Chapt 25 - Konser Virgo Band

27 33 1
                                    

Sampai lebaran monyet tiba, air yang berada di dalam panci tidak akan mendidih kalau Chaca sendiri lupa menyalakan kompor gas. Anak muda jaman sekarang kebanyakan suka pelupa. Kalau kata orang bilang, namanya remaja jompo.

Kalau kalian mengira modelan seperti seorang Chaca kerjaannya makan, tidur, makan, tidur atau kata kasarnya dibilang anak pemalas anda salah besar. Mengenai bubur ayam dan nasi goreng yang disantap oleh Bunda dan Rayhan saat sarapan pagi, ialah Chaca yang membuatnya.

"Chaca mau ngapain lagi sih?"

Bunda mendapati seorang gadis tengah menyiapkan segelas cangkir yang diletakkan di atas meja. Memang tidak ada capeknya perempuan satu itu, Chaca masih saja sibuk dengan urusan dapur.

Chaca menjawab, "Buat teh, Bun."

"Loh kamu gimana kan sudah ada bibi, kamu tinggal suruh bibi aja!" seru Bunda.

Chaca mengambil ceret yang berada di atas kompor dan menuangkan air yang sudah mendidih itu ke dalam sebuah cangkir. "Gak enak aku, Bun."

"Itu kan sudah menjadi kewajiban Bibi, gak perlu gak enak." Bunda berjalan mendekati Chaca.

Chaca tersenyum menyeringai, "Iya ... bunda mau aku bikinin teh juga enggak?"

"Sekalian deh. Hihihi," jawab Bunda disertai dengan tawa kekeh.

Bunda berkata lagi, "Gula nya sedikit aja ya, Cha. Takut diabetes." Lekas bicara Bunda terkekeh.

"Oke, Bun." Chaca memberikan satu jempolnya pada Bunda.

Chaca mengambil sebuah cangkir dari dalam rak piring kemudian menuangkan satu sendok setengah gula pasir ke dalam cangkir tersebut. Tak seperti pada cangkir sebelumnya, kali ini lebih banyak takaran gulanya. Cangkir yang telah berisi teh dan gula itu dituangkan air panas ke dalamnya.

Ia membawa dua cangkir teh yang diletakkan di atas nampan, berjalan ke sebuah ruangan tempat untuk bersantai.

Ada Bunda yang sempat mengekor di belakang Chaca. Setelah Chaca, baru Bunda yang mendaratkan bokongnya di sebuah kursi yang di depannya terdapat kolam renang.

"Oh ya, Bun. Bunda tumben gak pergi ke kantor?" Chaca mengawali pembicaraan.

Bunda baru berceloteh setelah menyeruput teh panas kepunyaannya. "Sebenernya hari ini bunda mau ke kantor, eh ada kamu."

Chaca terkejut mendengar penjelasan Bunda barusan, "Hah? Jadi gara-gara Chaca bunda nggak ke kantor."

Bunda terkekeh saat melihat ekspresi Chaca panik. "Tenang saja, Chaca. Bunda tidak sibuk lagi seperti sebelum-sebelumnya. Karena ayahnya Rayhan sudah menempatkan posisi Bunda sebagai direktur."

"Wah ... aku salut banget sama Bunda. Bunda hebat," puji Chaca sambil bertepuk tangan.

Pipi Bunda merona. "Ah biasa aja."

"Oh ya, Bun, nanti aku boleh izin nggak buat ke sekolahnya Rayhan," Chaca berceloteh, "Ehan masih sekolah di SMA Kasih Bunda, kan?"

"Iya masih," Bunda menjawab.

"Memangnya kamu mau ngapain ke sekolahnya Rayhan?" tanya Bunda sambil memegang sebuah majalah yang diambil dari atas meja.

"Gatau kenapa ya, Bun, Chaca tuh kangen banget sama masa SMA," balas Chaca. "Kan sekolahnya Rayhan pernah jadi sekolah Chaca juga. Bunda lupa ya?"

Bunda menjawab, "Enggak dong."

Chaca bangkit dari kursinya. "Kalau begitu Chaca mau siap-siap dulu deh buat ke sekolahnya Rayhan."

"Loh kamu mau pergi sekarang emangnya?" Bunda mendongakkan kepalanya saat menatap Chaca.

"Iya." angguk Chaca.

Yuk! Balikan MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang