Vanessa marah nggak ya?
Pasti marah mah. Nggak mungkin nggak marah.
Liat aja gimana cara dia ngeliat kamu sepanjang sisa waktu praktikum tadi, Yan.
Nggak berasa kayak itu mata dia mengeluarkan sinar laser?
Yang kayak dia mau ngiris-ngiris badan kamu sampe tipis gitu? Kayak irisan bawang buat bumbu tumisan?
Mampuslah aku.
Jangan-jangan aku beneran bakal dimasak balik ntar.
Begitulah ....
Isi pikiran Ryan benar-benar tidak bisa tenang. Rasa takut benar-benar membuat ia tidak bisa berpikir jernih. Dan tentu saja rasa takut Ryan bukan tanpa alasan. Karena sejak teguran Vanessa tadi, Ryan bisa melihat bagaimana tingkat ketajaman mata Vanessa meningkat dua kali lipat dari biasanya. Dan kalau itu belum cukup, ada bukti lainnya. Yaitu ketika tadi Vanessa lebih memilih untuk menegur Abid dan Lola, sementara dirinya diacuhkan!
Vanessa kembali ke mejanya tanpa mengatakan sepatah kata pun lagi pada dirinya.
Ya Tuhan.
Ini cobaan apa lagi?
Baru aja semalam Vanessa udah mulai baik ke aku, eh ... malah ada cobaan seperti ini.
Hiks.
Ryan menoleh ke sebelah.
Matanya menyipit melihat pada Lola. Seakan ingin meluapkan rasa kesalnya pada cewek itu. Tepat ketika ponselnya bergetar. Membuat ia dengan segera membaca pesan yang masuk di sana. Dan pesan itu adalah dari Vanessa!
Gawat!
Seumur hidup, Ryan ingat betul bahwa tak pernah ada kejadian di mana Vanessa yang duluan mengirim pesan padanya. Dan kali ini, untuk pertama kali sepanjang sejarah hidupnya justru Vanessa yang mengirim pesan padanya. Ryan yakin. Itu pasti bukan pesan yang baik. Dan ... memang benar.
[ Vanessayang ]
[ Nggak usah segitunya mandang itu cewek, Yan. ]
[ Ntar copot itu mata. ]
[ Sabar ya. Bentar lagi praktikum selesai kok. ]
Mata menyipit Ryan langsung berubah mata pelototan. Tak percaya dengan apa yang ia baca di sana. Maka buru-buru Ryan membalas pesan itu.
[ Vanessayang ]
[ Dinda ..., bukan seperti itu. ]
[ Kamu salah paham ini mah ceritanya. ]
[ Jangan mikir yang nggak-nggak ya sama Kanda? ]
Selesai mengirimkan pesan itu, Ryan menunggu balasan dari Vanessa. Namun, tak kunjung ada pesan apa pun yang dikirimkan oleh wanita itu lagi padanya. Membuat Ryan meneguk ludahnya dengan gemetaran. Mau melihat ke depan, eh ... dia sudah keburu ciut duluan. Ia tidak ingin sedikit tindakannya menyulut emosi gadis itu. Siapa yang bisa menebak? Jangan-jangan tatapan matanya nanti akan dianggap sebagai sinyal perang oleh Vanessa. Kan gawat.
Ryan memutuskan, ia tidak ingin mengambil risiko memancing kemarahan Vanessa. Terutama karena mereka sekarang masih berada di ruang praktikum. Risikonya terlalu besar. Ryan akan selalu ingat bagaimana kebiasaan Vanessa ketika marah atau kesal. Mencubit, memukul, hingga melempar mangkok melamin pada dirinya. Sekarang, kalau Vanessa melemparkan preparat praktikum pada dirinya bagaimana? Bisa gawat dong. Apalagi siang itu preparat praktikum yang digunakan adalah tanaman utuh. Ryan tidak bisa membayangkan kalau pohon jagung manis yang lengkap dengan akarnya itu mendarat di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"
DragosteJudul: Kuliah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********* "BLURB" Masa sih menikahi dosen sendiri? Yang benar saja. Riz...