BAB SATU :
OUTRAGE"Dad?! Will you get married again?!"
Winter Cerelia. Gadis berusia 17 tahun tersebut berlari memasuki mansion dengan tergesa, mencari keberadaan Francis Almoraic, sang Daddy. Tangannya mencengkeram handphone keluaran terbaru yang terbeli minggu lalu, hadiah dari Francis. Ia mulai menapaki ruang tengah, kosong. Mendobrak kamar Francis dan Theresa Zaquelle; sang Mommy yang sudah menutup usia kala usianya menginjak lima belas tahun. Satu ruangan lagi, work space.
Jemari lentiknya tertuju pada tombol putih di tengah pintu, menekannya untuk menyalurkan nada bel pada seseorang di dalam sana. Winter memejam, menghilangkan emosinya sejenak sembari menunggu pintu ter-unlock. "The door has been opened, please slide to the right." Dengan terburu Winter menggesernya tanpa menutup kembali. Entah berapa persen kapasitas nyali yang dirinya miliki, yang pasti setelah sampai di meja Francis, Winter melempar handphone-nya begitu saja.
"Ada apa, Princess?"
Winter mendengus, panggilan itu rasanya sangat basi untuk menenangkannya disaat seperti ini. Karena ia tahu, Francis selalu memiliki strategi untuk meluluhkannya, nomor dua paling ampuh setelah pelukan Theresa. Winter menghempaskan diri, duduk pada sofa maroon yang terpajang sempurna di tengah work space luas milik Francis.
Oke, sebelumnya.. kita perlu sedikit room tour! Memasuki ruangan, disuguhkan dengan tembok yang menghalangi; diberi pilihan dalam dua jalan yang saling melintang. Ke kanan, untuk work space Francis. Dan ke kiri, untuk work space Theresa. Dara Zaquelle yang adalah istri Francis tersebut juga seorang wanita karir. Cerelias Bakery, begitulah orang-orang mengenalnya. Masing-masing work space memiliki kamar mandi dan ranjang masing-masing.
Namun yang tidak diketahui adalah sebuah ruangan di balik almari data milik Theresa, terkecuali Winter. Sesaat setelah kepergian Theresa, Winter mencoba masuk. Membereskan buku yang sekiranya tidak perlu disimpan. Tetapi siapa yang menyangka terdapat tombol-tombol angka di belakang tiga kamus buku besar. Di dalam ruangan tersebut terdapat puluhan novel berjajar. Ciptaan Theresa yang orang lain tidak ketahui.
Kembali pada topik awal.
"Ja. Ik ga trouwen, nog twee maanden," jawab Francis seraya mengulas senyum, menunjukkan dua jarinya yang terangkat.
ㄸ: Ja. Ik ga trouwen, nog twee maanden = Iya. Aku akan menikah, dua bulan lagi.
Namun Winter balas dengan kekehan remeh. Tidak percaya, malas, marah, sedih, menjadi satu melingkupi hatinya yang bergemuruh hebat dalam diam. Mengalihkan tatapannya, Winter lantas memijat pelipisnya yang terasa berdenyut ngilu. "Did you not love Mommy?!"
Francis mengerutkan dahinya. Sampai sini, lelaki paruh baya tersebut paham apa yang membuat putrinya begitu marah. Ia bisa paham, Francis tahu rasanya."Kamu tahu, sayang? Daddy sangat mencintai Mommy. Zeer. Daddy tahu kamu belum bisa melupakan Mommy Theresa, tetapi kita harus memulai hidup yang baru tanpa perlu mengingat yang lalu."
ㄸ: Zeer = Sangat
"Dari sini. Camkan, aku tidak suka jika Daddy menikah lagi. Dan aku tidak akan menerima keluarga lain disini, sekalipun dia istrimu!"
"Winter, what's wrong? Kamu tidak akan sendirian lagi nanti. Airin namanya, lebih muda dari Theresa. Dia memiliki putri yang lebih tua satu tahun darimu. Bukankah hal baik karena kamu akan memiliki teman?"
Winter mendengus geli. Berdiri dari duduknya dan melangkah keluar. Sampai di ambang pintu, gadis tersebut berhenti tanpa berbalik arah. "Tidak, aku tidak menerima orang asing dalam hidupku. Entah itu Mommy baru, saudara/saudari baru. I don't care, fucked up!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ballerina [END]
FanfictionBallet sama sekali bukan passionnya. Sang Daddy hanya ingin ia mengikuti jejak kakak tirinya sebagai seorang Ballerina yang dipandang oleh masyarakat luas. Penduduk Amsterdam memanggilnya Kayeena, Queen of Ballet. Yang sejatinya gadis tersebut adala...