Dua hari menuju pernikahan Adrian dan Fay. Selama itu pula, Angeline semakin gundah. Tak bisa tidur, makan tidak teratur sebab hatinya hancur.
Gadis itu makin kurus sekarang, tubuhnya yang molek sudah tidak lagi ia urus. Pekerjaan ia tinggalkan beberapa minggu terakhir.
“Arghhh! Apa yang harus gue lakuin supaya Adrian dan Fay batal menikah?” monolog Angeline. Tentu ia bertanya-tanya rencana apa yang akan ia susun untuk menggagalkan pernikahan sang kekasih.
Malang sekali, ia kini tidak mempunyai teman yang bisa diajak bekerja sama.
“Nggak! Pokoknya gue nggak akan ngebiarin Adrian nikah. Gue harus secepatnya menemukan cara untuk hal ini.”
Angeline yang semula duduk bersandar di lantai, kini berdiri mondar-mandir dengan tangan yang berada di bawah dagu.
Sekiranya sudah mendapat ide, Angeline gegas berpakaian rapi dan menyambar kunci mobil yang berada di atas nakas.
°•°
“Fay, kamu dengar kemarin waktu kita fitting baju?”
Fay mengangguk. Seperti hari-hari terakhir yang mereka lalui, mereka menghabiskan waktu dengan duduk-duduk santai di taman kecil samping rumah.
“Saya kelihatan tua karena brewok ini.”
Pandangan Adrian lurus ke depan, menerawang sejauh-jauhnya pandangan. Tangannya mengusap dagu yang semakin hari semakin kasar karena rambut yang tumbuh begitu lebat.
Lelaki itu sudah memohon pada Fay agar memberikan izin dirinya mencukur jenggot dan kumisnya. Tapi Fay tetaplah Fay, gadis itu menolak dengan menggeleng sekuat-kuatnya tanda tidak setuju.
Hingga hari itu tiba, di mana Adrian dan Fay fitting baju dan sang desainer mengomentari penampilan Adrian yang katanya jauh terlihat tua dari umurnya. Apa lagi Fay masih umur dua puluh satu tahun.
“Please, ya. Memangnya kamu mau semua orang mengejek kita karena saya terlihat tua. Em begini, apa kamu tidak merindukan wajah saya yang tanpa rambut lebat ini?”
Fay tersenyum aneh, merogoh saku gamis dan menunjukkan potret dirinya dengan Adrian waktu di pantai. “Kalau aku kangen, ya tinggal lihat foto ini. Gampang, ‘kan?”
“Saya enam tahun lebih tua dari kamu, dan sekarang saya jauh lebih tua karena rambut ini.”
“Lucu.”
Sontak Adrian menoleh, mukanya tetap bersungut. Sudah merasa jengkel dengan tingkah Fay yang menyebalkan.
“Kamu lucu kalau begini. Em boleh saja sebenarnya cukur rambut itu. Tapi ....”
“Apa? Cepat katakan. Akan saya lakukan sekarang juga.”
Fay terkekeh menanggapi reaksi Adrian yang semangat. “Kamu juga harus botakin kepala kamu.”
Fay menggeliat geli ketika kedua tangan Adrian tiba-tiba hinggap di tengkuknya dan memijitnya dengan gemas.
“Ih geli. Sudah, Mas. Tolong, aduh!”
Adrian kembali duduk tegak dengan napas ngos-ngosan. Ia merasa sendiri bahwa dirinya kini memang terlewat manja. Macam anak kecil saja.
Netra Adrian otomatis berputar mengikuti jejak langkah Fay yang melewatinya. “Mau ke mana?”
Fay menoleh. “Ikut nggak? Katanya mau cukur.”
“Nah ini dia calon pengantinnya!” seru Sarah ketika Adrian dan Fay memasuki ruang tamu.
“Ada apa, Ma?” tanya Adrian. Pasalnya seorang gadis asing berada di rumah yang sudah dihias sedemikian rupa ini.
“Sini duduk dulu, Fay.”
Adrian memutar bola mata jengah, ia yang bertanya. Fay yang disambut.
“Kalian ‘kan bentar lagi nikah, ini kebetulan mbaknya menawarkan jasa paket honeymoon.”
“Kenapa repot-repot sih, Ma? Adrian bisa kok cari sendiri.”
Sarah menggeplak paha Adrian keras, membuat lelaki itu meringis dan sontak mengelus pahanya.
“Hargai mbaknya dong, dia ini sudah datang jauh-jauh ke sini. Kamu malah seenaknya ngomong bisa cari sendiri. Bantu dia juga, dia baru ke Jakarta, loh.”
“Mana, Mbak? Bisa saya lihat?”
“Silakan, Mas. Ini ada banyak paket untuk honeymoon. Tempatnya mulai dari dalam dan luar negeri.”
“Kamu mau ke mana, Fay?”
“Ngapain tanya aku? Kamu aja yang pilihpilih, aku bingung,” jawab Fay. Balas berbisik ke arah Adrian.
“Ma, memangnya tidak bisa kita pilih lain waktu? Fay juga masih bingung. Apalagi kita memang belum merencanakan semua ini. Jadi tolong, Izinkan kami memikirkannya terlebih dulu. Mbak ini bisa kembali lain waktu,” papar Adrian.
“Boleh minta nomor yang bisa dihubungi?” tanya Fay. Gadis yang diajak bicara mengangguk.
Setelah menyebutkan beberapa digit angka nomor ponselnya. Gadis itu undur diri, berpamitan dan mengharapkan agar ia benar dipanggil kembali.
“Sial, dia menunda untuk mengambil paket honeymoon yang gue tawarkan.”
Adrian kembali keluar ketika mendengar gadis yang baru saja keluar dari rumahnya itu berbicara lewat telepon. Suaranya terlalu nyaring hingga Adrian yang berada di rumah itu mendengar.
Adrian perlahan mendekat, penasaran dan ingin tahu apa yang menyebabkan raut wajah gadis itu berubah.
Setelah sampai di depan pintu, Adrian berdiri di sana dan memasang telinga.
“Ayo, Mas! Katanya mau cukur.”
Fay menuntun Adrian masuk. Adrian masih mengamati gadis yang tengah mengangguk-anggukkan kepala merespons orang di seberang telepon.
Rasa ingin tahunya terkikis oleh keantusiasan Fay yang sekarang sudah mendirikannya di depan cermin. Gadis itu bergerak ke sana-kemari mengambil alat-alat cukur.
“Ayo, kita mulai!”
“Biar saya saja, kamu bisa keluar dan menunggu saya selesai.”
Fay menggeleng. “ Pengin bantuin kamu, ah kalau nggak dibolehin, aku lihat saja.”
“Apa sih, tidak usah lah, ya. Biar jadi surprise nanti, kamu akan pangling melihat saya. Saya jamin!”
Fay belum beranjak, masih memberengut karena ingin menyaksikan Adrian mencukur rambut tebal di daerah rahang.
“Sayang ... dengarkan Mas, ya.”
Adrian memasang wajah melas, tangannya menangkup di depan dada.
“Ih, alay!”
Fay keluar dengan segera dari kamar mandi Adrian. Gadis itu memilih turun ke dapur untuk membantu Sarah menyiapkan makan siang. Sampai saat ini, Fay belum bisa memasak. Malas, alasan utamanya. Gadis itu terlalu pesimis untuk mencoba.
“Astaghfirullah.” Adrian kembali mengusap wajah gemas karena ucapannya.
“Ingat, sedang di kamar mandi.”
°•°
To be continued ....
YOU ARE READING
Jodoh untuk Faynara (TAMAT-BELUM REVISI)
RomanceKesakitan yang didapat dari kedua lelaki yang pernah dipanggilnya ayah juga kematian sang ibu dua tahun lalu, membuat Gilsha Faynara membenci seorang laki-laki. Pertemuannya dengan dokter muda melalui sebuah peristiwa membuat hatinya goyah. Dengan...