30. Tantangan Perjuangan

1.3K 112 1
                                    

Ketika bangun, Ryan terlihat langsung meraba-raba di atas kasurnya. Mencari keberadaan ponselnya. Dan di saat tangannya menemukan benda itu, Ryan sedikit mengangkat tubuhnya yang berbaring menelungkup di atas bantalnya. Matanya mengerjap.

"Ehm ... udah jam tujuh," lirihnya seraya menguap lebar.

Lalu ia mengerjapkan matanya lagi. Kemudian menyipitkan matanya. Mengerutkan dahi melihat ada pemberitahuan pesan dari Vanessa.

[ Vanessayang ]

[ Aku pagi ini ke rumah orang tua kamu. ]

Ryan mengembuskan napas panjang dan duduk. Menimbang untuk membalas atau tidak, pada akhirnya Ryan memilih untuk mandi. Ia harus ke depot pagi itu.

Keluar dari kamarnya dengan niat akan ke kamar mandi, mendadak saja Ryan berbelok ke ruang tamu. Ia menurunkan tubuhnya di depan satu sofa. Mengulurkan tangannya ke kolong sofa tersebut. Meraba-raba hingga tangannya menemukan sesuatu.

Ryan menyeringai melihat sekeping uang logam lima ratus rupiah itu.

"Hahahaha. Nambah seribu lima ratus lagi, bisa nih buat ongkos parkir," katanya tergelak seraya melanjutkan perjalanannya menuju ke kamar mandi.

Setelah bersiap dan sarapan seadanya, Ryan pun memacu motornya ke depot miliknya. Ketika ia tiba, ia mendapati Anton dan Sahrul sudah bekerja. Kedua cowok itu terlihat sudah selesai membuka depot. Mengeluarkan beberapa pot untuk dipajang di pinggir jalan.

Mengenakan celana training dan kaos oblong yang lusuh, Ryan menyapa pekerjanya itu.

"Minggu pagi pada semangat ya!"

"Siap, Bos!"

"Siapa tau omzet naik jadi naik gaji juga."

Ryan tertawa. "Aku suka dengan kejujuran kalian. Jadi, teruslah bekerja dengan giat ya? Hahaha."

Anton dan Sahrul pun ikut tertawa.

Sementara membiarkan Anton dan Sahrul bekerja di bagian depan –memperbaiki tata letak tanaman, menyapu depot, mengelap pot-pot yang kotor karena cipratan air hujan semalam, hingga membuang daun-daun tua-, Ryan pun beranjak ke belakang. Seperti rencananya semula bahwa hari itu ia ingin memperbanyak tanaman aglonema-nya.

Ryan masuk ke rumah kawat tanaman induknya. Mulai menyiapkan polibag berukuran 20 sentimeter. Mengisinya dengan campuran media tanam yang terdiri dari sekam bakar, pupuk kandang, dan juga tanah hitam. Cowok itu terlihat telaten dan gesit ketika memisahkan anakan dari tanaman induknya. Begitu pula ketika menanamnya di polibag yang baru.

Selesai dengan itu, Ryan pun beralih untuk melihat koleksi adeniumnya. Dan karena ia termasuk suka dengan tanaman itu, maka beberapa hari terakhir Ryan mencoba untuk menyambung tanaman tersebut. Berharap agar dia bisa melihat aneka warna adenium dalam satu pohon.

Hingga ketika siang itu, selepas mereka bertiga makan siang di pondokan dempot, Ryan berkata pada Anton dan Sahrul.

"Kayaknya sekam bakar kita udah mulai habis deh. Di belakang sekam yang biasa masih ada, Ton?"

Anton meneguk air minumnya terlebih dahulu sebelum menjawab. "Masih, Bos. Senin besok juga sekam baru pada masuk."

"Bos mau bakar sekam siang ini?" tanya Sahrul.

Ryan bangkit dari duduknya. "Sepertinya," jawab cowok itu lirih. "Kayaknya aku butuh kerja lebih keras. Jadi sekalian aja ngerjain semuanya hari ini."

"Eh? Emangnya kenapa, Bos?"

"Ck. Otak aku lagi mumet soalnya, Ton."

Cowok itu menjawab seadanya dan sebenarnya apa yang ia katakan termasuk dalam kategori jujur. Yah, memang sih awalnya niat Ryan bekerja di hari Minggu itu untuk memenuhi stok depotnya, tapi setelah kejadian di hari Jum'at itu semuanya terasa berbeda. Dan entah mengapa Ryan pikir bahwa ia memang harus mengalihkan pikirannya yang kacau ke aktivitas fisik. Biasanya sih kalau fisik sudah lelah, otak tidak akan bisa berpikir yang aneh-aneh lagi.

Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang