03

6 7 1
                                    

"Te...Terima kasih" ucap seorang anak laki-laki dengan memakai pakaian merah putih.

"Sama sama" balas seorang gadis kecil tak lupa dengan senyum manisnya itu.

Anak laki-laki itu pun berusaha untuk berdiri namun di cegah oleh Ana, ya gadis kecil itu adalah Ana. Gadis kecil yang menolongnya tadi.

"Mau kemana?" tanya Ana.

"Sekolah" balasnya.

"Tapi lukanya-" ucapan Ana terpotong karena suara rintihan yang keluar dari bibir anak laki-laki itu.

"Tuh kan, Ana bantuin kamu pulang ya, ini sepedanya Ana yang bawa kamu bawa Ama aja ya" ucap Ana sambil membantu anak laki-laki itu berdiri.

Anak laki-laki itu pun menaikkan sebelah alisnya "Ama?" tanyanya.

"Ini Ama" Ucap Ana sambil menyerahkan boneka kesayangannya kepada Anak laki-laki itu. Dan Anak laki-laki itu hanya mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti.

Ana dan Anak Laki-laki itu pun berjalan beriringan dengan Ana yang mendorong sepeda dan Anak laki-laki itu berjalan dengan tertatih-tatih dengan satu tangan berpegangan pada sepedanya dan satu tangan lainnya memegang boneka milik Ana.

"Oh ya, kenalin nama aku Ana" ucap Ana memperkenalkan diri.

"Rey" ucap anak laki laki tersebut.

Ana membalas dengan anggukan anggukan kecil.

"Kamu gak sekolah?" tanya Rey.

"Ana gak sekolah" ucap Ana dengan senyum kecut.

"Kenapa" tanya Rey lagi.

Seketika memori memori yang menyakitkan melintas di kepalanya.

"A-ana?" ucap Rey dengan melambaikan tangan di depan muka Ana yang sedang melamun.

"Eh maaf" ucap Ana yang tersadar dari lamunannya, "Ana gak mau sekolah takut di marahin ibu guru, katanya ibu guru itu kaya monster" Ucap Ana berbohong padahal dalam hatinya dia ingin sekali bersekolah.

Lalu tiba tiba suara yang menggelegar terdengar mengejutkan mereka berdua.

"Anak Mamah kok udah pulang?, lutut kamu kenapa sayang? Eh ini siapa?" Ucap seorang wanita berlari menghampiri anaknya.

Dia adalah Laras mamah Rey, Laras sangat baik dan perhatian terhadap anaknya itu.

"Ih mamah nanyanya satu satu, Rey jadi pusing nih" ucap Rey setelah mencium punggung tangan Laras, Ana pun melakukan hal yang sama.

Ana iri melihat keakraban seorang anak dengan mamahnya, dia pengen diperlakukan seperti itu tapi tuhan berkata lain.

"Kapan Ana bisa di perlakuin kaya gitu?, seandainya Bunda masih ada, apa Ana bakal ngerasain kasih sayang seorang Ibu? atau Bunda juga bakal benci layaknya Papa sama Kakak?" batin Ana.

"Hehe yaudah ayo masuk dulu Bi Minah tolong bawain sepeda Rey" ucap Laras menyuruh salah satu asisten rumah tangganya.

"Terima kasih tante tapi maaf Ana harus buru-buru pulang takut di cariin Papa soalnya Ana tadi ga izin sama Papa" Ucap Ana.

"Yaudah biar sopir Tante yang anterin kamu pulang ya?" Ucap Laras.

"Tidak perlu repot-repot Tante, Jarak rumah Ana ga terlalu jauh kok dari sini" Tolak Ana.

"Ya sudah hati-hati di jalan, makasih ya sudah nolongin anak Tante" Ucap Laras berterimakasih.

"iya tante sama-sama, Ana pulang dulu ya Tante" ucap Ana sambil mencium punggung tangan Laras. Laras pun membalas dengan senyuman. Rey pun memberikan boneka yang dia genggam kepada pemiliknya.

Ana pun berlalu pergi sambil melambaikan tangan tanda selamat tinggal.

~~~

"Hiks hiks maafin A...Ana Papa" Tangisan seorang gadis yang diketahui bernama Ana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Strong GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang