32. Taman Bacaan

224 138 188
                                    

Aloo gengs!

Balik maning karo nyong
Sapa sing kepo karo kelanjutan ceritane?

Eh, kelupaan wkwk
Ada yang bisa translate kalimat di atas?
Kalo bisa, coba komen dong artinya apaan:v

Buat yang ngga sabar, langsung baca aja yuk!

Happy Reading!
Typo bertebaran!

***

Malam harinya, kini Adeeva tengah berkumpul di ruang keluarga bersama kedua orang tuanya setelah menyantap makan malam bersama.

"Gimana tadi sama Dirga, Sayang?"

"Gimana apanya, Mah?"

"Ya itu lah, kesannya gimana? Seru ngga? Ada hal-hal yang ngga bisa dilupain ngga?" tanya Valerie bertubi-tubi.

"Seperti itu lah," jawab Adeeva singkat.

"Loh, seperti itu gimana, Sayang?"

"Cukup menyenangkan," Adeeva berkata dengan senyuman tipis yang terbit di bibirnya.

"Cie ... senyum-senyum sendiri." Valerie tampak senang sekali menggoda anak gadisnya itu.

"Pah, kayaknya bentar lagi kita mau dapet mantu nih." Valerie semakin gencar menggoda.

"Mamah," rengek Adeeva, "Pah, Mamah menggoda Adeeva terus," sambungnya mengadu pada Max.

Bukannya memarahi istrinya, justru Max ikut serta menggoda anak gadis satu-satunya itu.

"Putri Papah ternyata sudah besar," ujarnya dengan tangan yang mengusap surai Adeeva lembut.

"Papah dengan Mamah sama saja!"

Setelah berujar demikian, gadis itu langsung kabur menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua.

"Yah, ngambek Pah." Valerie tampak terkekeh pelan saat melihat kepergian putrinya itu.

"Putri kecil kita sudah besar yah, Mah," ujar Max dengan senyum tipis di wajah tampannya.

Di kamar, Adeeva kini tengah membuka salah satu aplikasi berwarna hijau yang berlogo gagang telepon.

Cakra
Besok jadi?

Me :
Jadi.

Cakra
Oke, besok gue jemput.

Me :
Memangnya tidak merepotkan kamu?

Cakra
Kapan sih gue ngrasa direpotin sama lo.
Santai aja elah.
Kayak sama siapa aja.

Me :
Oke, besok jemput di jam biasa.

Cakra
Siap tuan putri:)

Adeeva hanya membaca pesan terakhir yang dikirimkan oleh laki-laki bernama Cakra itu.

Setelahnya, ia meletakkan benda pipih itu di nakas samping tempat tidurnya. Kemudian gadis itu berbaring dengan pandangan yang menghadap ke arah langit-langit kamarnya.

Pikirannya menerawang jauh, memikirkan tentang kebersamaannya dengan Dirga hari ini.

Ia memejamkan mata sejenak saat teringat sebuah mobil yang Dirga kira mengikuti mereka.

Apa memang mobil itu mengikutinya? Atau hanya sebuah kebetulan semata? Tapi kenapa kejadian itu mirip seperti kejadian beberapa hari lalu saat ia hendak ke toko roti?

Jenius Girl (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang