“Ayo kembali, aku tak pandai merindu.”
Angkasa
***
"Kamu gabisa ngomong gitu ke Senja. Dia emang salah, tapi ga sepenuhnya harus disalahkan." kata Angkasa pada Keysa.
Kini Angkasa bersama ibu, ayah tiri, dan adiknya duduk diruang keluarga. Membahas apa yang sedang terjadi saat ini. Apalagi Angkasa marah pada Keysa, yang lancang bicara seperti itu pada Senja. Angkasa tidak ingin perempuan itu terluka, apalagi harus menangis sambil menyalahkan dirinya sendiri.
"Kenapa sih Kaka malah bela dia? Kaka ga sayang sama mama?" sahut Keysa dengan nada tinggi.
Angkasa menghela. "Tapi Senja kaya gitu karena dari awal, yang dia tahu om Dery itu bapaknya. Anak mana yang ga sedih liat orang tuanya bercerai?" balas Angkasa. "Bahkan, Angkasa sendiri juga ngerasain itu kan, Ma?" ujar Angkasa pada ibunya.
"Senja dulu disiksa kan sama orang tuanya. Yaitu sama Om kan?" Angkasa menatap Dery, dia kembali memanggil Dery dengan sebutan 'om' padahal sebelumnya dia sudah menerima Dery sebagai ayahnya. Tapi Angkasa belum sepenuhnya menerima. Apalagi kenyataannya akan seperti ini.
"Dia dihajar mentalnya, otaknya diperas habis-habisan untuk berfikir caranya hidup sendiri. Menguati diri sendiri, dan tetap berdiri tegak disaat gaada orang lain disampingnya. Angkasa juga ngerasain itu, mama papa bercerai. Angkasa tinggal sama Papa, yang dimana Angkasa gapernah ngerasain punya papa." kata Angkasa, keluarganya hanya diam. Even yang mendengar ucapan anaknya cukup sedih.
"Angkasa ngerti banget ada diposisi Senja yang serba salah. Dia mau memaafkan juga ga mudah, dan dia mau minta maaf juga gabisa. Karena dari awal dia benci mama, itu karena sayang orang tuanya kan?" kata Angkasa panjang lebar, dia mengeluarkan seluruh isi hatinya. "Om bayangin, dia nangis-nangis liat om sama perempuan lain. Dia maki-maki perempuan itu, mama Angkasa. Padahal, yang salah disini ayahnya, tapi dia tetap saja menganggap mama juga salah." ujar Angkasa.
"Kalo kalian belum sepenuhnya menerima Senja, bahkan Angkasa juga gabakal sepenuhnya minta persetujuan kalian." kata Angkasa, lalu cowok itu pergi dari sana. Meninggalkan tiga orang yang masih diam ditempatnya.
Even berdiri, ingin mengejar anaknya. "Angkasa! Kamu mau kemana?" ujar Even, tangannya ditahan Dery.
"Biarin dia sendiri dulu. Dia ga tenang, karena dia nggak terima hubungannya rusak." ucap Dery.
"Ya hubungan Angkasa dan Senja itu rusak karena masalah ini, kan? Masalah kamu," ujar Even. Kini Dery hanya diam.
****
Angkasa mengendarai motor dibawah rintikan air hujan. Hatinya kacau, memikirkan perempuan itu. Angkasa kembali terus khawatir. Karena melihat perempuan itu menangis lagi. Air matanya terjatuh diposisi dia yang juga sangat sulit. Angkasa kini mengerti, bagaimana rasanya jadi Senja. Dia mulai paham bahwa perempuan itu juga terjebak dalam masalah ini.
Semua orang tak seharusnya menyalahkan Senja. Dia tidak benar-benar salah, dia hanya terjebak dalam situasi seperti ini. Dia juga hancur, dia juga kecewa, dia juga takut sekarang. Angkasa kini mulai mengerti, saat tatapan perempuan itu terlihat sangat tertekan.
Motor Angkasa berhenti di markas The Blaze. Suasana di sana cukup ramai, mereka ngopi dan bermain-main bersama. Menghangatkan badan dengan menyalakan api unggun di belakang markas, saat cuaca yang dingin sore ini.
"Woi Sa! Mau kemana lo?" teriak Rafi yang melihat Angkasa menaiki tangga.
"Rooftop." balas Angkasa, cowok itu tidak menatap teman-temannya sama sekali. Hanya berjalan dengan tatapan kedepan. Angkasa malas dengan semuanya, yang ia pikirkan sekarang hanya Senja.
Saat sampai di rooftop, dia duduk di kursi kayu panjang. Diatasnya ada tempat teduhan, disini biasanya tempat anak-anak bersantai sore hari. Sambil menikmati tenggelamnya matahari. Angkasa kini melihat langit yang mulai berwarna oranye, diiringi rintikan kecil air hujan.
“Kenapa aku lebih suka senja daripada fajar? Karena fajar itu matahari datang untuk pergi lagi. Tapi kalau senja, matahari tenggelam untuk kembali lagi esok.”
Angkasa memang benar-benar rindu. Senja memang kedatangannya selalu ditunggu-tunggu dan kepergiannya dirindukan. Angkasa merasakannya sekarang, dia sangat rindu perempuan itu. Perempuan yang selalu mengisi hari-harinya menjadi lebih indah. Angkasa membuka handphonenya, mencari chat perempuan itu. Membaca beberapa obrolan yang pernah mereka bicarakan, Angkasa tersenyum membaca obrolan random mereka. Sudah lima hari, tidak ada chat yang masuk. Jari Angkasa memberanikan diri untuk mengetik, mengirim pesan.
Angkasa Anugrah : Kangen kamu
Itulah yang Angkasa tulis. Dia mengirim pesan itu pada Senja, Angkasa tak peduli nantinya akan dibalas atau tidak. Yang penting, rasa rindunya itu tersampaikan.
Angkasa sedikit tersenyum melihat pesannya dibaca, jarinya kembali mengetik sesuatu.
Angkasa Anugrah : Kamu ga kangen aku?
Angkasa kembali mengirim pesannya, tak sampai satu menit langsung dibaca. Tapi tidak ada balasan sama sekali, mungkin perempuan itu butuh waktu. Angkasa akan selalu yakin, bahwa dia dan Senja tidak akan pernah berpisah. Untuk selamanya. Karena perempuan itu sangat berarti untuknya.
Jangan pergi ya! Kan Senja pergi buat dateng lagi.
***
Jangan lupa vote & komen!
Sejauh ini tiap bab nya aku tulis cuma sedikit, maaf ya! Tapi aku usahain update nggak lama.
See you!❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangka [END] ✓
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Sequel Cerita "ANGKASA" [Mau baca cerita ini? Disarankan membaca cerita Angkasa terlebih dahulu, ya. Part masih lengkap, silahkan cek profil] Ini cerita Senja dan Angkasa. Bagaimana cerita mereka berjalan dengan manis, mere...