Bab 16 - Penolong

32 31 1
                                    

***

Keesokan harinya, matahari tampak bersinar terang. Jalanan penuh dengan keramaian. Burung-burung pun tampak berkicauan. Langkah kaki pun terdengar di lapangan.

Hari ini adalah hari pertama Jenie bersekolah di SMA Harapan Kita.

Langkah kakinya terdengar memasuki gerbang sekolah. Ia berhenti di depan lapangan memperhatikan sekolah barunya.

Beberapa pelajar yang baru datang, tampak memperhatikan Jenie. Wajar saja, mereka memang belum pernah melihat Jenie sebelumnya.

Jenie tampak kebingungan mencari tempat yang akan dituju. Ia kemudian menghampiri tiga siswa laki-laki yang tengah duduk di atas motor di parkiran.

"Kak, mau tanya. Ruang guru di mana ya? Mau ketemu Pak Sabar," tanya Jenie kepada tiga anak itu.

Ketiga anak itu tampak heran melihat Jenie. Mereka memperhatikan Jenie dari bawah sampai atas.

"Anak baru ya?" tanya Riko ketua geng diantara mereka bertiga. Riko adalah siswa bandel dan nakal di sekolah tersebut. Ia mempunyai dua teman yang selalu menemaninya.

"Iya Kak. Mau ke ruang guru," jawab Jenie.

"Oh, mau ke ruang guru. Oke saya akan antar," kata Riko yang sepertinya ada niatan jahat.

Riko kemudian turun dari atas motor yang terparkir itu. Berjalan mendekati Jenie dan diikuti dua temannya.

"Ayo," ajak Riko.

"Terima kasih ya Kak!" kata Jenie.

Riko kemudian berjalan bersama Jenie dan diikuti dua temannya. Riko mengajak Jenie ke depan sebuah ruangan yang berada di dekat toilet.

Ruangan tersebut tampak sepi dan tertutup.

"Ini ruang guru. Masuk aja," Riko menunjukkan ruangan tersebut sebagai ruang guru. Tapi nampaknya mencurigakan.

"Ini ruang guru? Kok sepi?" Jenie memperhatikan sekitar.

"Namanya juga masih pagi. Pak Sabar ada di dalam. Masuk aja," pinta Riko seraya tersenyum licik kepada temannya.

Jenie kemudian membuka pintu ruangan tersebut.

Setelah pintu dibuka, kedua teman Riko mendorong Jenie masuk ke dalam lalu kedua teman Riko itu menutup pintu dan di kunci dari luar.

Jenie tersungkur lalu berdiri dan memukul-mukul pintu dari dalam. Ia dikunci Riko di dalam gudang.

"Tolong! Tolong! Bukain! Kalian jahat banget sih. Woy bukain!" teriak Jenie di dalam gudang seraya mencoba membuka pintu namun tidak bisa karena pintu sudah terkunci rapat dari luar.

"Anak baru. Harus adaptasi dulu sebelum resmi jadi anak SMA Harapan. Hahaha!" kata Riko di depan gudang bersama kedua temannya itu.

Dan kedua temannya pun ikut tertawa terbahak-bahak.

Kemudian mereka bertiga pergi meninggalkan Jenie yang berteriak-teriak di dalam gudang itu.

Karena masih pagi, tidak ada yang mengetahui kejadian itu.

***

Beberapa menit kemudian, Ariel keluar dari dalam toilet. Ariel kemudian berjalan di depan pintu gudang. Ia menghentikan langkahnya di depan pintu gudang setelah mendengar teriakan Jenie meminta tolong di dalam gudang.

Ariel kemudian memegang kunci pintu tersebut lalu memutarnya untuk membuka.

Setelah pintu bisa dibuka, Jenie kemudian keluar dari dalam gudang dan memegang tangan Ariel.

TENTANG ARISA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang