Yogyakarta, 27 Februari 1886
"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday my boyfiee."
Lelaki berkemeja biru laut yang terduduk dipasir pantai, menoleh kearah sumber suara. Suara yang dihasilkan berasal dari lelaki yang berpakaian sama dengannya hanya saja memiliki warna yang berbeda.
Ia beranjak dari duduknya dan menghampiri lelaki dengan birthday cake ditangannya.
"Selamat ulang tahun sayang, nih ditiup dulu lilinnya jangan lupa make a wish."
Lelaki itu tersenyum sebagai balasan, lalu menautkan kedua telapak tangannya dan meniup lilin, tak lupa kecupan manis mendarat di dahi si manis.
"Uhhh~~ Yohan kesayangan aku udah tambah tua, jadi takut tambah dewasa ga pak?"
Lelaki bernama Yohan itu hanya tertawa menanggapi gurauan lelaki yang menyandang status kekasihnya itu.
"Kau mengejek ku? Aku tak percaya kau berani melakukannya."
Yohan memeluk kekasihnya tanpa memperdulikan cake yang berada ditangan kekasihnya.
"Yakk, Yohan!! Jangan memelukku, kau akan menghancurkan cakenya."
Yohan tidak memperdulikan omelan kekasihnya, dia malah mempererat pelukannya.
"Berhenti mengomel, Gaon. Aku hanya akan memelukmu dalam lima menit."
Gaon mulai membalas pelukan sang kekasih dengan satu tangannya, dan Yohan semakin membenamkan kepalanya kecuruk leher milik Gaon.
"Lebih dari lima menit juga tidak masalah."
Meski Gaon mengatakan seperti itu, sesuai janjinya Yohan benar-benar melepas pelukan mereka setelah lima menit terlewatkan.
"Tadi kamu yang ga mau dipeluk, sekarang kok minta lebih?"
Gaon sadar dirinya digoda mulai memukul pelan dada bidang Yohan, dengan malu-malu ia kembali memeluk Yohan dan langsung menyembunyikan wajah merahnya didada Yohan.
"Berhenti menggoda ku, aku malu sekarang."
Yohan tersenyum melihat bayi besarnya merengek karna malu, ia renggangkan pelukannya tanpa melepasnya dan menatap mata kesayangannya.
"Aku bingung harus mengatakan apa, intinya aku sangat berterima kasih dan sangat amat bersyukur atas kehadiran kamu dalam hidup aku, sekalipun nanti tuhan kembali memberiku kesempatan untuk hidup dikehidupan ku selanjutnya, aku hanya ingin jatuh cinta kembali padamu."
Gaon melepas pelukannya laku menaruh cake diatas meja kecil didekatnya, Gaon merasa bodoh kenapa ia tak menaruh cakenya sejak tadi, pasti lengannya tidak akan nyeri.
"Aku bodoh tak menaruhnya sejak tadi, dan sekarang lengan ku sakit."
Yohan hanya tertawa kecil sambil mengelus lengan kesayangannya, kegiatan Yohan tak luput dari penglihatan Gaon.
"Kak."
Yohan menoleh kearah Gaon dan menatapnya dengan tanya.
"Aku juga ingin seperti kakak, jatuh cinta kembali untuk kehidupan berikutnya dengan orang yang sama, seseorang yang saat ini menatap ku dengan penuh cinta, seseorang yang saat ini memperlakukan ku dengan penuh kasih sayang. Rasanya akan sangat beruntung jika aku kembali dicintai dan mencintai orang yang sama."
Yohan mendengarkan dengan seksama tanpa melepaskan tatapannya, ia hanya menatap manik coklat tua favoritnya.
"Kakak tahu? Aku bahkan sempat berfikir apakah takdir kita akan menyatukan kita? Aku sangat takut kehilangan kakak, terlebih dengan lingkungan kita, orang tua kita dan semua aspek yang akan memisahkan kita. Andai dikehidupan yang saat ini kita tidak diijinkan bersatu, aku berharap dikehidupan selanjutnya kita diijinkan bersama."
Gaon tidak bisa membendung tangisannya, ia menangis dalam dekap hangat Yohan, tidak dipungkiri Yohan juga memikirkan ketakutan yang sama dengan Gaon.
Dunia ini terlalu kejam untuk kisah cinta mereka, Yohan tau jika ini resiko yang harus ia terima, mereka memiliki cinta tapi dunia memiliki norma. Sekuat apapun mereka melawannya, apakah mereka akan menang?
"Kita pasti akan bersatu, dikehidupan kita saat ini ataupun berikutnya, i love you."
Dibawah rembulan mereka menautkan bibir keduanya, berciuman tanpa rasa nafsu dan hanya ada rasa kasih yang suci dan abadi.
________________
KAMU SEDANG MEMBACA
until we meet again
Teen Fiction[Cerita ini mengandung latar lokal, dan untuk latar waktu dan tempat dimohon pengertiannya, jika dihari, tanggal dan tahun yang sama dalam cerita ada kejadian atau peristiwa penting tidak tercantum mohon dimengerti, karna cerita ini sama sekali tida...