"Astaga Kim! Aku bahkan belum mandi! Kau menculik ku! Tidak sopan"
"Aku tidak peduli, kau tetap harum Jeon. Dan sudah kubilang, i do what i want and i don't care"
Mengusap wajahnya kasar, Jeon merasa sangat sial!
-Oh tarik pikirannya yang tadi.
Ketika sampai parkir, Jeon tidak bisa menyembunyikan ekspresi kagumnya saat melihat mobil Pagani Huayra Imola, terparkir angkuh di depannya.
Blam.
Indra penciumannya langsung disapa oleh aroma citrus.
Hening menyapa di antara mereka.
Jeon kembali menelisik dan-
-Wah!
Lihat saja pakaian Kim-angkuh-Vicle itu. Memang tampilannya kasual. Sederhana memang, tapi Jeon Jung Hwa- designer itu bisa melihat semua yang dipakai Kim Vicle tidak main-main.
Mulai dari Versace Wool Tailored pants hitam yang membalut bagian bawahnya, sandal Visvim yang harganya bisa untuk membeli satu motor.
Dan Oversized shirt berwarna hitam yang membalut tubuh bagian atasnya. Yang Jeon bisa bertaruh, harganya tidak biasa untuk kalangan menengah kebawah.
Kim Vicle benar-benar! Uh! Priyayi!
Tidak heran dengan kekayaannya sebab, buku-bukunya begitu laris di pasaran. Selalu menduduki peringkat tinggi-best seller. Dan beberapa dibuat film.
...ditambah, keluarganya memang konglomerat. Sempurna.
Tapi tidak di mata Jeon Jung Hwa. Kim Vicle itu pemaksa, angkuh dan seenaknya! Tipe orang yang dimanjakan dengan harta saja! Jeon berani bertaruh kalau-Hell! Kim Vicle ini tidak akrab dengan orang tuanya yang sibuk itu. You know? Some of them will be looking for love, they don't grow up with love- i mean, not enough! Just a little of love. Dan salah satunya akan seperti tuan muda Daegu di sampingnya ini.
Sangat jauh dengan dirinya yang hidup di tengah-tengah keluarga hangat penuh cinta di Ilsan, Korea Selatan. Keluarga Jeon memang biasa-biasa saja. Tapi orang tuanya begitu penuh memberinya perhatian.
Tidak ada yang sempurna. Itulah hidup manusia.
Menghela nafas kembali ketika tangan pucatnya ditarik keluar oleh si Kim, kemudian masuk ke sebuah restoran minimalis.
Duduk dengan tenang di depan Vicle- Jeon berusaha.
Mengedarkan netra jernihnya, Jeon melihat banyak pasangan kekasih yang mengunjungi restoran dengan pencahayaan remang ini-memberi kesan intim.
Sedangkan di seberang meja, Vicle sedang memilih makanan, ditemani oleh seorang waiter yang entah sejak kapan berdiri di sana.
"Ich möchte dieses Menü für 2 Personen " (Saya ingin menu ini untuk dua orang)
Vicle menunjuk pada buku menu.
"In Ordnung, Herr"(Baik pak)
Waiter itu mengangguk dan pergi.
Jeon terperangah ketika mendengar Vicle berbicara bahasa asing-Jerman sepertinya. Pemuda manis itu tidak tau kalau ini restoran Jerman. Salahkan dirinya yang merupakan anak rumahan yang hanya suka menonton drama dan konser online di tempat paling nyaman di dunia-apartemennya. Astaga.
"Kau tidak malu mengajakku ke restoran mewah seperti ini dengan hanya memakai kemeja kusut? Ada banyak pasangan kekasih disini! Kita seperti supir dan majikan!" ujar Jeon.
Sedangkan Kim Vicle melipat tangannya depan dada. Tersenyum miring.
"Ho? Jadi kita seharusnya seperti apa? Sepasang kekasih kan? Aku bisa membelikanmu baju kalau kau mau mengganti pakaian agar kita terlihat seperti sepasang kekasih"
Jeon merutuki semua kebodohan yang keluar dari ucapannya.
"Tidak! Bukan itu yang aku maksud! Kita tidak akan pernah menjadi sepasang kekasih!" ucapan tajam bagai belati dari Jeon, menusuk pendengaran Vicle.
"Kau akan" ujar Vicle santai, menatapnya penuh perhatian.
Beberapa saat kemudian. Makanan datang.
"Bitte genießen Sie, mein Herr " (Silakan dinikmati pak)
Waiter meletakan makanan di atas meja mereka.
"Danke" (Terimakasi)
Ujar Vicle, kemudian netranya melirik ke arah Jung Hwa yang terlihat berbinar melihat makanan.
"Ayo makan"
Vicle tersenyum. Cerah sekali dan entah kenapa tubuh Jeon bereaksi lebih dengan senyuman itu.
Lihat? Seperti yang dipikirkan Jeon, mereka berbeda. Benar-benar berbeda. Seperti magnet kutub utara dan selatan. Dan itulah mengapa mereka bisa bertemu.
Lihat saja gaya makan tuan muda Daegu itu, terlihat 'mahal' dan elegan. Bukan seperti dirinya yang belepotan dan porak poranda.
Makanan di piring Vicle terlihat rapi walau sudah diambil. Bukan seperti dirinya, makanannya sudah bercampur aduk. Lebih mirip makanan bebek, iyuh.
Menelisik kembali, jika dibilang Kim Vicle itu tidak sopan. Lihat saja bagaimana attitude mannernya di atas meja makan. Bagaimana dia membaca menu, bagaimana dia berbicara dengan bahasa asing dengan pelayan. Hell! Tidak semua orang bisa seperti itu.
-Terus? Apakah si Kim itu berlaku tidak sopan hanya padanya? Cih.
..............
Sehabis makan malah disuguhi dengan hujan deras.
Dan demi planet namex! Jeon sangat ingin pulang. Sangat risih ketika ditatap intens oleh pria di seberang mejanya.
"Aku mau pulang"
"Hujan"
Sett
Berdiri, Jeon langsung balik badan menuju pintu.
Tep
Pinggang rampingnya dicekal. Ditarik ke arah meja pembayaran.
"Apa aku akan digadaikan?" Jeon melepas pelukan Vicle pada pinggangnya.
"Aku tidak semiskin itu Jeon"
Tep
JP Morgan Reserve Palladium Card
Kartu yang dimiliki oleh sedikit kalangan elit. Perlu undangan khusus untuk mendapatkannya.
"K-kau ingin pamer Kim!" ujar Jeon.
"Aku hanya ingin bayar Jung"
Sekaya itulah Kim Vicle.
"Setelah melihat kartu itu, tertarik untuk menjadi kekasihku? Atau berc*nt* kilat di mobil? Aku tidak akan melupakan bagaimana kita pertama kali melaku-PLAK
"Ouh! Bibir Kim ditampar oleh tangan pucat Jeon.
-Sampai beberapa orang di sekelilingnya menoleh.
Tbc......
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGNETE
RandomJeon hamil. Tapi, anak yang dikandungnya bukanlah milik kekasihnya.