BAGIAN 22

828 73 2
                                    

Happy Reading☘️

Bu Nining menghela napas melihat Avin yang duduk di depannya, tidak tau harus ceramah apa lagi. Baru beberapa hari yang lalu Avin membuat masalah dan sekarang gadis itu berhadapan lagi dengan Bu Nining karna masalah baru.

Kali ini Bu Nining cukup terkejut dengan masalah Avin. Masalah yang gadis itu lakukan bukan masalah biasa, melainkan masalah yang membuat Bu Nining hampir tak percaya. Gadis dengan tubuh mungil itu mampu menghajar empat cowok yang ukuran tubuhnya jauh lebih besar dengannya hingga babak belur.

"Kamu udah janji tidak akan membuat masalah lagi, Avin," ujar Bu Nining, setelah lama terdiam. "kenapa buat masalah lagi?!"

"Aku hanya mengajari mulut busuk mereka yang suka ngomongin orang di belakang. Niat aku baik loh, Bu."

Bu Nining memijit pelipisnya pusing. Kehadiran Avin ternyata membuat tugasnya semakin berat. "Kamu cewek, Avin. Tidak sepatutnya kamu berantem. Alasan kamu juga tidak masuk akal."

"Emang kalo cewek gak boleh berantem?"

"Iya, Avin. Gadis itu harus lemah lembut, suka kedamaian, bukan seperti yang kamu lakukan ini. Tidak sepatutnya kamu berkelahi seperti tadi. Itu bukan kodratnya wanita."

"Maksud Bu Nining, aku cewek jadi-jadian, gitu?" Avin membalas tatapan tajam guru yang tidak lagi muda itu.

"Kamu tau bukan itu maksud Ibu, Avin. Oke. Ibu tidak melarang kamu berkelahi dengan siapa saja, tapi yang menjadi masalahnya kenapa harus sama laki-laki, Avin?"

"Kita kan gak tau, Bu, kita akan berantem sama siapa."

Bu Nining lagi-lagi memijat pelipisnya benar-benar pusing. Avin selalu membela diri saat sudah terbukti bersalah. kalimat membela diri keluar dari mulut Avin tak ada habisnya.

"Kamu Ibu Skors tiga hari. Renungi semua kesalahan kamu! Saat kembali masuk sekolah, minta maaflah pada mereka yang dirugikan!" putus Bu Nining tegas.

"Aku diskors tiga hari?! Beneran, Bu?!''

Bu Nining mengernyit, heran melihat respon Avin yang seolah senang diskors. Dapat Bu Nining lihat dari wajahnya yang begitu sumringah.

"Kamu senang Ibu skors?"

"Gak kok, Bu," sanggah Avin cepat. "Aku sedih banget gak liat Bu Nining dan sekolah tiga hari."

"Wajah kamu mengatakan sebaliknya, Avin. Kamu tidak terlihat sedih saya skors. Ingat pesan Ibu, selesai masa skors, kamu harus meminta maaf pada mereka."

"Baik, Bu nining. Aku permisi undur diri."

"Dosa apa yang saya perbuat dulu hingga mendapatkan murid seperti itu," keluh Bu Nining, setelah Avin menghilang dari pandangannya.


Avin fokus menulis soal yang ada di papan tulis sembari melihat jam tangannya. Bel pulang berbunyi tinggal lima menit, tapi entah kenapa terasa begitu lama. Avin menatap sisa soal yang belum ia salin dengan malas, rasa ingin pulang cepat begitu menggebu dalam hatinya.

Suara bel yang dari tadi Avin tunggu akhirnya berbunyi. Ia menyalin sisa soal itu dengan cepat meski agar selesai. Meski hurufnya sudah seperti cakar ayam, Avin tidak peduli.

"Baiklah, anak-anak. Sampai di sini saja pelajaran kita hari ini. Jangan lupa kumpulkan tugas ini di ketua kelas besok pagi. Ibu tunggu setelah istirahat pertama."

"Baik, Bu!"

Avin langsung membereskan bukunya setelah selesai mencatat soal di papan tulis.

SECOND TIME SENIOR HIGH SCHOOL ||COMPLETED||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang