Chapter XX

115 3 0
                                    

Always

Orific by Aomine Sakura

Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Kesamaan nama, tempat, latar dll hanyalah kebetulan. Tidak berniat menyinggung siapapun ataupun unsur sara.

DILARANG COPAS DAN PLAGIAT DALAM BENTUK DAN ALASAN APAPUN!

Warning content 21+

Selamat membaca!

"Kenapa wajahmu berseri?"

"Aku terlihat seperti itu?"

Arjuna duduk dengan santai di sofa ruang kerja milik Pandu dengan satu tangan memegang kaleng softdrink. Sedangkan Pandu duduk di kursinya sembari mengerjakan pekerjaannya.

"Cewek baru?"

"Apa ini? Mengapa kamu peka? Tidak biasanya."

Arjuna mengangkat bahunya.

"Itu terlihat jelas di wajahmu, bodoh."

"Namanya Riva. Rivana Jovanka." Pandu memulai ceritanya. "Aku bertemu dengannya di rumah sakit, berkenalan dan berkencan."

"Sepertinya aku pernah mendengar nama itu."

"Dia petugas magang saat kamu di rawat dulu."

"Aku mengingatnya."

Arjuna mencoba untuk bersikap selayaknya seorang teman. Hatinya terasa sakit dan panas. Tetapi Pandu adalah sahabatnya, ia bukan tipe orang yang mendahulukan perasaannya. Jadi, ia mencoba bersikap rasional saat ini.

"Kamu sangat mencintainya?"

"Tentu saja." Pandu menyandarkan punggungnya. "Aku baru beberapa bulan menjadi kekasihnya. Tetapi, aku ingin menikahinya."

Ah. Arjuna merasakan hatinya hancur.

...

"Mungkin ini terdengar bodoh dan klise. Tapi, love at a first sight benar adanya."

Riva tidak merespon apapun selain terdiam di tempatnya. Jauh di dalam lubuk hatinya, Riva tidak pernah membayangkan jika Arjuna akan mencintainya sedalam itu.

Arjuna di kenal sebagai casanova ulung dan tidak sedikit wanita yang mendekatinya. Riva bukannya tidak tahu akan hal itu. Arjuna sering bersama dengan wanita yang berbeda dan Arjuna tidak pernah menjalin hubungan untuk waktu yang lama.

Apakah itu karena dirinya? Apakah Arjuna tidak pernah bertahan pada satu wanita untuk melupakannya dan membuang perasaan kepadanya?

Riva merasa bersalah. Dia telah menyakiti pria sebaik Arjuna meski itu tidak di sengaja dan dia tidak mengetahuinya.

"Aku sempat berpikir buruk tentang kakak dan aku rasa itu semua salah." Riva memandang Arjuna. "Beberapa hari tinggal bersama kakak, aku merasa jika kakak adalah orang yang berbeda dari yang selama ini aku lihat. Kakak begitu penyayang dan begitu sabar."

"Aku minta maaf." Riva menggenggam tangan Arjuna. "Maaf karena telah berprasangka buruk, maaf karena tidak menyadari perasaan kakak, maaf karena aku tidak bisa lepas dari Pandu."

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang