Tak hanya menyajikan makan siang untuk mereka, Ryan pun seketika langsung merapikan bekas makan mereka berdua. Hal itu membuat Vanessa merasa benar-benar salah tingkah. Rasa-rasanya ia ingin menggaruk kepala saat ini juga. Hanya demi merilekskan tubuhnya yang menegang. Tapi, ia bertahan. Menggaruk kepala? Oh. Vanessa menepis dorongan itu. Setidaknya ia tidak ingin sampai benar-benar mempermalukan diri di depan Ryan.
Toh. Ryan emang sering kok beres-beres.
Buat apa aku merasa nggak enakan sama dia?
Vanessa beranjak.
Mengabaikan Ryan yang membersihkan meja makan, gadis itu pindah duduk ke ruang menonton. Menyalakan televisi dan menekan-nekan tombol di remot televisi itu. Mencoba mencari tayangan yang menarik. Tapi, sepanjang mata Vanessa melihat, ia tidak menemukannya.
"Gosip, buat nambah dosa aja. Reality show, nggak ada faedahnya. Sinetron, kayak orang baik pada begok semua dan harus tertindas. Ehm ...."
Vanessa masih berupaya mencari. Tapi, tak menemukan yang menarik.
"Ini."
Vanessa yang masih fokus melihat ke layar televisi, menoleh. Pada Ryan yang telah duduk di sebelahnya. Cowok itu menyodorkan ponsel miliknya pada Vanessa. Gadis itu melihatnya.
"Apa?" tanya Vanessa bingung.
Herannya, Vanessa tetap menyambut ponsel itu. Melihat ke layar ponsel dan mendapati Ryan membuka satu kolom obrolan di aplikasi Whatsapp-nya. Vanessa membaca nama kontak di sana.
"Abid." Vanessa menoleh. "Siapa?"
"Temen aku. Dia juga praktikan Biologi kamu kok. Yang sama-sama ngulang dengan aku," jawab Ryan menjelaskan. "Coba aja kamu baca chat itu. Udah berapa hari yang lewat."
Vanessa tak mengerti, tapi pada akhirnya ia membaca pula chat itu.
[ Abid ]
[ Kamu gila, Yan? ]
[ Tau nggak? Lola ke kos aku nangis-nangis. ]
[ Berasa kayak apa aku diliatin penghuni kos yang lain. ]
Membaca pesan itu, Vanessa akhirnya menyadari. Itu adalah riwayat pesan dia dengan Abid yang mana topiknya adalah Lola. Melihat pada tanggal di sana, Vanessa langsung ingat. Pesan itu terjadi pada sore hari, setelah kejadian di kampus.
Vanessa menarik napas. Merasa tidak enak. Lalu, Ryan berkata.
"Baca aja semua."
Maka Vanessa pun lanjut dengan membaca balasan dari Ryan.
[ Bilangin ke dia deh. Sumpah, Bid. ]
[ Aku udah punya cewek. ]
Vanessa merasa pipinya memanas. Tapi, matanya mengerjap ke pesan selanjutnya.
[ Pacar dari Hongkong? ]
[ Kamu mana punya pacar? ]
Dan Ryan pun membalas begini.
[ Kejauhan nyari pacar sampe ke Hongkong! ]
[ Lagipula, aku emang udah ada cewek kok. ]
[ Please deh. Aku nggak mau buat dia salah ngira kalau aku ada hubungan dengan Lola. ]
[ Kamu nggak tau kan? Cewek aku itu kalau marah bisa gawat, Bid. ]
[ Gunung Merapi bisa dia pindahin ke muka aku. ]
Panas di pipi Vanessa terasa membakar saat ini. Ia melirik tajam pada Ryan. Sementara cowok itu hanya memutar-mutar bola matanya ke sembarang arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah Tapi Menikah 🔞 "FIN"
RomanceJudul: Kuliah Tapi Menikah Genre: Romantis Komedi Manis (18+) Status: Tamat Cerita Kedua dari Seri "Tapi Menikah" Buat yang belum dewasa, sangat tidak disarankan untuk membaca! ********* "BLURB" Masa sih menikahi dosen sendiri? Yang benar saja. Riz...