang terjadi suara tembok yang keras dihantam tinju cowok itu tepat di samping kepalanya
"Gue gak suka lo ngobrol sama cowok selain gue!" seru Rizal dengan lantang.
"Kalau lo emang mau, tinggalin gue sekalian dan pergi sama dia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kulkas Aktif《Completed》
Художественная проза『DILARANG KERAS PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN! - Mengandung kata2 makian dan kasar - Harap bijak dalam membaca - Vote untuk saling menghargai - Komen agar makin akrab - Baperan gak usah baca -SEKIAN TERIMA GAJIH😘』 Remaja yang cuek dan masa bodo...