Vote dulu yuk sebelum membaca!
Tami duduk termenung di sudut sebuah kafe. Tatapannya kosong, sementara pikirannya entah sedang ke mana. Sudah beberapa minggu ini, Tama tidak menghubunginya lagi. Ada rasa kosong yang Tami rasakan saat ini. Hal-hal yang biasa ia lakukan bersama Tama, nyatanya sudah membuatnya merasa terbiasa. Ia rindu sapaan pagi yang pria itu rindukan. Ia juga rindu ucapan selamat malam yang selalu membuatnya bisa beristirahat dengan nyenyak. Nyatanya, kini ia harus kembali ke rutinitas awal. Rutinitas ketika Tami baru saja kembali ke Indonesia.
Sudah berulang kali Tami menghela napasnya. Berusaha membuang rasa lelahnya beberapa minggu ini. Semenjak berita mengenai dirinya yang diduga menyukai sejenis, semenjak itu pula hidup Tami menjadi tidak tenang. Secara sembunyi-sembunyi ia menyewa detektif untuk mencari tahu siapa dalang di balik berita tersebut. Namun, hingga saat ini tidak belum ada kabar ya g berarti.
Tami sengaja melakukan semuanya sendiri. Baginya, tidak ada satu orang pun yang bisa ia peecayai seutuhnya. Belum lagi, ia juga harus kembali menghubungi klien lama dan mencari klien baru untuk membantu perusahaan kedua orang ruanya agar tetap berjalan. Beruntung, Sheryl sudah datang membantunya.
Masih Tami ingat dengan jelas, bagaimana Sheryl datang meminta maaf padanya atas kasus yang menyatakan dirinya sebagai kekasih Tami. Wanita itu bahkan menangis dan terus menyalahkan dirinya. Padahal semua bukan salah Sheryl, karena hubungan mereka memang dekat seperti layaknya saudara. Memang foto yang bereda adalah foto mereka ketika Tami sedang liburan kuliah. Kebetulan saat itu Tami dan Sheryl tengah liburan di pantai berdua menikmati sunset. Tami yang saat itu sedang merangkul bahu Sheryl, tidak mengetahui jika ada seseorang yang memfoto mereka dari belakang dan kemudian foto itu dijadikan bahan gosip yang tidak-tidak.
Sebuah suara kursi yang ditarik, terdengar dari arah depan Tami. Membuat wanita itu mendongak, mencari siapa orang yang membuat suara tersebut. Senyum Tami mengembang dengan terpaksa bketika melihat sosok pria byang kini duduk di hadapannya. "Muka lo terlalu murung untuk orang yang baru aja tunangan, Mi," ucap Derby seraya tersenyum mengejek.
"Suka sok tau," jawab Tami seraya mencibir ucapan Derby.
"Jadi, apa tatapan bengong dan helaan napas berat bisa dikategorikan ekspresi gembira?" Mendengar itu, malah membuat Tami tertawa. Tahu saja pria di hadapannya ini jika Tami sedang dalam keadaan mood yang berantakan.
"Ada masalah? Mau cerita sama gue?" tawar Derby, seakan tahu jika wanita di hadapannya ini sedang memiliki masalah yang berat. Tami menghela napas lelah. Sepertinya ia butuh sharing dengan seseorang saat ini. Bercerita pada Derby sepertinya tidak masalah.
"Gue gak tau harus cerita dari mana. Tapi... dugaan lo memang benar. Ada masalah cukup rumit yang sedang gue hadapi."
"Menarik. Apa itu berhubungan dengan pertunangan lo yang tiba-tiba kemarin?" Sekali lagi Tami tertawa. Apakah sahabatnya ini sudah beralih profesi menjadi cenayang.
Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet (Complete) Move To Fizzo
ChickLitMenjadi seorang pria tampan, berpendidikan tinggi dan memiliki konsultan hukum miliknya sendiri, memiliki itu semua tidak serta merta membuat seorang Pratama Aprilio mudah mendapatkan pasangan. Walaupun banyak wanita yang rela melakukan apapun demi...