- LEMBARAN O1

7 0 0
                                    

Malam ini Kirana sedang menginap dirumah Karina, besok adalah hari pernikahaanya dan Karina menyuruhnya untuk menginap dirumahnya. Kirana kini sedang menggendong Askala yang tertidur, tadi setelah makan malam Askala memintanya untuk duduk dibalkon sambil mengusap punggungnya dan berakhir bocah ini tertidur.

Kirana sama sekali tidak keberatan, Ia malah senang. Kirana suka melihat wajah damai Askala saat tertidur, Ia jadi berpikir gimana nanti jika Ia mempunyai anak? apakah akan menggemaskan seperti Haikal atau tampan seperti Askala?

Ia memeluk Askala sambil menikmati angin yang menerpa kulitnya, pikiranya sedang tidak bisa diajak kompromi. Entah jalan yang ambil kali ini benar atau tidak, Kirana masih bingung. Ia sudah mencintai Gentala, sangat malah. Hanya saja keputusanya untuk menikah dengan Gentala apa sudah benar?

Kirana takut jika nanti tidak bisa menjadi istri yang baik, Ia takut jika tidak bisa memberikan keturunan pada Gentala nanti dan masih banyak ketakutanya. Kirana memendam ini sendiri, Ia takut jika harus menceritakan ini kepada orang lain, termasuk Kakaknya.

"Dulu, sebelum gue mau nikah sama Galang juga sempet kayak lo,"

Kirana menoleh, Karina sang Kakak kini tepat ada dibelakangnya.

"Semua ketakutan itu selalu ada Ran, apalagi waktu gue nikah lo masih tidur nyenyak."

"Gue bahagia waktu itu, tapi gue juga sedih karena lo gaada pas gue nikah,"

"Padahal, lo satu satunya orang yang gue punya waktu itu."

Karina memeluk adik satu satu nya itu dari samping, Ia mengelus pelan pundak Kirana, Karina juga menatap Askala yang tertidur nyenyak di pelukan Kirana, adiknya.

"Nanti kalo lo udah nikah otomatis tanggung jawab gue sebagai Kakak bakal berkurang, karena kan lo udah jadi istri orang."

"Juga, lo kalo udah jadi istri harus nurut sama suami. Tugas istri itu melayani suami Ran, kalo lo nolak permintaan suami lo nanti ya lo bakal dosa."

Karina terkekeh melihat wajah Kirana yang semakin murung, seengaknya sebelum Kirana menjadi milik orang lain Karina sudah memberi wejangan sedikit untuk adiknya itu.

"Udah jangan mikir aneh aneh, masuk gih angin nya makin kenceng," Suruh Karina.

"Aska tidur sama gue ya?"

Karina mengangguk, membiarkan anaknya bersama adiknya itu. Entah apa yang membuat Askala sangat lengket dengan Kirana, bahkan seperti tidak ingin lepas.

Tidak hanya Askala, Haikal anak dari Cindy dan Kenzo pun sama seperti Askala. Selalu anteng dalam gendongan Kirana, Haikal akan menangis jika dilepaskan oleh Kirana. Karina sempat berpikir bahwa Kirana memakai pelet, karena dua anak kecil itu tidak dapat lepas dari Kirana.

Setelah melihat Kirana memasuki kamarnya, Karina mulai menutup pintu balkon dan pergi ke kamarnya. Kirana selama ini tinggal sendiri di rumah yang sebelumnya juga Karina tempati, rumah yang pernah Ia tempati bersama kedua orangtuanya. Sebenarnya Karina sudah mengajak Kirana untuk tinggal bersama nya, tapi Kirana menolak dengan alasan tidak enak dengan Galang. Akhirnya Karina terpaksa membiarkan Kirana tinggal sendiri tapi dengan syarat setiap weekend Kirana harus menginap dirumahnya.

Sebentar lagi, Karina tidak perlu khawatir lagi bagaimana Kirana hidup tanpa dirinya karena sebentar lagi Kirana akan menikah dan ikut dengan suaminya.

"Sayang?"

Karina terkejut saat melihat Galang kini tepat di depanya, apa jangan jangan sedari tadi Galang mendengar semua percakapanya dengan Kirana?

"Kok kamu disini?"

Galang menggaruk tengkuknya yang tak gatal, tadi niatnya Ia ingin mencari Karina tapi Ia malah tidak sengaja melihat Karina yang sedang mengobrol dengan Kirana. Ia juga melihat Askala, anaknya dibawa Kirana ke kamar adik ipar nya itu.

"Tadi niatnya aku mau cari kamu kan," Galang mencoba menjelaskan.

"Terus kamu nguping, iya?!" Tebak Karina yang dibalas cengiran oleh Galang

"Galang kamu tuh ya ben—hmpph!"

Belum selesai Karina memarahi suaminya itu, Galang malah memojokan Karina dan mencium bibir istirnya dengan ganas. Karina meremas kaos Galang, Ia berdecak Galang tidak pernah berubah dalam hal ini, selalu saja agresif.

Tapi tak ayal, Karina tetap membalas ciuman itu bahkan kini Karina mengalungkan kedua tanganya di leher Galang, suaminya. Galang mulai menggendong Karina dan membawanya ke kamar mereka, tanpa melepas ciuman mereka. Setelah memastikan pintu tertutup dengan rapat dan terkunci Galang mulai merebahkan Karina dengan hati hati dikasur mereka.

Ciuman Galang mulai turun ke leher Karina, Ia juga mengusap punggung Karina dengan sensual. Galang suka saat melihat Karina melenguh dan pasrah dibawahnya, Ia jadi teringat malam pertama mereka. Saat itu Karina benar benar menyerahkan mahkota nya pada Galang, Karina juga sangat pasrah malam itu.

"Jangan buat tanda Galang,"

Galang mengangguk, mengiyakan permintaan Karina. Lagipula Ia paham, besok ada acara mana mungkin Galang meninggalkan jejak ditubuh istrinya? Galang tidak segila itu.

"Tadi ada yang bilang, kalau nolak permintaan suami itu dosa," Bisik Galang dengan suara seraknya.

Karina merinding, Ia paham maksud perkataan Galang barusan. "Terus?"

"Kalau aku minta bikin baby buat Askala, kamu mau?"

"Galang tap—

"Nolak permintaan suami katanya dosa?"

Setelah itu, Galang kembali mencium bibir Karina dengan kasar. Tangan kekarnya mulai membuka pakaian Karina satu persatu, hingga tersisa pakaian dalam Karina saja. Bibirnya mulai mencium pundak Karina, seterusnya sampai turun ke bawah.

"Ahh! Pelan pelan Galang.."

"You look so sexy honey."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

maltendido 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang