Hai, namaku Aldo dan aku lahir di salah satu kota yang cukup besar. Banyak orang berhenti dan menatapku sinis di jalanan. Suatu hari, disaat aku pergi ke supermarket dan salah seorang wanita berteriak kepadaku, "Keluar dari sini! Kamu menakuti anakku!" padahal aku hanya sedang memilih snack favoritku.
Di hari yang lain seorang lelaki memukuliku sambil tertawa dan berkata "Jangan jadi orang aneh! Dasar babi!" Biar ku beri tau kalian alasan kenapa ini bisa terjadi.
Ini cerita tentang menyuarakan diri dari kejamnya perundungan. Bagi sebagian orang mungkin itu terlihat keren, merasa dirinya lebih dari yang lain. Tapi bagiku itu sebuah hal yang buruk, mencapai titik dimana hidupku tidak lagi terasa hidup.
Rumah kami terbakar hebat, saat itu umurku masih 12 tahun. Si jago merah murka, dan melahap seluruh sudut rumah kami tanpa ampun. Ayahku saat itu sedang berada di kantornya, dan mendapat kabar dari tetangga kami bahwa aku dan ibukku terjebak didalamnnya, seketika Ayahku pun bergegas pulang.
Ibukku merangkulku erat, dan aku pun hanya bisa menangis. Ibu berusaha keras mencari jalan untuk keluar dari sini. Tapi nahas, balok kayu besar yang terbakar menimpa kami dari atas. Yang membuat ibu terbakar dan dengan ibu yang masih memelukku erat dan kejadian nahas itu merubah hidupku selamanya.
Para petugas pemadam kebakaran pun datang menyelamatkan kami dan kami pun segera dilarikan ke rumah sakit. Para dokter berusaha sangat keras dan berkata bahwa aku masih selamat walaupun dengan bekas luka bakar di wajah dan beberapa bagian tubuhku. Tapi sialnya, ibukku meninggal saat menyelamatkanku dalam tragedi sial itu.
Hati ayahku hancur, sehancur-hancurnya. Melihat orang yang ia cintai pergi untuk selamanya, dan melihat sang anak satu-satunya yang ia sayangi sedang tidak baik-baik saja. Ia merasa gagal melindungi keluarga kecil yang ia cintai tersebut.
Waktu pun berlalu, saat aku pertama kali pergi sekolah menengah pertama setelah sekian lama. Anak-anak lain menatapku dan memanggilku bermacam-macam dengan nada mengejek. Komentar pedas disaat jam istirahat selalu mendatangiku.
"Dengan muka aneh lo itu gue jamin lo bakal menang kontes orang terjelek, haha." sahut keras salah seorang siswi bernama Diana.
Kucoba untuk menertawakannya dan mengatakan kepada diri sendiri bahwa Diana hanya bercanda. Anak-anak lelaki di kelasku juga akan memukuliku dan memastikan aku tidak terpilih untuk tim olahraga bersama mereka.
Disaat kuberitahu ke guru olahragaku, dia akan berkata, "Ya lihat saja dirimu, kamu menakuti anak yang lain dengan wajahmu itu," seorang guru bahkan berkata seperti itu padaku.
Setahun berlalu, aku tidak tahan lagi atas perlakuan mereka. Kucoba untuk mengabaikannya tapi perlakuan mereka berubah menjadi semakin buruk.
Ada seorang anak perempuan di kelasku namanya Shireen. Dia dan teman-temannya sering mengangguku dan mengejekku, tapi aku selalu memafkannya karena aku menyukainya. Mungkin itu kali pertama aku menyukai teman perempuanku. Ingin sekali aku mengatakan bahwa aku menyukainya.
Selepas bel sekolah berbunyi, akupun mengumpulkan keberanian untuk menghampirinya.
"Ngapain lo berani muncul didepan gue?" tanya Shireen dengan raut muka kesal.
"Shireen, aku suka kamu," ucapku sembari menodongkan boneka beruang kecil yang kubeli dengan uang tabunganku.
"Hahaha, gak salah denger nih Ren?" jawab Diana, salah seorang teman lain.
"Hahhh, lo gilak apa? Lo gak bakal dapet pacar dengan muka aneh lo itu! Dasar jelek!" bentak keras Shireen dan Diana mendorongku juga merobek boneka beruang yang kuberika kepada Shireen didepan seluruh teman kelasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Buruk Rupa
Short StoryIni cerita tentang menyuarakan diri dari kejamnya perundungan.