Chapter 1

12 4 0
                                    


Prakata, 

Hai, saya bukan penulis profesional jadi pasti banyak kesalahan seperti tanda baca, typo dan kesalahan lainnya, tapi semua cerita yang saya tulis pasti dikerjakan dengan sebaik mungkin. 

Cerita ini asli datang dari ide atau imajinasiku sendiri. Jadi, yang mau plagiat silakan keluar dari room ini dan carilah ide yang akan membuatmu menjadi penulis terbaik. 

Saya sangat terbuka untuk kritik dan saran yang membangun. Komentar tidak sopan apalagi bersifat menghina, pasti saya akan abaikan demi kesehatan mental.

Selamat berpetualang ke dalam kisah Adinna dan Kailash. Semoga kamu menjadi salah satu  jajaran yang memperjuangkan kisah cinta mereka. 

Well, selamat membaca!

______________________________

Adinna melangkahkan kakinya keluar dari bis yang telah mengantarkannya ke bandara. Dia melangkah dengan riang karena ini adalah perjalanan perdananya tanpa didampingi oleh siapapun. Dan ini, juga perjalanan pertamanya keluar negeri dengan biaya yang sudah dia kumpulkan dengan mengorbankan semua uang pribadinya agar dia bisa melakukan perjalanan ke luar negeri. Dan negara yang dia pilih adalah Brunei.

Brunei Darussalam adalah sebuah negara kecil di benua Asia Tenggara yang di terletak di Pulau Borneo (Kalimantan) bagian utara, melekat dengan Malaysia Timur. Entah kenapa Adinna merasa terdorong untuk menginjakkan kakinya ke negara kecil yang makmur itu. Bagaimana tidak? Meskipun negara ini kecil, Brunei terkenal dengan kemakmuran dan kedisplinan dalam menjalankan Syariat Islam, baik dalam bidang kenegaraan maupun bermasyarakat, dan tentu saja ramah terhadap wisatawan luar negeri.

Adinna mengeluarkan note kecil yang disiapkan di dalam tas kecilnya sambil menunggu pesawat bersama dengan rombongan tournya. Dia sengaja terlebih dahulu mencari tempat wisata mana saja yang akan dia datangi setelah menginjakkan kakinya di sana. Menurut Pak Haji, seorang tour guide dari travelnya, mereka akan mengunjungi Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin. Lalu Proboscis Monkey Safari River (disebut juga dengan Monyet Bekantan). Tempat selanjutnya adalah Billionth Barrel Monument. Tempat-tempat itulah yang dia kunjungi pada hari pertama dia Brunei.

Matanya mengelilingi ruang tunggu bandara Soekarno Hatta tempat dia berada sekarang. Sambil mengeluarkan napasnya dengan pelan, Adinna berharap dapat menyegarkan kembali benaknya yang sudah seperti tali kusut. Dia sudah berusaha keras untuk memenuhi semua harapan dari keluarganya yang menginginkan dia untuk menjadi seseorang yang sukses. Dan sekarang waktunya untuk menikmati semua kerja kerasnya tanpa seorang yang melarang. Dia teringat dengan ketidaksetujuan keluarganya saat mendengar keputusannya untuk berlibur. Apalagi ke luar negeri.

Tapi tekad seorang Adinna sudah berada di ujung puncak. Takkan ada yang akan bisa menggoyahkannya jika dia sudah memutuskan meskipun itu keluarganya sendiri. Dia tersenyum kecil ketika mengingat wajah syok mereka. Apalagi kakaknya. Mengingat jika dia lah yang menjaga Adinna saat keluarganya kehilangan jantung mereka. Rasa tersengat menyapa hatinya ketika dia teringat kembali tentang ibunya. Bagaimana beliau meninggal dengan tenang tanpa merepotkan siapapun.

Sambil menghela napas panjang, dia mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Pak Haji yang sekarang sedang memanggil mereka satu per satu agar tidak ada yang ketinggalan. Matanya menelusuri seorang pria yang berumur sekitar 40 tahunan jika dilihat dari keriput di ujung matanya saat beliau tersenyum. Adinna mengangkat tangan saat namanya disebut dan tersenyum dengan sopan ketika mendengar suitan dari seorang pria di sampingnya.

"Baiklah. Karena anggota kelompok kita sudah hadir semua. Silakan kalian bersiap-siap karena sebentar lagi giliran pesawat kita. Are you ready?!" Seru Pak Haji dengan penuh semangat.

Remember WhenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang