Jeonghan mendesah pelan. Ia akhirnya keluar dari mobil setelah 20 menit meyakinkan diri untuk masuk ke dalam gedung yang setiap ruangannya penuh dengan uji coba dan zat zat kimia.Laboratorium di tengah kota kecil ini keamanannya dijaga ketat. Orang tak berkartu pengenal tak bisa masuk bahkan menerobos dengan menggebrak pintunya. Terlalu berbahaya jika orang biasa masuk, akan terlalu banyak tanya juga jika seorang awam ke dalam.
Tujuan Jeonghan hanya satu. Meminta maaf pada Taehyung karena sempat marah dan pergi begitu saja bak remaja. Meminta maaf juga karena telah menyebut bahwa projek yang Taehyung kerjakan adalah Projek tak masuk akal.
Laboratorium agak sepi. Bangunan 3 lantai yang rata rata setiap ruangannya hanya bisa di buka dengan kartu id atau kata sandi ini memang jarang sekali di datangi banyak orang. Tentu karena Ilmuan di kota kecil ini bisa di hitung jari. Dulu Lab ini di gunakan para peracik dan pembuat obat, Namun mereka di pindahkan ke pabrik dan lab lebih besar di kota lain supaya pekerjaan mereka lebih maksimal. Jadi Bangunan berukuran sedang yang Jeonghan injak lantainya sekarang bisa dibilang... Bangunan bekas.
Jeonghan melirik salah satu ruangan.
Ia sempat melakukan beberapa penelitian disana. Namun amarahnya pada Taehyung, Egonya yang menutupi matanya, membuat Jeonghan tak mau lagi melanjutkan penelitiannya.
Lelaki itu kembali berjalan, tujuan nya sekarang adalah ruangan di ujung lorong. Ia memang sudah berada di lantai 3 sejak tadi. Lift membawanya langsung ke atas sana sejak Jeonghan turun dari mobil yang ia parkirkan di basement.
Jeonghan ingin segera keluar dari sini. Tujuannya memang hanya bertemu Taehyung lalu pergi. Ia harus keluar kota untuk menuju bandara. Ya, ia akhirnya setuju dengan idenya soal pergi liburan.
"Huh? Apa Jennie sudah kembali bekerja?" Jeonghan jadi ingat, ia baru sadar di basement tadi ada mobil yang sepertinya bukan milik Taehyung. Dan benar saja, Ternyata Taehyung tak sendiri di Labnya. Si manis makin mendekat. Bayang bayang dua orang dari kaca buram terlihat. Jeonghan makin bersemangat saat yakin ternyata Taehyung tak sendiri di sana, Jika di dalam ada Jennie, Jeonghan Yakin Taehyung akan memaafkannya dengan cepat!
Namun kala berniat membuka pintu, Jeonghan melihat bahwa siluet 2 orang disana tak sedang baik baik saja. Salah satu dari orang orang itu nampak mendorong yang lainnya. Dan Jeonghan juga sadar, Ternyata Taehyung tak di temani Jennie sang kawan.
"Taehyung?" Jeonghan makin panik kala sadar siluet dengan jas di tampar bahkan di bogem wajahnya, "Hey-Hey!" Teriaknya panik sambil mencoba menekan sandi, Berusaha masuk.
Nampak kerah kemeja Taehyung sedang di cengkram erat saat Jeonghan masuk. Sang pelaku nafas nya menderu, melirik tajam ke arah Jeonghan, "Apa kau teman ilmuan ini?"
Seungcheol mendorong Taehyung ke arah meja berisi gelas gelas kaca kosong di ujung ruangan. Suara jatuhnya benda benda yang harusnya tak mudah pecah itu terdengar jelas, Namun teriakan Seungcheol mengalahkan nyaringnya.
"Apa yang kau lakukan dengan Gadis Disabilitas itu?"
"Huh?"
"Ilmuan muda sok pintar seperti kalian harusnya tak di beri kesenangan dengan bebas berkeliaran di laboraturium begini!"
Jeonghan menautkan alis kesal, Tangannya kemudian dicengkram erat saat berniat menghampiri Taehyung yang kesakitan di pojok ruangan. Seungcheol menahannya.
"Jawab."
"Ugh! Siapa kau? Bagaimana kau bisa masuk!?"
Tangan kanan Seungcheol masih senang menahan si manis berambut pirang, sedangkan tangan yang satunya menarik papan yang tertulis nama dan izin penelitian di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Apocalypse | svt
FanfictionChan sebenarnya punya pilihan, namun ia malah memilih kematian. Walau Seungcheol sadar orang yang seharusnya ia tangkap ada dihadapan, Jeonghan ia biarkan berlindung di belakang punggungnya. Tak pernah punya waktu selain untuk uang, Jun kini malah...