Alan POV
Seharusnya ada Zevan, Andra dan juga Nino disini. Bagaimana mungkin mereka tidak hadir pada pesta perkawinan teman mereka sendiri. Apalagi yang mengadakan pesta malam ini adalah Vivian, teman wanita terdekat kami semasa SMA. Walau ini adalah pernikahan kedua bagi Vivian, dia sangat yakin dengan pria pilihannya kali ini. Aku turut senang melihatnya nampak bahagia sekarang bersama suami barunya yang juga kukenal karena kebetulan aku yang mengurus perceraian di pernikahan mereka sebelumnya.
Dari tadi aku cuma berdiri di sini, tempat paling pojok di ruangan ini dan berusaha tidak terlihat. Aku tau dia pasti berada ditempat ini juga sekarang. Itulah yang membuatku sangat memerlukan kehadiran ketiga sahabatku itu sekarang. Mereka pasti bisa menyelamatkanku bila harus bertemu dengannya. Aku bisa mengalikahkan pandanganku darinya yang pasti akan menyita pikiranku sepenuhnya bila harus bertemu nanti.
Benar seperti yang kuduga. Dia ada disana. Jauh berbeda dengan saat dia berbalik pergi meninggalkanku tiga tahun lalu. Dia merubah penampilannya dan terlihat jauh lebih dewasa malam ini. Dan aku menemukan diriku menahan nafas ketika melihatnya sedang tersenyum disana. Bukan untukku, melainkan pria disampingnya yang memeluk pinggang rampingnya dengan mesra. Kenapa aku harus merasa hampa sekarang? Bukannya ini yang kuinginkan sejak aku menyadari perasaanku padanya? Lihat, dia bahagia sekarang. Hal selalu aku ingin dia dapatkan.
Mungkin sudah saatnya aku pulang sekarang, yang penting aku sempat berbincang sebentar dengan pasangan berbahagia itu sebelumnya. Aku ngga mau dia melihatku sekarang, aku pasti terlihat menyedihkan. Datang sendirian dan menatapnya dengan nanar sementara sudah ada seseorang yang mengisi tempat yang seharusnya milikku dan karena pilihan bodohku, harus kurelakan diisi oleh orang lain.
***
Rindy mengulurkan tangannya pada mempelai wanita yang terlihat sangat cantik dengan gaun putih gadingnya tanpa lupa memberikan pelukan hangat pada Papa tetangga idolanya. Sedangkan malah Rion yang terlihat berdiri dengan kaku disampingnya. Dia masih belum mau punya Mama tiri katanya. Padahal siapa yang menolak Mama tiri secantik dan juga sebaik Vivian?
"Jangan ditekuk gitu dong itu muka. Jelek tau."dengan kesal Rindy menarik tangan Rion untuk diulurkan pada Mama barunya yang bernama Vivian. Wanita itu bahkan langsung memeluk Rion dengan hangat.
"Tante ngga akan ngambil Papa kamu sepenuhnya kok." ucapnya sambil tersenyum. Sebenarnya dia lebih cocok dipanggil Kakak oleh Rion karena dia masih berusia diawal 30an. Masih terlalu muda untuk pernikahan keduanya ini.
"Jaga Papa. Dia suka sakit perut kalo makan makanan yang pedas." Rindy sama sekali tidak bisa menahan tawa nyaringnya mendengar wejangan Rion. Seperti biasa, pria satu ini memang paling suka memberi wejangan pada siapapun. Bukannya memberi salam, pria itu malah mengucapkan kalimat itu. Tanpa dia sadari, dia menghilangkan suasana kaku yang dia sendiri ciptakan diantara mereka.
"Kamu lucu banget sih. Tadinya Tante pikir kamu ini secool penampilan kamu di televisi aja. Taunya imut banget." Rindy makin tidak bisa menahan tawanya waktu Vivian mencubit kedua pipi Rion dengan gemas, persis seperti dia memperlakukan Vasa bila sedang gemas padanya, kadang kalo udah kelebihan gemas, Rindy bisa sampai menggigitnya. "Sayang, aku jatuh cinta sama anak kamu ini." ucapnya pada Topan, suaminya sekarang.
"Iya. Dia emang paling jago untuk urusan bikin para wanita jatuh cinta padanya. Turunan dari papanya ini lho," sahut Topan bangga.
"Rion lapar. Rindy juga. Kami cari makanan dulu ya Pa," Rion menggamit lengan Rindy yang masih betah berlama-lama bersama mereka dan membuat antrian panjang karena para tamu yang lain terpaksa menunggu untuk memberi salam dibelakang mereka.
"Makan yang banyak ya sayang...." seru Vivian membuat Rion cuma bisa menutup muka dengan sebelah tangannya. Ini memang pertemuan pertamanya dengan Vivian. Dia sama sekali ngga menyangka bahwa Mama tirinya seperti itu. Menyenangkan, ceria dan mudah akrab dengan siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate You, Can I? (Silver Moon series)
RomanceBagaimana rasanya bila kamu terus ditolak dan ditolak? Segala usaha sudah kamu lakukan untuk melunakkan hatinya. Dia mencintaimu dan kamu tahu itu. Tapi dia masih menolakmu. Apa aku harus menyerah? Aku berharap bisa membencimu...kamu tau itu? Arind...