Part 1

29.3K 696 3
                                    

Tatapannya kosong, tubuhnya terasa berat berdiri di pinggir tebing. Ingin rasanya Juna mendorong badannya sendiri ke jurang. Rambutnya yang halus dibelai kasar oleh angin. Tegak tubuhnya tidak tepat 90° dari tanah, agak bungkuk karena beban hidup. Wajahnya yang terukir tampan tidak membuat Juna bahagia bak pangeran di negeri dongeng. Walau takut ketinggian, perasaan itu menghilang ditutupi rasa lelah akan hidup. Ia ingin menyusul bundanya ke surga. Sayang, pikirannya terlalu kalut hingga berpikir bahwa dengan menghilangkan nyawa, ia akan bertemu bundanya. Ia merasa capek untuk menjalani kenyataan di dunia yang menyakitinya sejak lahir.

***

Yanata Zephyrana sang Owner Perusahaan AXA, ditemani para karyawannya yang sedang melakukan perjalanan menuju Gunung Batur. Mereka tengah liburan setelah lelah bekerja lembur, tentunya dibiayai Yana. Saat mendaki, kawanan Yana ditemani oleh seorang guide, karena mereka juga akan berkemah untuk pertama kalinya.

Keindahan alam di Bali memang mengesankan, terutama di gunung Batur. Terlihat ada perbukitan, pegunungan, alam yang alami, dan juga samudera biru. Mereka mendaki kurang lebih mencapai 1717m diatas permukaan laut. Di sini terdapat banyak titik untuk mendirikan tenda. Sesampainya di tempat kemah, alam menyambut dengan senang bertepatan dengan matahari terbit. Begitu indah.

Setelah menikmati pemandangan, mereka mendirikan tenda masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menikmati pemandangan, mereka mendirikan tenda masing-masing. Tak lama sehabis memasang tenda, Yana mendapat telepon dari klien yang akan rapat sekitar 5 hari lagi. Yana terlihat lebih mengatur pola bicaranya ketimbang sedang tidak di gunung, ia paham konsekuensinya. Saat mengangkat telepon, Yana terlihat panik karena signal yang susah. Ia berjalan menyusuri jalan setapak seorang diri. Tanpa ia ketahui, jalan itu jarang digunakan.

"Hallo? Selamat pagi dengan Yana disini." Sapa Yana.

"I- pa- kami-" hanya dibalas suara putus-putus dari sebrang.

Yana mendengus kesal, ia mematikan teleponnya. Lalu ia terpesona saat mengetahui kini ia di pinggir tebing dengan pemandangan yang luar biasa memanjakan mata.

"Healing terbaik-" Yana menoleh, mendapati ada orang sudah berdiri di pinggir tebing.

Yana terdiam menatap pria itu. Ia hanya memicingkan mata disaat pria itu terlihat ingin menjatuhkan dirinya. Kesal karena acara healingnya terganggu, Yana mendekati pria itu tepat disaat pria itu hendak melemparkan diri. Spontan, Yana menarik lengannya, dan menjatuhkan badan pria itu ke belakang secara kasar. Pria itu melotot, tidak terima karena rencananya diganggu. Yana ikut melotot karena merasa pria itu merusak suasana hatinya.

"Apaan sih?!" Pekik pria itu sambil membersihkan diri dari tanah.

Dia menatap Yana penuh amarah, sebelum akhirnya terpadamkan karena melihat paras Yana. Cantik, apalagi tepat golden hour membuat wajah Yana terlihat semakin indah. Hatinya merasa adem seketika, seperti dihiasi embun pagi ditambah sinar surya yang hangat.

Bidadari.. ah atau malaikat ya..

Yana hendak memaki pria itu, namun kemudian dia menelan kembali kata² kasarnya sebelum penunggu gunung menjailinya. Yana menatap lekat pria itu tanpa berkata apapun, tapi malah terpincut oleh nayanika indah milik pria itu. Matanya bak berlian disinari sinar matahari pagi, gemerlap matanya membuat candu untuk ditatap. Amarah keduanya mereda. Tersadar dari lamunan masing², mereka saling membuang muka.

Yana bergegas membantu pria itu yang masih tergeletak di tanah dengan menarik lengannya lembut. Ia membantu pria dengan busana kantor itu berdiri.

 Ia membantu pria dengan busana kantor itu berdiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf.. tapi jangan bunuh diri di gunung ini, terlalu indah untuk dikotori darahmu" Tegas Yana sambil mengalihkan pandangan.

"Maaf.." sahut pria itu dengan tatapan memelas.

Hanya dengan tatapan itu, Yana sudah dibuat salah tingkah.

"Ah iya, ekhm.. jangan diulangi" balas Yana sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Maaf.." mulutnya terlihat mengerucut, layak bocah yang tidak ingin dinasehati lagi.

Yana mendengus kesal, "kamu sudah besar kenapa bisa berbuat hal semacam ini, tidakkah keluargamu khawatir nanti?"

"Saya.. habis dipecat karena sakit beberapa hari, ayah terus saja menagih uang, padahal jelas saya tidak punya.. dan bunda, sudah disisi Tuhan" jelas pria itu.

"Ah maaf" jawab Yana tidak enak.

Yana duduk di bebatuan terdekat, lalu melepas lelah. Anehnya pria itu malah mengikuti Yana.

"Jangan diulangi lagi yang tadi.. tenangkan pikiran dulu" lirih Yana.

Pria itu mengangguk pelan sambil tersenyum tipis, "saya Juna, kamu?"

"Yana." Singkatnya.

"Terimakasih soal tadi, pikiran saya kalut, terlalu emosi" celoteh Juna.

Yana hanya menggeleng pelan, "anggap saja kita impas," Yana melanjutkan sambil terkekeh.

"Masih belum, saya akan balas kebaikan kamu, nanti.." lirihnya.

Bersambung...
_

_______
Wassup, guys?
Ini karya kedua saya, maklum masih banyak typo/alur kurang jelas.
Anyway untuk adegan 1821 itu sengaja saya gak pakai simbol macam" ya.
Biar kalian emang ngikutin dari awal.
Enak aja asal nyari adegan 1821, mending sono ke twitter.
(ノ-_-)ノ~┻━┻

Salam hangat,
Author.

Kukira Malesub [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang