Beberapa menit berdiam diri, Winter berbalik kearah Karina yang sudah mendudukkan dirinya di kursi halte tersebut.Winter mendekat dan dengan tiba-tiba dirinya berjongkok agar bisa melihat wajah Karina yang sedang menunduk sambil memegangi lengannya.
"Sakit, kak?" tanya Winter.
Karina menggeleng, "Gak, gapapa." jawab Karina.
"Tapi tadi dia nyengkram lengan kakak keras banget loh?" ucap Winter pelan.
"Gua gapapa, mending lo pulang aja." Karina.
"Ya udah, yuk pulang bareng." ajak Winter.
"Gak usah, gua nunggu bus aja bentar lagi dateng." tolak Karina.
"Yakin mau sendiri disini kak?"
Winter memperhatikan sekitar..
"udah sepi, beneran gamau?" lanjutnya.
Karina terlihat berfikir sejenak,
"Ya udah bareng gua aja, di jamin selamat sampai tujuan, Yuk." ucap Winter sambil berdiri dari hadapan Karina.
Gak mungkin kan Winter ninggalin Karina sendiri lagi? sedangkan tadi baru aja abis di gangguin makhluk gada adab.
Karina mengangguk sekilas lalu berjalan mengikuti Winter dari belakang yang membawanya ke arah motor yang terlihat di parkir kan tepat di depan sekolah.
Suasana sore itu sudah mulai gelap. Matahari mulai terbenam, langit sore itu dengan bangga memamerkan keindahannya dan membuat para penikmatnya terpana.
Karina tiba-tiba saja sudah menggunakan jaket kulit berwarna hitam di tubuhnya. Cuaca sore menjelang malam itu mulai terasa dingin, Winter dengan bakat kepekaan yang Ia punya pun berinisiatif memberikan jaket nya kepada Karina.
Pasalnya Karina menolak, namun dirinya sedikit terpaksa karena Winter sangat bersikeras agar Karina memakainya. Dan ya, Karina lebih baik mengalah. Lagipula cuacanya memang lagi dingin, Karina juga harus memikirkan banyak hal yang harus Ia urus esok hari. Ia tidak mau sakit dan semua tugasnya jadi tertunda.
"Kak, gua laper." ucap Winter memecah keheningan diantara mereka di tengah perjalanan.
"Hah? coba ulang." Karina mendekatkan dirinya pada winter, dirinya benar-benar tidak mendengarnya.
"Gua laper kak, pengen cari makan." Winter mengulang kalimatnya.
"Terserah lo, tapi antar gua kerumah dulu." jawab Karina dengan wajah dan suara datarnya seperti biasa.
"Duh udah laper banget ini mah, ntar gua pingsan gimana?" Winter beralasan.
"Lebay." jawab Karina dan dibalas kekehan oleh Winter.
Winter memperhatikan Karina dari kaca spion, Karina terlihat berfikir lalu merotasikan matanya.
"Yaudah terserah lo, itung-itung terima kasih karna udah bantu gua tadi." jawabnya.
Winter tersenyum sekilas sebelum melanjutkan perjalanan nya menuju tempat makan favorit nya.
Sesampainya disana, Winter memarkirkan motor kesayangannya. Mereka berdua berjalan memasuki cafe langganan Winter dan ini juga tempat tongkrongan dirinya dan teman-temannya saat waktu senggang.
Mereka mencari tempat kosong dan tidak terlalu ramai. Winter menatap Karina,
"Udah makan, kak?" tanya Winter.
"Udah." singkat Karina.
"Pas istirahat di sekolah?" tanya Winter memastikan.
"Kepo banget." Karina mulai menyibukkan dirinya dengan ponselnya.
Sejujurnya Karina juga lapar, maka dari itu dirinya ingin pulang cepat namun untuk berterima kasih karena Winter sudah menolongnya dari manusia berandal tadi, ya mau gak mau Ia harus menemani Winter makan dulu.
Suasana kembali hening, Winter memikirkan topik apa yang bagus untuk dia bahas bersama Karina. Sejujurnya ia tak suka kecanggungan.
'kruk krukk'
(ih gatau gimana suara perut bunyi tapi bayangin aja begitu)
Winter menengok ke arah Karina, jelas terdengar di telinga nya suara tersebut.
Bagaimana tidak? mereka duduk berdampingan walau jaraknya tak terlalu dekat namun hebatnya suara itu sampai di telinga Winter.
Karina merutuki dirinya sendiri, itu terjadi sungguh di luar kendali nya.
"bodoh banget, kenapa sih ga bisa nahan sebentar aja." batin Karina.
Winter terkekeh pelan,
"Gua pesenin makan nih, mau makan apa?" tanya nya.
"Gak usah, ntar gua di rumah aja." jawab Karina santai padahal dirinya sedang menahan rasa malunya.
"Gaboleh nolak rezeki, gua yang bayarin, itung-itung berterima kasih udah di temenin makan." ucap Winter tersenyum sekilas sambil menatap Karina.
Karina mengalihkan pandangannya dari Winter,
"Ya udah nasgor aja, ntar gua ganti uangnya pas sampe rumah." ucap Karina, masih dengan wajah datarnya.
"Gak usah. Ntar ya gua pesan dulu." ujar Winter lalu beranjak dari duduknya dan berjalan kearah kasir untuk memesan makanan sekalian membayarnya.
Terlihat Winter berbicara pada pegawai di cafe itu, tentu saja untuk memesan makanan mereka. Winter kembali ke tempat duduknya, keduanya sungguh betah hanya berdiam diri hingga makanan yang mereka pesan datang ke meja mereka.
Mereka makan dengan penuh keheningan, hanya ada suara piring dan sendok yang memecah keheningan diantara mereka.
Sekitar 20 menit berlalu, Winter selesai dengan makanannya.
Ia menatap Karina yang masih sibuk mengunyah,
"Ini yang di sebut semua orang galak itu? ngunyah aja lucu." batin winter.
"Ada yang salah?" tanya Karina yang melihat Winter menatapnya seperti itu.
Winter tersadar, dirinya menggeleng lalu memalingkan pandangannya ke sembarang arah.
"Ah iya.. bentar ya kak, gua mau ke toilet dulu, abis ini gua anter pulang." Winter beranjak dari duduknya dan berjalan menuju toilet.
Selesai melakukan kegiatannya di toilet, saat Ia ingin kembali ke meja mereka tadi, mata Winter terhenti pada satu titik. Dirinya melihat seseorang yang tiba-tiba saja sudah berada di hadapan Karina dan mereka terlihat sangat akrab.
Mereka berteman?
Winter tak tau dan tak ingin tau alias bodoamat saja.
"Akrab bener, temenan kali ya? atau.. ah ntahlah."
————————————————————————————————————
•FALL FOR YOU•
KAMU SEDANG MEMBACA
fall for you [winrina]
Fanfiction- GXG - 100% fiksi - homophobic dni - harshwords - ignore typo(s) n timestamp - purely from my own writing - happy reading y'all -