Memilih pergi dari depan pintu kamar Ryan, Vanessa merasa wajah dan kepalanya benar-benar menjadi panas.
Saking aku udah emosi banget sama dia, aku berasa kepala aku mau pecah sekarang.
Merasa ia begitu emosi, gadis itu lantas memilih langsung beranjak ke kamar mandi. Melepas semua pakaian yang melekat di tubuhnya. Meremasnya dengan kesal. Membantingkan di keranjang pakaian kotor.
Selanjutnya Vanessa berdiri di bawah pancuran. Ia mengguyur kepalanya dengan air dingin. Ngomel-ngomel sepanjang siang hingga malam nyaris membuat ia merasa otaknya benar-benar mendidih.
Tangan Vanessa terulur. Memincit botol sampo dengan terlalu kuat hingga isinya meluber ke mana-mana. Dengan kesal, Vanessa meletakkan kembali botol sampo itu dengan setengah membantingnya.
"Dasar Ryan otak meśum! Ryan otak ngeres! Isi otak dia pasti pikiran kotor semua!"
Vanessa mengumpati cowok itu seraya meletakkan shampoo di kepalanya. Kedua tangannya bergerak dan dalam sekejap mata langsung saja kepalanya penuh dengan busa wangi.
Air pancuran masih mengucur dengan deras. Membasahi tubuh Vanessa tanpa ada sedikit pun yang terlewat.
"Gara-gara dia berhasil mencium aku di dua kesempatan, makanya dia jadi berani kayak gitu sama aku!" gerutu Vanessa seraya memijat kulit kepalanya dengan sedikit lebih kuat dari biasanya. "Tau gitu aku nggak bakal mau dijemput dia di kebun jagung! Mending aku balik jalan kaki aja daripada dijemput dia. Aku nggak tau kalau aslinya itu cowok benar-benar pintar mencari kesempatan. Dia ternyata pintar banget memanfaatkan suasana sendu pas lagi ujan!"
Geraman gadis itu terdengar lagi. Kali ini terlampiaskan pada sabun cairnya. Muncrat dengan melimpah pula di spon mandinya.
Tangan Vanessa meremas spon mandi dengan geregetan. Seakan-akan saat itu ia sedang meremas-remas kepala Ryan mungkin.
Beberapa detik kemudian, spon itu sudah menjelma menjadi bola busa yang harum. Vanessa pun membawanya untuk menggosok tubuhnya dengan kuat.
"Dan yang paling buat aku kesal!" geram Vanessa menekan spon di lehernya. "Harusnya tadi aku beneran nggak balik lagi ke kampus. Biarin aja dia semalaman di kampus sampe pagi. Mampus mampus deh dia di kampus nggak pake balik!"
Tangan Vanessa bergerak. Mencoba menggosok punggungnya.
"Tapi, aku dengan begoknya malah balik lagi ke kampus. Dan lihat kan apa yang terjadi?! Gara-gara aku ngerasa bersalah, malah dia yang dengan pinter justru memanfaatkan situasi. Dasar cowok!"
Vanessa turun berjongkok. Menggosok kedua kakinya bergantian.
"Tadi itu aku mau ngelak juga dia cepet banget geraknya. Keliatan banget udah ahli dalam hal mencuri ciuman cewek! Mana nggak pake meleset lagi. Sesenti pun nggak pake meleset. Bisa gitu pas di bibir aku?!"
Dan tidak tau hal apa saja yang digerutukan oleh gadis itu sepanjang ia mandi. Yang pasti, nyaris tiga puluh menit ia menghabiskan waktu sambil ngomel-ngomel di bawah pancuran air dingin itu. Sesuatu hal yang dilupakan oleh Vanessa. Bahwa obat flu yang ia minum tadi siang baru saja menahan bersinnya untuk beberapa saat, eh gadis itu malah langsung keramas selama itu dengan air dingin. Terutama karena ia sendiri kembali salah mengira rasa panas di wajah dan kepalanya sebagai efek kemarahan terhadap Ryan, padahal yang sebenarnya ada itu karena tubuhnya kembali menunjukkan gejala sakit flunya.
"Hatchiii!"
"Hatchiii!"
"Hatchiii!"
Tiga puluh menit kemudian, Vanessa kembali bersin-bersin di balik selimut tebalnya. Kepalanya berdenyut-denyut dan ia benar-benar merasakan kedinginan. Seperti ia berada di ruangan pembeku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomanceJudul: Kuliah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********* "BLURB" Masa sih menikahi dosen sendiri? Yang benar saja. Riz...