02

5 7 1
                                    

"Udah pelukannya?"

Mendengar suara yang tak asing itu membuat Ana dan Bi Siti terlonjak kaget. Ana pun langsung membalikan badannya dan menghapus jejak air mata yang membasahi pipinya.

"Kakak"

"Den Ken"

Ucap Ana dan Bi Siti berbarengan. Namun tak dihiraukan oleh Kenzo.

"Sarapan" ucap Kenzo lalu berlalu pergi ke meja makan. Begitulah sikap Kenzo, sejak kejadian itu Kenzo jadi bersikap dingin.

Ana pun menyiapkan nasi goreng yang sudah di siapkan Bi Siti.

"Makasih banyak Bi" ucap Ana sambil membawa nasi goreng itu, Bi Siti membalas dengan anggukan kepala dan tak lupa dengan senyuman.

~ ~ ~

Ana pun menyiapkan sarapan di meja makan. Di meja makan terdapat Kakaknya yang sedang membuat bubble dari permen karet.

"i... Ini kak sarapannya" ucap Ana sambil menyerahkan sepiring nasi goreng.

Kenzo hanya melirik sekilas lalu meraih piring yang di pegang Ana. Lalu dia mengambil permen karet yang ada di mulutnya dan meletakkannya di tangan Ana.

Ana sudah terbiasa dengan hal ini, lalu seseorang datang menghampiri mereka berdua. Dan duduk di meja makan.

Ana tidak ikut makan bersama di meja makan karena dia tau Regan pasti tidak suka. Ana pun meninggalkan meja makan dan kembali ke dapur. Lalu Ana membuang permen karet itu lalu menghampiri boneka kesayangannya.

~ ~ ~

Kenzo Pov on

Gue turun buat sarapan. Waktu gue sampai di meja makan ternyata belum ada sarapan. Gue pun pergi ke dapur.

Tak jauh dari dapur gue mendengar suara tangisan. Gue pun mendengarkan pembicaraan mereka.

"Kenapa hiks... mereka benci sama Ana? Ana ada hiks... salah apa sama mereka?"

"Non Ana gak salah kok"

Kata kata itu membuat gue merasa bersalah tapi memori itu terputar di dalam pikiran gue, gue gak bisa ngelupainnya. Dia udah bunuh orang yang gue sayang, dia udah ngerebut semuanya dari gue. Gue tau ini bukan murni kesalahan dia, tapi dia penyebabnya pokoknya dia. Jika dia tidak hadir maka hal ini tidak akan terjadi pikirnya.

Gue menghampiri mereka berdua yang masih berpelukan, sepertinya mereka tidak menyadari kehadiran gue dibelakangnya.

"udah pelukannya?" ucap gue.

Mereka membalikkan badannya dan sontak melebarkan matanya karena melihat sosok gue.

Gue juga sama terkejutnya karena samar samar gue liat luka lebam di pelipis adik gue walaupun di tutupi oleh poninya. Namun gue tutupin rasa terkejut gue dengan wajah gue yang datar.

Gue yakin itu pasti ulah papa, gue ngerasa kasian sama dia tapi gue juga masih belum bisa maafin persoalan itu.

"sarapan" ucap gue lalu gue kembali menuju meja makan sambil membuka bungkus permen karet.

Kenzo pov off

~ ~ ~

Gadis kecil berlari menuju boneka kesayangannya. Ama, itulah nama yang di berikan oleh gadis itu kepada bonekanya itu.

Boneka itu adalah peninggalan dari mendiang mama nya sebelum dia meninggal, itulah yang di katakan Bi Siti.

"Maaf ya Ama, Ana lama tadi. Ayo kita main" ucap Ana pada bonekanya seolah-olah bonekanya mendengarnya.

Ana menarik bonekanya dan berlalu menuju taman belakang. Taman belakang rumahnya merupakan tempat yang paling dia sukai.

Ana memetik beberapa bunga yang ada di taman itu.

"Awwwwshh" suara rintihan terdengar di telinga Ana. Ana pun mencari asal suara itu.

Ana melihat seseorang anak dengan pakaian merah putih, dia jatuh dari sepedahnya. Tak lama kemudian Ana mendekat kearahnya.

"Awwww"

"Lutut kamu berdarah" ucap Ana ketika melihat lutut anak itu mengeluarkan cairan kental berwarna merah.

Ana berlari memasuki rumah kediamannya. Tak berlangsung lama Ana kembali dengan kotak obat di salah satu tangannya dan tangan lainnya memegang boneka kesayangannya itu.

"Ana obatin lukanya ya" ucap Ana kepada anak laki laki itu.

Ana mengobati luka itu, Ana begitu mahir dalam hal seperti itu karena dia sudah biasa mengobati luka luka. Bagaimana tidak? Sudah lima tahun ini dia mengobati luka pada tubuhnya sendiri.

"awww" teriak anak laki laki itu ketika Ana meneteskan betadhine diatas lukanya.

"tahan bentar ya, ini bentar lagi selesai kok" Ucap Ana. Anak laki laki itu memejamkan matanya menahan rasa sakit dan sesekali meringis kesakitan.

"Nah udah beres" ucap Ana sambil menepuk nepuk tangannya seolah olah ada debu di kedua telapak tangannya. Mendengar itu Anak laki-laki itu membuka matanya dan melihat lututnya sudah terpasang plester.

"Te... Terima kasih" ucapnya.

jangan lupa vote and komen ya, terimakasih

Strong GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang