Seorang gadis sepuluh tahun sedang tertidur pulas mungkin mimpinya lebih indah di banding kehidupan yang dia alami selama sepuluh tahun ini.
Adriana aline albertina panggil aja Ana. seorang gadis yang belum pernah merasakan kasih sayang keluarga selama sepuluh tahun ini dari lahir dia hanya di besarkan dengan kebencian.
Regan Albertino adalah pemilik perusahaan yang paling terkenal, bahkan keluarga albertino menjadi keluarga paling kaya ke dua di dunia. Regan ini adalah papa Ana, tapi Regan tidak mau mengakui bahwa Ana adalah anak kandungnya, dia hanya mengakui bahwa dia hanya memiliki seorang putra yang bernama Kenzo Albertino.
Kenzo Albertino atau kerap dipanggil Ken. Dia adalah kakak Ana. Dia membenci Ana sama halnya seperti Regan.
Saat asik asik Ana tertidur tiba-tiba dia di siram oleh cairan yang sangat bau dan lengket tepat di bagian muka polosnya itu. Karena hal itu dirinya terbangun dengan cepat dari mimpi indahnya. Dia melirik siapa yang menyiramnya dengan cairan bau ini.
Saat melihat sang pelaku badannya mendadak bergetar hebat, bahkan dirinya berkeringat dingin bercampur dengan cairan yang baru saja tersiram tadi.
"Malah enak-enakan tidur lagi, cepetan bikin sarapan untuk saya dan anak saya, sepuluh menit" ucap sang pelaku yang menyiramnya tadi.
Ana mengangguk pelan bahkan nyaris tidak terlihat dirinya mengangukan kepala. Hal itu membuat Regan sangat marah, ya Regan adalah sang pelaku yang menyiram Ana dengan cairan kotor.
Regan pun menjambak rambut Ana kebelakang. Ana hanya bisa meringis kesakitan, sungguh sangat sakit rasanya.
"Sa... Sakit" lirih Ana.
"Ngerti gak?!!" Gertak Regan tepat di depan muka Ana dan menguatkan jambakan pada rambut Ana.
"I...iya" Jawab Ana sambil memejamkan matanya sejenak merasakan sakit karena jambakan itu.
Mendengar jawaban Ana Regan pun menghempaskan jambakannya pada rambut Ana dengan kasar. Membuat Ana kepalanya terbentur lantai.
Hal itu membuat pelipis Ana membiru tapi tertutup poninya. Ana merasakan pusing yang sangat luar biasa.
Ana pun beranjak dari karpet yang dia gunakan untuk alas tidur. Dia melipat dan merapihkannya.
Dia pun berlalu keluar dari gudang dengan sempoyongan karena kepalanya yang berdenyut denyut. Dan sebuah boneka yang berada di tangan kanannya.
Ya, Ana memang tidur di gudang yang hanya beralaskan karpet tipis. Betapa malang nasibnya padahal mansion ini mempunyai banyak sekali kamar.
~~~
Ana pun berlalu menuju kamar mandi yang berada dekat dengan dapur. Dia ingin membersihkan dirinya terlebih dahulu.
"Eh non Ana, kok muka kamu... " ucap Bi Siti yang note ban nya sebagai pembantu, Bi Siti yang selalu menemani Ana, Bi Siti sudah menganggap Ana sebagai anak kandungnya begitupun sebaliknya.
"Gak papa kok bi, Ana mau bersihin ini dulu ya, Ana nitip Ama ya bi" ucap Ana sambil menyerahkan boneka kesayangannya itu. Lalu Ana pun memasuki kamar mandi.
Tak lama kemudian Ana keluar dari kamar mandi, lalu dia mencium aroma nasi goreng, Ana terkejut karena Bi Siti sedang memasak nasi goreng.
"Kenapa Bibi yang masak? Ana lama ya Bi tadi? Sini biar Ana yang kerjain" tanya Ana.
"Gak papa non, Non duduk aja, kan kepalanya pusing tadi" ucap Bi Siti yang asik memasak nasi gorengnya."Nggak Bi, biar Ana aja, kalau Papa tau Ana bakal kena marah Papa, Ana takut" sahut Ana dengan ketakutan yang terpancar di matanya.
Seketika memori beberapa menit yang lalu terlintas dikepalanya, tak terasa cairan bening lolos dari mata lentiknya, Bi Siti pun memeluk Ana setelah mematikan kompor karena nasi gorengnya sudah matang. Ana membalas pelukan Bi Siti.
Bi Siti tau apa yang di rasakan Ana, dia ingin sekali menolong Ana saat Papanya menyiksanya, tapi apalah dayanya yang hanya seorang pembantu. Sungguh banyak penderitaan yang di alami Ana.
"Bertahan ya non, Bibi yakin Papa non sama den ken bakal berubah suatu saat nanti, mereka bakal sayang sama non, non yang sabar ya" mendengar kata kata itu tangisan Ana pun pecah, dan Ana mengeratkan pelukannya.
"Kenapa hiks... mereka benci sama Ana? Ana ada hiks... salah apa sama mereka? Kenapa mereka hiks... ngelakuin semua ini hiks... sana Ana" ucap Ana menangis dalam pelukannya.
"Non Ana gak salah apa-apa, udah jangan nangis" ucap Bi Siti menenangkan mengusap lembut rambut panjang Ana.
"Udah pelukannya hmm?"-
Jangan lupa vote, komen ya... Makasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Girl
Подростковая литератураkisah tentang seorang anak gadis yang memiliki paras yang mendekati kata sempurna namun hidupnya tidak sesempurna parasnya. Apakah kalian pernah hadir namun tidak di perdulikan? sakit bukan? itu lah yang dirasakan oleh Ana, dari lahir dia tidak di...