Beberapa Tahun Berlalu

918 94 13
                                    

Hari silih berganti terus menerus dan tanpa terasa kini Boruto sudah genap berusia 12 tahun dan akan segerah masuk akademi. Hubungan antara Boruto dan ayahnya belum juga membaik meski sudah berjalan bertahun-tahun, meski Naruto berulang kali menjelaskan bahwa dirinya harus terus memprioritaskan desa tetap saja Boruto merasa bahwa sang ayah selalu menomor duakan keluarganya sendiri. Naruto sendiri tak begitu ambil pusing dengan sikap sang putra sulung karena menurutnya itu wajar terjadi karena diumur Boruto sekarang memang sedang dalam masa pencarian jati diri serta belum begitu paham mana yang benar dan mana yang salah.

"malam ini katanya ayah akan mengajak kita makan malam bersama loh" ucap Hinata kepada anak-anaknya.

"benarkah? Yeay.. aku sangat senang" ucap Himawari sambil bersorak.

"ooh" timpal Boruto malas.

Berbeda dengan sang kakak, Himawari justru terlihat lebih bersahabat dengan sang ayah, itu karena Himawari memang dekat dengan sang ayah sedari kecil, selain itu, Himawari selalu menjadi prioritas utama Naruto sehingga membuatnya tak begitu paham perasaan sang kakak. Himawari yang saat ini sudah berusia 10 tahun juga sering membantu sang ibu mengerjakan pekerjaan rumah.

"kakak tidak senang?" tanya si putri kecil keluarga Uzumaki itu.

"biasa saja-ttebasa" jawab Boruto.

"apa kakak tidak mau ikut?"

"eh? soal itu.."

"mau tidak mau Boruto harus ikut" timpal Hinata.

"iya ibu"

Hinata sadar betul bahwa sang putra hanya ingin mendapatkan pengakuan sang ayah, di sisi lain Naruto justru selalu tak menyadari keinginan dari sang anak dan cenderung menggap kalau sikap Boruto adalah sikap wajar layaknya anak-anak pada umumnya.

"ibu sesi belajar kali ini sudah selesai kan? Aku mau keluar berlatih dengan kak Konohamaru" ucap Boruto.

"boleh, tapi ingat pulang sebelum makan malam"

"baik bu" setelah berpamitan, Boruto melenggang pergi ke lapangan tempat biasa ia berlatih bersama Konohamaru atau teman-temannya.

"hey lihat, dia uzumaki Boruto kan? Ku dengar dia akan masuk akademi tahun depan" ucap salah seorang bocah yang berjalan di belakang Boruto.

"benarkah? Itu berarti dia akan seangkatan dengan kita, dia pasti hebat secara dia anak hokage" jawab seorang temannya.

"tidak, dia hanya anak nakal yang terus mengganggu ayahnya, kau tahu beberapa hari belakangan ini dia terus mencoret-coret patung hokage, bukankah itu hal payah"

"wah itu berarti dia hanya anak payah yang mengandalkan nama besar ayahnya?"

"benar, hahahahaha"

Kedua anak itu terus mengolok-olok Boruto sampai tak sadar kalau Boruto sudah siap dengan jutsu raiton miliknya.

Boruto membentuk segel tangan lalu mengarahkan jutsunya ke anak-anak di belakangnya.

"hey! Apa yang kau lakukan?"

"itu yang akan kalian dapat jika meremehkan aku-dattebasa, dengar! Aku memang putra seorang hokage tapi aku dan ayah ku berbeda jadi jangan pernah banding-bandingkan aku dengannya" ucap Boruto lalu berlari.

Boruto sangat tidak suka jika ada seseorang yang terus menerus membanding-bandingkannya dengan sang ayah.

"cih, sehebat apasih ayah sampai terus menerus dipuji" ucap Boruto sambil menendang kaleng minuman dan ditangkap dengan mudah oleh Konohamaru.

"kalau mengenai kepala orang, ini pasti sangat sakit" ucap Konohamaru "ada apa? sepertinya kau sedang bad mood" lanjutnya.

"tidak apa-apa"

"ooh jadi kau dibanding-bandingkan lagi lalu kau membalasanya dengan raiton"

"kenapa kakak?!"

"hei memangnya kau pikir aku ini siapa? Aku ini calon gurumu di akademi hahahaha"

"kau sudah mengucapkannya 100 kali minggu ini-dattebasa" dengan tatapan datar Boruto membalas ucapan Konohamaru.

"iya iya maaf tapi Boruto, kau tidak boleh menggunakan jutsumu sembarangan karena orang bisa terluka, ditambah lagi kau baru saja menguasainya, kalau kena orang lain yang tidak bersalah bagaimana?"

"aku hanya sedikit terbawa emosi tadi"

"oi, kau selalu melakukannya-kore" tatapan datar dari Konohamaru "pokoknya jangan sampai terulang lagi dan oh iya, jutsu hengge yang ku ajarkan padamu jangan pernah dipakai ya!" lanjutnya.

"memangnya kenapa? bukannya dulu kakak yang-.."

"pokoknya jangan! Awas saja, aku bisa habis di tangan ibumu nanti"

"kau payah kak"

"hei! Yang memintaku untuk mengajarinya kan dirimu sendiri"

"iyadeh iya tidak akan aku pakai di depan ibu, jadi? Sekarang kita berlatih apa?"

"hmmm? Bagaimana kalau kita berlatih taijutsu?"

"boleh, ayo kita mulai"

"yosh"

Mereka berdua akhirnya berlatih hingga matahari terbenam.


NEXT PART

Maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan karena author penulis amatiran.

Jangan lupa vote dan komen ya! Terimakasih, sampai jumpa di part selanjutnya...


Fyi: maaf ya baru sempet update lagi soalnya kemarin author sempet sakit terus author sibuk dengan urusan kuliah juga jadi nggak bisa up secepatnya. Author harap masih ada yang mau nunggu sih☺☺

MALAIKAT KECIL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang