Jangan Lupa Bahagia
Happy Reading ...
Enjoy!***
"Oiya, Mas. Arin mau minta izin besok berangkat ke Singapura lagi."
"Singapura? Kenapa cepat banget?" tanya Kak Arka mengangkat kepalanya.
"Sebelum ini Arin kan udah bilang kalau mau balik ke sana lagi. Kuliah Arin juga belum siap. Arin mau lanjut sampai selesai dan wisuda di sana," jelas Arin.
"Kamu bareng Ayra, kan?"
Arin mengangguk dan diam menunggu jawaban dari suaminya. Arin sangat berharap dengan keputusannya ini tidak akan mengganggu pendidikannya nanti.
"Kalau bareng Ayra, Mas izinin. Maaf mas nggak bisa bareng kamu di sana. Soalnya kamu tahu sendiri rumah sakit di sini butuh banget sama Mas. Mas janji kalau ada waktu libur akan ke tempat kamu."
Kak Arka menepati janjinya sebelumnya. Ia tidak akan melarang Arin untuk melanjutkan pendidikan. Ia juga tidak akan melarang Arin untuk mengikuti kegiatan yang ingin ia ikuti. Asalkan itu aman untuk kesehatannya.
"Jangan lupa minum obatnya. Kalau ada apa-apa yang sekiranya nggak bisa dilakuin sendiri minta tolong ke Ayra atau yang lain. Mas nggak mau kamu sakit atau kesusahan di sana. Cukup lakukan yang penting dan perbanyak istirahat," tutur Arka mengingatkan.
"Siap, Bos!"
Arin mengangguk paham dengan peringatan yang diucapkan oleh suaminya. Pastinya itu semua juga akan menjadi yang terbaik untuk kesehatannya.
"Ntar, Mas hubungi Ayra deh. Biar kamu aman di sana. Soalnya kamu orangnya ngeyel."
"Dih, posesif banget. Aku nggak bakal ngeyel kok," protes Arin mengerucutkan bibirnya.
Arka menggeleng yakin. Ia sama sekali tidak menggubris respons Arin barusan. Ia tetap saja gigih menghubungi Ayra. Itu akan membuatnya lebih tenang.
***
Hari ini Arin dan Ayra akan kembali melanjutkan pendidikan mereka ke Singapura. Iya, terbilang cukup lama mereka menyibukkan diri di tanah air. Bahkan melebihi perjanjian awal yang berkisar satu tahun. Banyak kegiatan dan pengalaman yang sudah mereka temui.
"Mas, aku pamit ya. Kamu jaga diri baik-baik di sini. Jangan lupa makan dan istirahat. Jangan cari perempuan lain. Ingat! Masih ada aku," ucap Arin sembari terkekeh pelan.
"Enak aja bilang gitu. Nggak bakal aku cari yang lain. Aku dah punya istri yang imut dan cantik. Insyaallah kalau ada hari libur aku ke sana ya. Kamu juga harus jaga makan, istirahat, dan satu lagi jangan lupa minum obat. Mas, jauh lho."
"Sayang ..." panggil Arka pelan.
"Iya, Mas. Kenapa?"
"Jadi 'kan aku seperti fi'il amr yang bisa memerintahkan untuk mencintaimu. Jangan jadi fi'il nahi yang melarangku mencintaimu," ucap Kak Arka dengan nada manja.
"Ha ha ha. Mas tau nggak? Kalau Mas itu kayak malam lailatul qadr yang selalu aku tunggu kehadirannya."
Arka langsung menarik batang hidung istrinya yang mancung. Makin hari, Arin semakin terlihat menggemaskan. Tawanya membuat semua orang lupa bahwa sosoknya sedang mengidap penyakit yang cukup parah.
"Iya udah, aku dan Ayra masuk dulu ya. Udah dipanggil tuh," pamit Arin melambaikan tangannya.
"Hm, Ra. Jaga Arin ya,"
"Oke, Kak. Pasti dong. Ayra bakal jaga anak kecil ini. Wkwk," sahut Ayra tersenyum mengacak puncak kepala sahabatnya.
Lain halnya dengan Arin yang perlahan mengerucutkan bibirnya tidak terima dengan perlakuan yang diterimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lynella (COMPLETED✅)
RomanceKita tidak bisa memilih akan jatuh cinta kepada siapa. Kita tidak bisa memaksa bahwa semua impian harus terwujud. Kita juga tidak bisa berharap selalu ada untuk mereka yang tersayang. Cerita ini merupakan bagian dari perjalanan, petualangan, dan...