70. Camp bagian 2 : Arabella

2.5K 316 78
                                    

***

Galen terus melirik gadis di sebelahnya. Keduanya duduk di atas sebuah akar yang membentang panjang cukup untuk diisi oleh dua sampai empat orang.

Ia tidak berbicara, hanya termenung di tempat seolah Galen hanyalah angin lalu di pelupuk mata Anin. Kali ini, Galen harus menghadapi sisi lain dari Anin yang kasar. Bukan gadis yang tergila-gila pada Galen seperti malam itu.

"Kenapa lo masih disini?" tanya Anin kepada Galen dengan nada sinisnya.

Galen tidak segera menjawab. Ia meraih sebuah kerikil kecil lalu melemparkannya ke atas air danau.

"Harusnya gue yang tanya, kenapa lo hadir disaat Anin baik-baik aja?"

"Baik, huh? Siapa yang menurut lo baik? Gue gak pernah merasa baik sebelum para penjahat itu musnah dari kehidupan gue."

"Kehidupan lo bukan kehidupan Anin."

"Gue adalah diri gue sendiri. Lo harus menerima fakta itu."

"Justru lo penjahatnya," kata Galen merasa jengah dengan sosok paling bebal yang menyusahkan hidup Anin, menempel layaknya parasit.

"Gue adalah penyelamat diri gue sendiri, Galen."

"Bukan lo, tapi Anin. Lo adalah kesadaran dia yang lain." Galen terlihat melirik tajam ke arah gadis yang terlihat sangat meremehkan keberadaan Galen.

"Gak punya tempat pulang, ya? Sampe jadi parasit si badan orang lain," tukas Galen terdengar sinis.

Anin tertawa pelan. Entah mengapa ia merasa senang ketika ada orang lain yang menganggap kehadirannya di dunia. Pria ini ... bisa melihatnya. Apa yang tidak bisa orang lain lihat.

"Kalo gitu ... panggil gue Arabella. Salam kenal, Galen."

***

Pagi menjelang, Fahmi tengah sibuk mempersiapkan sarapan untuk peserta bersamaan dengan seniornya dari kelas sebelas yang di dapuk sebagai ketua panitia secara keseluruhan mewakili guru pembimbing.

"Ini buat kelompok lima, ya."

"Sistem pembagiannya gimana sih, Kak?" tanya Fahmi sedikit tertinggal informasi. Di antara panitia yang lain, ia dan Clara memang terpilih secara mendadak.

"Mereka semua ambil sendiri di stand yang bakal kalian jaga. Siapa yang hari ini kebagian jadwal jaga stand sarapan?" tanya Agnes selaku ketua panitia perkemahan musim ini.

"Clara sama Laras, Kak."

"Oke, kalian berdua tata mejanya di seberang sana. Anak cowok bantu bawa sarapan ke stand, ya?"

"SIAP!"

Clara yang diberikan tugas untuk menjaga stand bersama dengan seorang murid dari kelas sebelas empat bernama Laras segera mengeksekusi dan menjalankan tugas mereka sesegera mungkin.

Ia merapikan deretan meja panjang yang sudah tersedia di antara dua pepohonan yang lumayan besar sehingga dapat melindungi keduanya dari sinar matahari.

Clara yang memang termasuk ke dalam anak paling rajin di Adara begitu telaten saat membersihkan dan menata kembali meja tersebut agar nyaman untuk dilihat dan digunakan.

Laras, salah satu murid yang mengagungkan sistem kasta sedikit merasa sebal karena harus menjadi partner seorang murid beasiswa. Padahal, ia mengajukan diri sebagai panitia sekedar untuk mendapatkan akses lebih agar bisa melakukan apapun.

Vous Me Voyez? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang