"Eps 16"

124 22 2
                                    

Prank~

Sejeong yang memutuskan untuk tidur saja langsung membuka matanya lebar-lebar ketika mendengar suara pecah, "suara apa itu? Jangan-jangan Jaehyun..."

Tanpa pikir panjang dia mengambil ponselnya sebagai penerang jalan dan keluar dari kamarnya. "Jaehyun, apa itu kau? Kau baik-baik saja?" Sejeong masuk ke kamar pria itu yang tak ada siapapun.

"Sepertinya asal suara itu dari dapur," batinnya. Berlari kecil menuruni tangga, namun karena tak hati-hati dia malah tersandung. Untung saja, sisa 2 anak tangga untuk sampai ke lantai dasar.

Awww~

Baru saja Sejeong mau mengumpat dan berbicara kasar, sebuah cahaya menyilaukan matanya. "Sejeong-ah, kau baik-baik saja?" Pria itu tampak panik lalu memeluknya.

"Heh~ hei, harusnya aku..."

"Maaf, harusnya aku segera berlari naik untuk menemanimu. Kau pasti ketakutan..."

"Hah? Bicara apa sih, kau..." Sejeong ingat, "ah, apa aku harus berakting takut?" Batinnya.

Dia juga memeluk Jaehyun dengan suara sedikit bergetar, "aa...ku takut!" Bisiknya.

Jaehyun tak melepas pelukannya dan membantu Sejeong berdiri dan memapahnya ke sofa ruang keluarga. "Di mana Imo Sung?" Tanya Jaehyun.

"Apa rumahmu selalu seperti ini tiap malam?"

"Eung, Imo Sung pulang setelah jam 9 malam. Penjaga mungkin ketiduran di post depan, dan pelayan lainnya tinggal di mest yang di sediakan di belakang rumah ini. Mereka mungkin sudah tidur"

"Sebenarnya ada listrik cadangan tapi, letaknya..."

"Tidak, kita menunggu saja di sini. Aku nggak mau kau kemana-mana," ujar Sejeong yang ingin memanfaatkan situasi itu agar lebih dekat dengan Jaehyun.

Pria itu tak bertanya lagi dan duduk dengan manis di depan Sejeong yang memeluk lututnya.

"Kau tak pegal?" Tegur Jaehyun menyuruhnya selonjoran.

Sejeong hanya mendehem, "hyaa~ ka...kau jangan pura-pura nggak tahu, kau bertanya karena ingin meledekku bukan?"

"Kenapa kau malah marah..." Jaehyun lalu mengingat saat dia memeluk Sejeong tiba-tiba. Pria itu menggeser duduknya sambil menunjuk tepat di dada wanita itu.

"Hyaaa~ singkirkan tanganmu itu," teriak Sejeong makin rapat memeluk lututnya.

"Ka..kau, kenapa kau tak memakainya?" Oceh Jaehyun.

"Siapa yang memakai begituan kalau ingin tidur, kau tak tahu saja rasanya sesak..."

"Cu...cukup, kenapa kau malah menjelaskannya sedetail itu..." Jaehyun lagi-lagi mengomelinya.

Dia lalu melepas hoodienya, "pakai itu," lemparnya.

"Cih, yang ikhlas dong!" Gerutu Sejeong yang masih saja mementingkan harga dirinya.

Perdebatan mereka mengisi ruang keluarga dengan cahaya dari ponsel Sejeong dan Jaehyun yang menerangi ruangan itu.

"Haaahh~ leganya bisa selonjoran," tuturnya setelah menyuruh Jaehyun untuk duduk di bawah sejajar dengan perutnya.

"Tadi aku mendengar suara pecah, apa yang terjadi?"

"Aku turun untuk minum dan tiba-tiba lampu padam. Aku langsung ingat kalau kau takut gelap dan repleks menaruh Gelas di tanganku, gelas itu tak sampai ke meja dan malah jatuh di sampingku"

"Kau terluka?" Sejeong bangun dan mengambil ponsel yang dia letakkan di atas meja untuk menyenteri kaki Jaehyun.

"Syukurlah, kau tak terluka. Cih, apa kepala mu terbentur sesuatu? Kenapa kau tiba-tiba mengkhawatirkan ku padahal kau selalu saja ingin..."

Suddenly, I Became a Antagonist (The End✓✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang