Kerjap tak tenang berkali kali dilakukan. Chan bahkan mencengkram sandaran tangan di kursi pesawatnya. Mimpi buruk, Chan tak ingat apa yang dilihatnya dalam mimpi itu namun bukti bahwa ia berkeringat sekarang memperlihatkan bahwa dirinya ketakutan.
Jendela pesawat di sebelah kiri tak memperlihatkan apapun selain gelap malam. Harusnya ia berangkat di jam lain saja, Supaya dia mendarat di negara kelahirannya saat matahari menderang. Namun yang bagus jika ia mendarat sekarang adalah ia akan sampai di rumah keluarganya pagi hari sekitar jam 8. Mungkin Chan bisa sampai sebelum sang adik bangun, maka ia bisa mengejutkan gadis muda itu dan membuatnya senang tak karuan.
Atau ia bisa mengejutkan sang kakek terlebih dahulu dengan kedatangannya. Oh sungguh, Chan Tak sabar!
Pesawat mendarat, Masih gelap. Pukul 4 pagi kadang membuat merinding tubuh karena suhunya lebih rendah dari pada tengah malam.
Chan dan tas gendongnya berjalan menuju taksi yang akan mengantarnya ke stasiun kereta. Namun saat sampai dan berniat memesan tiket keberangkatan, Chan malah mendapat kecewa besar.
"Rel arah kota Jnair belum bisa dilalui, ada larangan memasuki kota itu. Bahkan kereta kereta yang biasanya lewat ke kota itu juga di haruskan memutar," Ucap lelaki penjual tiket, "Aku dengar semua jalan masuk ke Jnair di tutup."
"Kenapa?"
"Oh kau belum tahu? Mmmm Ada buronan, Kurasa kasusnya besar sekali, sampai ia di kejar kejar. Obat obatan? Atau Pembunuhan ya? Entahlah namun sepertinya dia ada di Jnair, oleh karena itu pihak polisi bahkan militer negara mencoba menangkapnya."
"Apa berita ini di ketahui semua orang? Bukankah jika begitu sang buron akan tahu bahwa ia sedang di kejar?"
"Haha. Dia sadar sekali makanya dia sangat berusaha banyak untuk bersembunyi."
Chan tak terlalu paham. Tak mau juga. Ia terdiam tanpa kata-kata.
Maka karena ia tak bisa memesan tiket ke kota kelahirannya, Chan memutuskan untuk mencari cara lain. Ia tak punya tujuan lain selain pulang, tak bisa ia sia-siakan perjalanan jauh selama 13 jam penerbangan tanpa pulang kerumah.
Awalnya dia berjalan santai, namun saat sadar apa yang di katakan lelaki penjual tiket tadi, Chan langsung panik bukan main.
Pembunuhan?
Apapun itu Chan khawatir jika terjadi sesuatu pada adiknya. Firasatnya buruk, ia harus segera bergegas.
Chan Menunggu cukup lama, Dan saat matahari terbit ia baru mendapat busnya.
Lelaki itu menunggu bus yang mungkin bisa mengantarnya ke kota Wiqna, kota yang bersebelahan dengan Jnair, Tujuannya.3 jam perjalanan, Chan sampai di Wiqna. Kalau saja ia naik kereta, Mungkin ia sampai hanya dalam 1 jam perjalanan. Tapi mau bagaimana lagi? Setidaknya ia lebih dekat dengan kota tujuannya sekarang. Namun lagi lagi, Kekecewaan menghampirinya.
"Untuk hari ini semua transportasi ke sana di hentikan. Kau tahu jembatan besar yang menghubungkan Jnair dengan Grouy? Jembatan itu dinaikan."
"Tapi sekarang aku ada disini, Jalan utama Wiqna ke Jnair adalah jalan raya biasa, tak mungkin di tutup begitu saja bak di beri pagar pembatas, Bukan?"
Senyum petugas terminal itu keluar."Sayangnya benar ada pagar pembatas disana. Semua akses masuk ditutup. Tak boleh ada yang masuk apalagi keluar," Ucapnya pasrah.
Merepotkan.
Sebesar apa kesalahan pelaku itu sampai satu kota di tutup bak tempat terlarang?
Chan mendengus kesal, Ia tak tahu harus apa.
Sebelum berangkat kemarin, Chan sudah menghubungi Bibinya, Nyonya Kim. Namun wanita itu tak mengatakan apapun soal penutupan jalan.
Sekarang pun, Sudah hampir pukul 10 pagi namun baik Bibi Kim dan sepupunya Taehyung tak ada yang menjawab panggilannya. Paman pamannya yang lain pun tak membalas pesan. Chan rasa sesuatu sedang terjadi disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Apocalypse | svt
FanfictionChan sebenarnya punya pilihan, namun ia malah memilih kematian. Walau Seungcheol sadar orang yang seharusnya ia tangkap ada dihadapan, Jeonghan ia biarkan berlindung di belakang punggungnya. Tak pernah punya waktu selain untuk uang, Jun kini malah...