Sensitive (2)

787 59 0
                                    


Bagian 2

.

.


Sudah terhitung 3 hari. Ya, benar ini adalah rekor terlama seorang Song Mingi bisa hidup tanpa melihat lelaki manisnya berkeliaran di sekitarnya, hanya beberapa kali saja si manis itu mengiriminya pesan. Jangan kira dia senang dan bahagia karena tidak ada yang merecokinya, justru sebaliknya.

Mingi tidak berbohong ketika dia bilang dirinya menangis saat Yunho mengirim foto perut buncitnya. Mingi bersumpah dia meneteskan air mata karena sangat merindukan sosok omeganya, mate cantiknya yang ntah sekarang sedang apa disana.

Niatnya dia mengambil cuti panjang untuk bisa berduaan dan menjaga lelaki manis itu sepenuhnya, tapi apa daya? Dia juga tidak bisa menyalahkan Hwanwoong karena ini memang bukan salah lelaki kecil itu. Mingi benar-benar merasa hampa. Hanya ada bau manis Yunho dimana-mana namun tidak ada raganya yang bisa dia peluk.

Malam sudah kembali menyapa dan Yunho belum membalas pesannya sama sekali membuat dirinya semakin frustasi. Dengan sangat terpaksa, dia membaringkan diri pada ranjang besar miliknya. Ranjang itu terasa begitu besar dan dingin, padahal sebelumnya dia bahkan merasa perlu mengganti ke ranjang yang lebih besar lagi.

Dalam heningnya malam dan hujan yang menyelimuti kota saat ini, Mingi dengan tiba-tiba saja mencium bau yang begitu dia rindukan. Bau cookies manis yang seakan baru saja diangkat dari oven, menyeruak masuk dan memenuhi indra penciumannya. Sebegitu rindunyakah dia dengan sang omega?

Mingi mendengus sebal, merasa kasihan pada dirinya sendiri yang tidak bisa berbuat banyak. Dia Alpha, harusnya dia yang memegang kendali, namun pesona dan kelucuan seorang omega bernama Jeong Yunho itu sungguh sebuah racun untuknya.

Baru saja dia hendak terlelap tidur, tiba-tiba saja pintu kamar di buka dengan kasar dan keras hingga membuat Mingi langsung terduduk di atas ranjang. Pheromone cinnamonnya dengan alami menguar tajam, menunjukan dominannya saat itu juga, namun semuanya langsung lenyap begitu dia menyadari sosok yang berdiri di depan pintu.

Yunho pulang.

Yunhonya pulang dan sekarang dia berdiri didepan pintu, seperti mimpi.

"Yunho?"

Lelaki manis itu mengangkat wajahnya dengan perlahan, aura dominan Mingi tadi membuat nyalinya menciut seketika dan dia merasa takut walau hanya sekedar menatap mata sipit itu. matanya memerah, wajahnya merengut sedih seakan-akan dimarahi oleh sang dominan.

Mingi yang sadar akan hal itu langsung melembutkan scentnya saat itu juga, menjadi bau cinnamon yang begitu Yunho kenal dan juga sukai. Mingi lalu beranjak dari kasurnya, kemudian berjalan perlahan menghampiri Yunho yang masih diam berdiri kaku didepan pintu kamar.

"Gapapa, aku gak marah ke kamu sayang. aku Cuma kaget tadi" Ujarnya lembut sembari membawa tubuh itu kedalam pelukannya. Dia memeluk Yunho dengan erat namun hati-hati, menghirup dalam-dalam aroma yang begitu dia rindukan beberapa hari ini dan juga menciumi omega cantiknya.

Si manis itu pada akhirnya bisa melemaskan tubuhnya yang tadi kaku, kemudian membalas pelukan sang dominan begitu erat sampai-sampai rasanya dia tidak ingin melepaskan tubuh itu lagi. purring dari sang omega begitu nyata terdengar, menggambarkan betapa dia merasa nyaman dan aman didalam dekapan matenya.

"Igii"

"Hmm"

"Igii.. maafin Yuno"

Mingi tertawa kecil, tangannya memeluk pinggang Yunho dengan erat dan stabil, kemudian membawa lelaki manis itu kedalam gendongannya seperti koala. Dahi mereka saling bertemu, mata mereka seakan berbicara tentang masing-masing kerinduan yang dipendam dari beberapa hari lalu.

Buku untuk Minyun (Mingi & Yunho)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang