Aku rasa ....
Rindou menatap datar sang target yang sudah gemetar hebat. Keempat pria yang sudah berkepala empat itu terduduk lemas di ubin yang kotor dan ruangan dengan penerangan yang kurang memadai. Rindou bersama ketiga orang di sampingnya—Haitani Ran, Sanzu Haruchiyo, dan Mikey—bersama-sama ingin menghabisi para serangga di hadapan mereka. Para serangga yang sudah berani menipu Bonten atas kerjasama yang mereka lakukan di perusahaan ilegal milik mereka. Padahal mereka tahu dengan siapa mereka berhadapan dan apa yang akan menjadi balasannya yaitu nyawa mereka dan nyawa keluarga mereka. Namun memang pada dasarnya mereka itu kepala batu, jadi hal yang menjadi larangan adalah sebuah perintah bagi mereka.
Rindou menempelkan ujung pistol ke dahi salah satu pria yang berada di hadapannya. Pria yang tengah menahan ketakutannya karena aura mencekam dari orang-orang yang sadis di hadapannya. Merasakan betapa dinginnya ujung pistol itu ketika menempel sempurna di dahinya dan dengan hitungan detik kapan saja pelatuknya akan ditarik oleh sang pemilik.
Di ujung sana, Sanzu tersenyum puas menatap keempat pria tua yang tengah gemetar hebat menahan rasa takut mereka. Pria bersurai pink/rossy itu merogoh kantong celananya guna meraih sebotol kaca yang berisikan pil-pil narkotika yang akan ditelannya seketika. Mengambil 5 butir pil lalu ia mengemutnya seperti sedang mengemut permen, lantas ia telan ketika dirasa sudah puas mengemut pil tersebut.
Pria yang dijuluki 'Loyal Mad Dog' itu tanpa sabar lagi mengayunkan katana kesayangannya dengan gerakan lihai. Menebas leher salah satu pria yang sudah menjadi targetnya sejak tadi. Sanzu tertawa puas saat melihat leher pria tersebut terputus dengan seketika.
Sanzu menyeringai setelah menjilat darah segar yang mengenai wajahnya.
Jeritan kesakitan mulai terdengar saat Haitani Ran alias si sulung Haitani mengangkat tongkat besinya lalu memukulkannya di badan ketiga pria tersebut.
Sanzu tertawa mendengar jeritan kesakitan dan permohonan ampun yang keluar dari mulut busuk mereka.
"Ayo, katakan lebih keras lagi!" seru Sanzu kegirangan.
Ran tersenyum malas sambil terus mengeraskan pukulan tongkatnya pada tubuh ketiga pria itu.
Rindou menjauhkan pistolnya kala tubuh pria yang ada di hadapannya tumbang. Pemuda itu berganti menginjak wajah sang target tanpa ampun hingga wajahnya mengenai ubin yang kotor.
"M-maafkan kami," lirih mereka yang meminta maaf terus-menerus.
"Kami salah, kami mohon maaf." Lagi dan lagi, namun tak dihiraukan oleh keempat malaikat kematian itu.
Rindou menatap lurus ke depan, seketika ucapan seorang wanita pada saat 13 tahun lalu, terlintas di pikirannya.
"Jangan dipedulikan. Anggap saja mereka hanyalah lalat."
Rindou terdiam untuk beberapa detik, namun setelahnya pria itu kembali berucap.
"Ya. Kau benar. Mereka hanyalah lalat. Lalat yang menjijikan yang pantas untuk dibunuh." gumamnya yang diakhiri seringaian kecil.
Rindou berjongkok di hadapan wajah pria tua tersebut. Ia kembali menempelkan ujung pistolnya di sebelah keningnya. Jarinya bersiap untuk menarik pelatuknya.
"Hey, berikan aku rintihanmu untuk terakhir kalinya." bisik Rindou tepat di telinga pria tersebut.
"Berikan aku kesenangan untuk malam ini." ucap Rindou sambil memutar-mutarkan ujung pistolnya di dahi pria itu.
"T-tolong ... maafkan aku."
Putaran pistolnya terhenti, "Memaafkanmu?" remeh Rindou.
Rindou tampak berpikir, meski pada akhirnya pria itu akan tetap mati di tangannya.
"Hmm, tidak bisa semudah itu. Kau harus membuatku senang terlebih dahulu, maka dengan begitu aku akan memaafkanmu ...." bisik Rindou.
"..., meski mustahil." lanjutnya diiringi seringai yang menyeramkan.
"Jaa, sayonara, nee!" ucap Rindou.
Dan dalam hitungan tiga detik, nyawa pria yang ada di hadapannya Rindou akan habis di tangannya seketika.
1...
2...
3...
Rindou menarik pelatuknya hingga peluru yang keluar dari ujung pistol itu mengenai dahi pria itu. Meninggalkan jejak lubang yang dalam. Darah segar mengalir dengan deras dari sana. Rindou tersenyum puas saat melihat karyanya itu. Namun tak hanya sampai di situ saja, Rindou masih bermain dengan pistolnya itu. Pemuda itu mengarahkan pistolnya ke punggung, tangan, kaki, dan hampir seluruh bagian tubuh pria yang sudah tak bernyawa lagi itu ia tembak.
Rindou yang sudah merasa puas dengan karya buatannya, menolehkan kepalanya guna menatap rekan dan kakaknya. Mereka juga sama, sudah selesai bermain dengan serangga di hadapan mereka. Lantas mereka tertawa puas penuh kemenangan saat melihat keempat mayat yang mati dengan mengenaskan itu.
"Setelah ini, mari kita berpesta!" seru Sanzu semangat yang disetujui oleh ketiganya.
Bau anyir mendominasi ruangan gelap dan kotor itu. Inilah mereka, sang petinggi Bonten yang sadis dan kejam. Namun ini hanyalah baru sebagian, belum seluruhnya.
Sanzu dan Ran membereskan semua mayat itu hingga tak meninggalkan jejak sedikit pun. Inilah kehebatan Bonten, selalu melakukan hal kriminal namun tak pernah diketahui oleh pihak berwajib sekali pun. Mereka licik dan cerdik.
Rindou menatap sendu sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya. Sudah 13 tahun cincin itu berada di jarinya. Cincin yang sama dengan seorang yang dicintainya yaitu Hitori Ryu.
Rindou mengecup lembut cincin itu. Memberinya usapan lembut sambil tersenyum tipis. Pria ini masih menanti kembalinya sang pujaan hati yang telah lama pergi meninggalkannya. Dirinya tidak tahu sampai kapan lagi ia harus menunggu, meski sampai akhir napasnya pun Rindou masih akan tetap menunggu wanitanya kembali.
..., setiap detiknya aku selalu jatuh cinta padamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories and Cigarettes || Haitani Rindou x female
FanfictionSi Haitani bungsu yaitu Haitani Rindou merupakan seorang eksekutif di organisasi terkejam di Jepang yaitu Bonten. Siapa yang tak tahu Bonten? Organisasi kriminal terkejam dan terlicik di Jepang. Keberadaannya selalu tak bisa diketahui oleh polisi. B...