Halaman satu,Jendra dan kata bodoh

936 75 4
                                    

Pict: pinterest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pict: pinterest



"Bodoh"Satu  kalimat yang sering di ucapkan ibu kepada Jendra,si anak sulung nya yang lahir tak sempurna dengan  kelahiran yang tak rela

Meski begitu Jendra selalu menghargai setiap kata,cacian dan umpatan yang keluar dari mulut ibunya

Jendra tahu dia tak sempurna, terlahir tuli dan memiliki sedikit kelemahan pada otaknya membuatnya terkadang berpikir telat itu yang membuat ibunya sering mengatakan Jendra bodoh lagi pula siapa yang mau terlahir seperti ini?

Semua manusia ingin terlahir sempurna.

Ibu tidak hanya membenci kekurangan Jendra,dia juga membenci jendra karna telah lahir,hasil kesalahan.

Parahnya semesta telah menyelamatkan Jendra yang pada saat usia kandungan ibu 2 bulan Jendra akan di gugurkan tetapi tidak jadi karna ibu tiba-tiba berubah pikiran...aneh

Seharusnya jika Jendra akan mati tolong lenyapkan saja percuma dia hidup tapi di benci ibunya,bahkan dia merasa mati tapi bernafas penuh siksaan dan kebencian.

Jendra mengintip di balik pintu kamar saat mendengar suara bahagia ibunya karna sang ayah telah pulang--ralat ayah tirinya telah pulang

Tersenyum samar kala melihat bibir sang ibu tersenyum lebar karna mendapat kecupan tiba-tiba dari sang suami

"Tumben ayah pulang jam segini"celetukan itu berasal dari mulut Juan sang adik tirinya,ia menuruni tangga dengan mata sesekali melihat ke arah layar ponsel,Jendra tahu pasti sang adik sedang bermain game

Jendra dan Juan tentu saja berbeda,juan itu tampan,rapi dan populer bahkan saat ini ia baru masuk kelas 10 SMA saja satu sekolah langsung terpana karena ketampanannya

Satu kekurangan yang juan miliki,ia nakal,sering bolos dan Penakut

Jika juan kelas 10 tentu saja Jendra kelas 12,tapi selama 2 tahun masuk sekolah Jendra tidak sepopuler  Juan

Ia hanya di kenali karna kekurangannya dan alat pendengar di telinganya

Sedikit tak adil tapi seperti itulah dunia

"Ajak Jendra makan"kata sang ayah,Regan

Aruna,sang ibu memutar bola mata jengah "Jendra makan!"perintahnya

Sebenci-bencinya ibu kadang  sering tak tega ketika melihat Jendra kelaparan,sering memegangi perut kurusnya

"Nanti mati kamu kalau gak makan!saya gak mau kalau tetangga mikir saya gak ngasih makan kamu"teriak Aruna lagi

Jendra membuka pintu,kamarnya memang berada di bawah dekat dengan dapur

Ia duduk dekat Regan di hadapannya masih ada Juan sibuk dengan gamenya

"Juan udahan dulu mainnya"Pinta Aruna lembut

"Bentaran ah"Juan masih tetap pada fokusnya

"Juan!"sedangkan saat suara besar sang ayah keluar,Juan langsung menyimpan ponselnya jauh dari jangkauan

Juan memang takut pada Regan

"Kamu tuh baru masuk SMA harusnya belajar yang rajin,awas kalau ayah denger kamu bolos lagi!"

Juan menunduk takut

"Mas udah ah sekarang waktunya makan"--" tapi lagi pula namanya juga remaja pasti ada lah kelakuan nakal"bela Aruna

Regan diam ia tak mau perdebatan ini menjadi panjang

"Seperti biasa sesudah makan kamu cuci lagi piring"ucap Aruna dingin,matanya menatap Jendra tajam

Jendra mengangguk mengiyakan

Setelahnya acara makan-makan sudah selesai, sebenarnya Jendra masih lapar dia tadi  hanya mengambil sedikit nasi dan lauk,Jendra tak enak hati jika mengambil banyak-banyak

Di meja makan masih ada Juan dan Aruna sedangkan Regan sudah pergi ke kamarnya di lantai atas

Jendra Masih mengumpulkan piring bekas mereka tadi makan

"Ayah kamu bener juga,jangan terlalu banyak main game ya,nilai kamu nanti turun lagi "ibu memeluk tubuh Juan yang masih terdiam

"Tapi Bu aku juga gak sering-sering,tadi juga aku selesai belajar"adu Juan tak terima

Tangan Aruna mengelus lembut Surai rambut Juan,penuh kasih sayang Jendra yang melihatnya iri

"Gimana ya rasanya di peluk ibu? sesekali Jendra juga ingin merasakan pelukan tulus ibu" Tentu saja batin Jendra yang bicara,mana berani dia mengutarakan itu lewat mulutnya

"Ngapain kamu!ayo lanjutin cucian piring tuh numpuk"

Jendra buyar dari lamunan kosongnya saat suara Aruna membentaknya lagi

"Anak bodoh!"ucapnya sambil naik ke tangga di ikuti Juan

Jendra tersenyum pilu, membenarkan letak kacamatanya lalu melanjutkan kegiatannya

"Gapapa, seenggaknya ibu masih mau bicara sama Jendra walau lewat kata makian".


"Gapapa, seenggaknya ibu masih mau bicara sama Jendra walau lewat kata makian"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dunia yang  terlalu buruk atau aku yang banyak kurangnya?".

Mohon maaf jika ada kekurangan dalam penulisan atau kata yang sulit di mengerti

Saya juga manusia yang kadang salah;haha.

Berterimakasih sekali jika kamu menikmati ceritanya sampai akhir  apalagi dengan memberi vote dan komentar.

Selamat membaca dan menyelami( ◜‿◝ )♡

𝑫𝒂𝒌𝒔𝒂 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒊𝒃𝒖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang