Sepuluh tahun yang lalu, saat aku hanyalah seorang gadis kecil aku tidak punya ketakutan ini. Sepuluh tahun yang lalu aku hanya mengamati saat orang-orang bergerak melewati hari dengan wajah pucat dan tangan yang gemetar. Adalah tabu untuk mengakui ketakutan ini. Jadi kami semua berpura-pura tidak ada yang salah, lagi pula seberapa buruk itu?
“Kamu melupakan lada.”
Aku mendongak dari adonan kentang tumbukku untuk memberikan senyum kecil pada Maman, sebelum aku meraih botol lada dan mengetuk beberapa bubuk ke dalam mangkuk dan kembali mengaduknya.
“Tidak. Aku tidak,” ucapku.
Desahan napas berat meninggalkan bibir Maman, dan aku tahu kata-kata itu akan datang. Apakah aku ingin membicarakannya? Tidak. Apakah ada cara untuk keluar dari ini? Tidak. Apakah aku akan membiarkan dia berbicara hanya untuk membuatnya merasa lebih baik? Iya. Pasti ya.
“Margy, kamu ingin membicarakannya?”
“Aku hanya gugup seperti gadis normal lain di desa ini. Lagi pula mereka tidak akan menyakiti gadis yang mereka ambil, bukan?”
Bukannya aku tahu apa pun tentang para gadis yang diambil. Semua orang tidak tahu. Itu hanya misteri yang sepertinya semua orang puas untuk membiarkannya tetap menjadi misteri.
“Tidak ada yang tahu apa yang mereka lakukan pada para gadis, tapi kita belum pernah menemukan mayat. Kita berasumsi mereka menjaganya.”
Aku mengangguk, mencoba membuat diriku yakin bahwa bahkan jika aku tidak bisa melewati malam ini, aku masih akan baik-baik saja. Tidak ada bukti bahwa gadis yang diambil telah dianiaya atau bunuh. Namun juga tidak ada bukti bahwa mereka baik-baik saja. Apa pun bisa terjadi, yang terburuk masih bisa terjadi. Aku segera mengusir pikiran suram itu.
“Ini untuk kebaikan seluruh desa, mungkin ini akan menjadi dekade itu? Di mana tidak ada gadis yang bisa diambil? Bukankah statistik terus menurun? Bahwa gadis-gadis tidak lagi cocok?”
Aku tidak bermaksud untuk terdengar terlalu berharap, tapi itu ada di suaraku. Kental dengan harapan bodoh agar malam ini tidak ada keluarga yang kehilangan anak gadisnya. Seharusnya tidak ada yang perlu kehilangan anak gadisnya. Semua ini salah tapi aku tidak bisa melihat bagaimana semua ini bisa diakhiri. Tidak ada yang akan mendengarkan aku.
“Margy ....” Maman meletakkan piring terakhir di meja, bergerak gugup sambil meremas tangannya saat dia memutari meja makan untuk berdiri di depanku. Dia meraih tanganku, menghentikanku dari mengaduk kentang tumbuk. Tangannya meremas milikku dengan cemas sebelum dia mengangkat kepalanya untuk bertemu mataku. “Aku sudah memikirkan ini.”
Aku menggeleng, hatiku mengepal saat ketakutan meremas perutku dan membuatku ingin muntah. Jangan! Tolong jangan! Aku ingin meneriakkannya tapi itu tetap tinggal di tenggorokanku saat mataku melebar.
TBC
Baca ”Token” selengkapnya di Fizzo ya guys update setiap hari 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Token (Claw Cage #1) ~TAYANG DI FIZZO~
Fantasía~exclusive on fizzo~ Semua hal di dunia memiliki harga. Marguerite Cinder telah mempelajari itu sejak kecil. Desanya adalah salah satu tempat paling aman di dunia. Tidak ada monster, tidak ada pencuri, perampok, dan jenis kejahatan keji semacam itu...